Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Barangsiapa Tidak Memikul Salibnya, Tidak Layak Bagi-Ku!

12 Juli 2021   10:01 Diperbarui: 12 Juli 2021   10:42 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bacaan Senin 12 Juli 2021

Mat 10:34 "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. 35 Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, 36 dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. 37 Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. 38 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. 39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. 40 Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. 41 Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. 42 Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya." 11 ;1 Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka.

Renungan

Seorang anggota Brimob, Brigadir AY desersi atau kabur dari  Base Camp Mile 39 objek vital Freeport, Papua, tempat tugasnya, sejak Rabu (2/6/2021). Oknum Brimob personel Satgas Amole itu diketahui keberadaannya di Bandara Lama Mozes Kilangin, Timika,  Jumat (4/6/2021). Oknum ini hendak check-in keluar dari bandara Mimika menuju Makassar, Sulawesi Selatan. Ia pun segera diamankan, Konon ia kabur karena adanya masalah keluarga (Kompas.com).

Bagaimana jika kasus itu terjadi dalam sebuah peperangan, di mana ada oknum tentara yang saat mundur dari medan tempur, menyelamatkan diri karena ingat anak istri, justru tertembak mati? Mungkin peti jenasahnya diselimuti bendera merah putih. Dimakamkan di taman makam pahlawan. Dikibarkan bendera setengah tiang. Saat pemakamannya diiringi lagu "Gugur Bunga. Namanya dicatat dalam lembar sejarah. Oknum Brimob dan tentara ini, sejatinya  semuanya kehilangan. Kehilangan kehidupan, kebenaran, jati diri dan nama baik,

Bacaan Injil hari ini menarasikan resiko menjadi murid-murid Yesus. Para murid yang dipilih-Nya akan menghadapi penolakan dalam menjalankan perutusan. Pewartaan Kerajaan Allah, Firman-Nya bagaikan mata pedang tajam bagi para penolak-Nya. Mereka tidak mau bersahabat, berdamai dengan kehendak-Nya. "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang".

Mereka yang menolak dapat berasal dari lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Bagi keluarga yang menolak Yesus, ketika ada kerabatnya yang memilih mengikuti Yesus, akan dimusuhinya. Ia dikucilkan, diputuskan hubungan kekeluargaannya, dihapus dari silsilah keluarga, tidak mendapat bagian warisan, dipandang sebagai hilang, telah mati, 'kelangan ndhog siji'. "Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya."

Mengikuti Yesus mesti radikal dan total. Yesus mesti menjadi prioritas pertama dan utama bagi para murid, melebihi hubungan kekerabatan. "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku".

Juga semangat militan, setia bertahan dalam kesukaran, penderitaan, penolakan bahkan pembunuhan karena mengikuti-Nya. Sebagaimana Yesus yang diikuti telah memikul salib, kesukaran dan penderitaan yang disandang dan dilakoni karena nama Yesus, oleh para murid mesti dihayati sebagai salib yang harus dipikulnya. "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya" Ketika mengalami penolakan, murid Yesus yang lari menyelamatkan diri, seperti oknum Brimob dan tentara di atas, dia malah kehilangan nyawanya, kehilangan segalanya. Ia tidak hidup, sejatinya ia mati. Namun yang bertahan sampai kesudahan, sekalipun harus kehilangan nyawa, ia malah mendapatkan kehidupan. Dia sesungguhnya tidak mati, melainkan hidup.

Siapapun yang menyambut Yesus, sejatinya menyambut Allah sendiri. Dan siapapun yang punya hati, berbela rasa, solider dengan murid-murid-Nya yang "dikuya-kuya", dizalimi sebagai utusan-Nya dan orang-orang benar, akan terberkati, karena ia sudah menjadi berkat. Tindakannya memiliki nilai keabadian. Ia mendapatkan kehidupan kekal. "Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.  Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya."

Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana kehidupan diri ini? Punyakah semangat militan sebagai pengikut Yesus? Sungguh radikal (berakar) dan totalkah dalam mengikuti-Nya? Ketika berhadapan dengan pilihan dilematis, Yesuskah yang diprioritaskan? Apakah kehadiran diri menjadi mata pedang bagi liyan untuk  memutuskan opsi pro atau kontra terhadap nilai-nilai kristianitas universal belas kasih, kebaikan, kebenaran, kelembutan, keindahan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun