Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nandur Pari Thukul Suket Teki?

23 Juni 2021   08:15 Diperbarui: 23 Juni 2021   09:02 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Rabu 23 Juni  2021

Mat 7:15 Dalam khotbah di bukit, Yesus bersabda "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas 16 Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? 

17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. 18 Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. 19 Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. 20 Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka

Renungan

Di Solo Jawa Tengah ada belasan makam dirusak oleh anak-anak sekolah (Kompas.com). Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) merilis daftar sekolah jenjang SMA, MA, dan SMK dengan nilai rerata tertinggi Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2020 di Indonesia (Kompas.com ) Dua berita bertolak belakang terdengar dari  dunia pendidikan. Berita pertama memprihatinkan. Dijumpai sekolah dengan prestasi  sejumlah siswanya melakukan  perusakan makam. 

Berita kedua mengagumkan, terlebih bagi sekolah yang prestasi siswa menjadikan sekolahnya masuk nomor satu atau sepuluh besar tingkat nasional. Ibarat pohon, prestasi siswa adalah buahnya. Dari buahnyalah dikenali pohonnya.  Pohon yang baik menghasilkan buah yang baik. Pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik pula.

Bacaan Injil hari ini menarasikan gaya hidup komunitas murid-murid-Nya yang mesti selalu waspada terhadap nabi-nabi, guru-guru palsu. "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas"

Indikator kepalsuan dan kesejatian dapat dilihat pada dampak hasil, buah akhirnya. Siapapun, guru, pemimpin, imam, nabi jika buah akhir pengajarannya  semakin memecah belah, menjauhkan satu sama lain, memperuncing perbedaan, menimbulkan keonaran, kegaduhan, kericuhan, keributan dan kerusakan, mempertebal  kebencian, menghasut  tindak kekerasan, melecehkan dan merendahkan martabat liyan, mendahulukan penggunaan otot, okol dari pada otak dan akal, menggerakkan tindak sadis, bengis barbar brutal, jahat dan pembunuhan, mereka pastilah  guru, pemimpin, imam, nabi palsu. "Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?"

Sebaliknya jika dampak pengajarannya semakin mendekatkan, merekatkan perbedaan, menghargai dan mengormati perbedaan, menguatkan titik kesamaan, membangun peradaban l belas kasih murah hati, menimbulkan keteduhan, kedamaian, simpati, bahkan empati terhadap liyan, memekarkan  sikap dialog keterbukaan, menciptakan budaya kehidupan, pastilah mereka  guru, pemimpin, imam, nabi sejati. "Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka"

Mereka para orang tua, guru, ustadz, imam, pastor, pendeta, bhiku, pemimpin, sebagai pohon, mesti mempertanggungjawabkan buah-buah yang dihasilkannya di hadapan Tuhan Allah. "Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api."

Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana kehidupan diri? Sebagai orang tua, guru, ustadz, imam, pastor, pendeta, bhiku, pemimpin sejati? Ataukah sebagai orang tua, guru, ustadz, imam, pastor, pendeta, bhiku, pemimpin palsu yang menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya adalah serigala yang buas? Waspadakah terhadap hadirnya orang tua, guru, ustadz, imam, pastor, pendeta, bhiku, pemimpin palsu, bagai musang berbulu ayam?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun