Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manisnya Kerajaan Allah, Amisnya Kerajaan Agama!

7 Juli 2021   11:32 Diperbarui: 7 Juli 2021   11:48 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penyebutan bilangan juga menarik untuk "diuthak-athik". Jumlah mereka dua belas, disebut berpasangan berdua-dua, sehingga mereka terdiri dari enam pasangan. Angka dua belas mengingatkan dua belas anak Yakub yang kemudian berkembang menjadi suku-suku Israel. Berpasangan berdua-dua, yang satu bagian partner lainnya, disamping menguatkan kesaksian, juga dapat saling memberi pertimbangan, masukan, peringatan, kritikan, dukungan dan peneguhan. Berpasangan berdua-dua memampukan mereka menghadirkan Yesus yang telah bersabda "di mana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka". Enam pasangan, angka enam mengingatkan kisah penciptaan selama enam hari. Mereka semua berasal dari Allah, milik Allah yang memiliki kefanaan, keterbatasan. Ada banyak orang berbondong-bondong datang mengikuti ke mana Yesus pergi, jadi simpatisan-Nya. Namun sedikit yang terpanggil jadi murid apalagi terplih sebagai rasul-Nya. Mereka tidak sempurna, terbatas dan berbeda dalam  menanggapi-Nya, sesuai situasi tempat dan waktu hidupnya.

Berdasarkan semuanya itu kedua belas rasul-Nya sejatinya mencerminkan potret roh bhinneka tunggal ika, sama, dalam ketidak samaan. Mengikuti  Yesus adalah se-roh dalam mijikuhibiniu kekayaan perbedaan.Menjadi Kristus tanpa kehilangan kenyataan real situasi tempat waktu hidup dan budayanya. Inilah prinsip kristianitas, katolisitas.

Kedua belas murid itu diutus Yesus dengan pesan  "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat."

Pada zaman-Nya, bangsa lain, orang Samaria, diluar bangsa Yahudi adalah bangsa kafir. Bangsa Yahudi adalah bangsa terpilih, umat Allah. Di luar Yahudi adalah  najis, haram, rendah hina, asing. Mereka tidak dijadikan teman, sekutu, apalagi pemimpin. Merteka harus dihindari, dijauhi, dilecehkan, disingkirkan, dibenci, didoakan celaka neraka jahanam, dilawan dan dihabisi. Para rasul diminta pergi kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Mereka yang hilang adalah yang jahat, berpenyakitan dan lemah dari kaumnya. Sasaran perutusan para rasul masih terbatas pada bangsanya, ketika mereka masih bersama Yesus.  Nanti sesudah kebangkitan-Nya, perutusan-Nya bersifat universal, tertuju kepada segala bangsa.

Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Kerajaan sorga, kerajaan Allah tidak lain adalah keadaan dan peristiwa di mana Allah dicintai yang berdampak pada dicintainya  sesama manusia dan alam semesta. Para rasul bergerak,  beraksi dan bersaksi agar bangsanya, semakin mengalami  Yesus, Allah yang penuh kasih. Pengalaman kisah kasih-Nya, pada gilirannya menjadi landasan fundamental untuk mampu mengasihi-Nya lewat kasih kepada sesama dan alam semesta. Mereka yang mengalami kasih-Nya, memilih bersikap, bertutur kata berperilaku dan bertindak benar kepada sesama dan alam semesta. Mereka ini sesungguhya sudah mengalami sorga di dunia. Jika hidupnya di dunia berasa sorga, pada saat-Nya ketika mau menjemput sorganya  diabadikan. Sehingga mengalami sorga tidak usah menunggu kematian.  Dengan begitu sorga dan bumi tak terpisah, dekat dan menyatu. Ini yang mesti diwartakan dan dihidupi.

Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Untuk apakah mengikuti Yesus, menjadi Yahudi atau menjadi kristiani? Sudahkah menjadi orang yang seratus persen katolik sekaligus seratus persen Indonesia? Ke manakah arah dominan kiblat kehidupan bangsa ini semakin manisnya kerajaan Allah atau amisnya kerajaan agama?

Yang mengalami Allah, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat, dan jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Kerajaan Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun