Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menderita sebagai Kristen!

10 Juli 2021   11:14 Diperbarui: 10 Juli 2021   11:30 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Sabtu 10 Juli 2021

Mat 10:24 Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. 25 Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. 26 Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. 27 Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. 28 Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. 29 Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. 30 Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. 31 Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. 32 Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. 33 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."

Renungan

Pada saat audiensi mingguan di Vatikan 29 April 2020 Paus Fransiskus menyoroti penganiayaan terhadap orang-orang Kristen. Menurut Paus, jumlah penganiayaan terhadap orang-orang Krsiten masa kini lebih besar jika dibandingkan dengan yang terjadai pada abad-abad awal kekristenan. Berulang kali Bapa Suci menyebutkan bahwa lebih banyak orang Kristen yang tewas pada abad terakhir dibandingkan dengan gabungan dari abad-abad sebelumnya sejak masa Yesus. Diperkirakan hampir satu juta orang Kristen menjadi martir dalam dekade antara 2005 dan 2015. Aid to the Church in Need (ACN), sebuah yayasan kepausan yang membantu orang Kristen yang dianiaya, dalam laporan dua tahunannya menyebutkan ada tiga ratus juta orang Kristen mengalami penganiayaan antara 2017 dan 2019. "Kita berharap dan berdoa semoga kesengsaraan mereka akan berakhir sesegera mungkin," kata Paus Fransiskus. (https://www.licas.news/2020/04/30/)

Bacaan Injil hari ini menarasikan pesan Yesus kepada para murid-Nya saat mengalami penganiyaan karena perutusan  dan nama-Nya. Penolakan terhadap kehadiran murid-murid-Nya bukanlah kisah fiktif, melainkan realita. Penganiayaan terhadap murid-murid Yesus merupakan fakta  yang sungguh-sungguh  nyata ada. Bukan hoaks. Bagaimana mesti menyikapinya?

Pertama, Yesus mesti menjadi teladan dalam menghadapinya. "Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya". Beelzebub adalah nama Iblis sebagai penghulu, kepala roh-roh jahat dan setan-setan, si jahat yang melawan Allah dan rencana keselamatan-Nya. Dengan fitnah ini berarti seisi rumah-Nya adalah anak-anak iblis, anak-anak setan, anak-anak kejahatan. Hamba dan murid-murid-Nya juga hamba dan murid setan, iblis, si jahat. Yesus Sang Guru, Sang Tuan, Sang Tuan Rumah sudah merngalami difitnah, logis jika mereka juga akan mengalaminya.  "Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya" Yesus menjadi teladan. Mereka mesti menghadapi   penganiayaan sebagai mana Yesus telah menghadapi dan mengalaminya.

Kedua, berani menjalankan perutusan sekalipun menghadapi penganiayaan. Dalam rangka perutusan, apa yang sudah Yesus bicarakan dari hati ke hati, seakan berbisik-bisik dalam kesunyian, kesendirian dan kegelapan malam, beranilah untuk menjadi "loudspeakers" suara-Nya dari atas rumah."Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah"

Kiranya bukan tanpa maksud, jika kata "takut" dalam bacaan Injil hari ini, sebanyak empat kali disebut. Ini pasti menunjukkan sesuatu yang penting, yang perlu dijadikan prioritas sikap kepada siapa mesti takut. Hanya kepada Tuhan Allah saja, yang kuasa kasih-Nya tanpa batas, mereka menaruh sikap takut "Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka"

Ketiga menghayati kebenaran betapa begitu lebih berharganya diri ini bagi Allah dari pada apapun juga. Allah peduli, mengasihi, tidak akan cuci tangan  ketika diri teraniaya. "Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit"

Keempat mengalami penganiayaan sebagai bagian iman yang menyemaikan tumbuh mekarnya kualitas kedewasaan rohani spiritual. Dalam keadaan apapun, "pejah gesang ndherek Gusti Yesus", hidup mati selamanya mengikuti Yesus. Tetap bersyahadat, berani mengakui, tidak mengkhianati-Nya. Tidak kaget saat dibully, dipersekusi, didiskriminasi,dibuang, dikucilkan, diancam, diteror, dianiaya, ditolak, bahkan dibunuh. "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.  Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."

Kelima, sebagai kesempatan bersaksi. Seperti Yesus, biji gandum yang dikuburkan dalam tanah, menumbuhkan seribu tanaman gandum, demikianlah tiap tetesan darah orang kristiani. Tetesan darah orang kristiani yang dibunuh karena kekristenannya, menjadi tempat subur bagi persemaian benih kekristenan. Dengan penganiayaan atas kekristenan, pada saat-Nya akan terjadi panen raya, Nama Yesus semakin dipuji dan dimuliakan. "Dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa" (Flp 2:10-11)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun