Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yesus Sang Rabi Memproses, Murid-murid-Nya Memprotes!

16 April 2021   11:21 Diperbarui: 16 April 2021   11:25 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan, Jumat 16 April 2021 Yesus memberi makan lima ribu orang  (Yohanes 6:1-15)  )

Yoh 6:1 Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. 2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. 3 Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya.  4 Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. 5 Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" 6 Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. 7 Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." 8 Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: 9 "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" 10 Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. 11 Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. 12 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." 13 Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. 14 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." 15 Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

Renungan

            Ada keheranan sewaktu mendengar anak kakak berhasil dilantik jadi anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Profil tubuhnya tak ada potongan jadi tentara, apalagi Kopassus. Badannya tinggi, kurus, "ngyeyet", tidak tegap, jauhdari gagah, nampak begitu ringkih dan rapuh sehingga disenggol sedikit saja kayaknya segera geloyoran jatuh. Seakan tidak percaya kok ia berhasil mengikuti pendidikan militer, terlebih merebut baret kebanggaan,  baret merah. Suatu ketika  kebetulan bertemu, saya mendengar sharing pengalaman pendidikan kemiliterannya. Salah satu yang disharingkan, dalam pertempuran mesti segera mencari lokasi strategis, yang lebih memiliki jangkauan pandangan jauh dan luas, sehingga pergerakan musuh terdeteksi. Dengan demikian sasaran tembak lebih akurat. Kemenangan sebagai hasil didapat karena menguasai medan pertempuran. Salah satu lokasi strategis adalah tempat yang berbukit, berada pada lokasi yang lebih tinggi. Saya ingat prinsip ini saat ia dikirim ke Aceh menjelang tsunami. Sampai tiga hari setelah tsunami keluarga tidak dapat menghubungi. Putus koneksi. Bayangan ikut jadi kurban tsunami melintasi. Namun puji Tuhan hari keempat, dia beritakan selamat dari amukan tsunami. Sebab posisi pasukan mereka sejak datang langsung disebar ke perbukitan. Sementara pasukan yang digantikannya, sudah turun ke bawah dan jadi  kurban, terseret tsunami. segera

            Sharing keponakan itu membantu mencerna bacaan Injil hari ini. Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya.  Sekalipun bukan tentara, bukan Kopassus, pilihan naik ke atas gunung bersama murid-Nya, rupanya laras dengan strategi memenangkan pertempuran. Pertanyaannya berhasilkah Yesus memenangkan pertempuran di perikope ini.

Mari kita cermati.Yohanes menarasikan ketika Yesus berada di posisi di atas gunung. lebih tinggi bersama murid-murid-Nya, Ia memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya. Dapat dipertanyakan apakah di tempat ketinggian bersama Yesus, murid-murid-Nya memiliki sudut pandang yang sama dengan sudut pandang-Nya? Mata mereka terbuka, tapi apakah melihat juga  orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya

Berdasar sudut pandang-Nya itu, Yesus mau berbuat sesuatu untuk orang banyak yang berbondong-bondong datang kepada-Nya. Mereka pasti kelelahan dan  juga kelaparan. Kepada Filipus Yesus bertanya : "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan. Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Filipus tidak menjawab pertanyaan Yesus. Yesus bertanya di mana bisa membeli roti, jawaban Filipus terkait jumlah uang sebanyak upah pekerja selama dua ratus hari, tetapi tak cukup untuk mereka, remah-remahnya pun mereka tak sempat kebagian.  Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, merespon-Nya:  "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Respon Andreas bertolak belakang dengan jawaban Filipus. Andreas menginfokan adanya  seorang anak kecil dengan  lima roti jelai dan dua ikan, jumlah yang amat kecil, sedikit, tak berarti bagi mereka yang sekian banyak itu. Jawaban kedua murid-Nya sama, tak mau repot,cari aman, dengan alasan  sebanyak apa pun jumlah uang, apalagi hanya limarotijelai dan dua ikan, kecil seupil saja tidak dapat mencukupi.  Yesus memproses, murid-Nya memprotes.

Para murid mungkin masih ingat kejadian  sewaktu meninggalkan Yudea ke Galilea. Mereka melintasi daerah Samaria. Di Sikhar mereka berhenti di sumur Yakub sekitar jam dua belas, bertemu dengan seorang perempuan Samaria (Yoh 4:1-42). Sementra Yesus bercakap-cakap dengan perempuan itu, murid-murid-Nya pergi ke kota membeli makanan. Perempuan itu di akhir percakapan dengan-Nya, meninggalkan tempayannya lalu pergi ke kota dan berkata "Mari lihat! Di sana  ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu" . Saat itu murid-murid-Nya kembali dari membeli makanan. Katanya "Rabi makanlah". Jawaban Yesus terasa tidak enak, "Pada-Ku ada makanan  yang tidak kamu kenal". Mereka berbisik satu sama lain adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan.  "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya"   Saat itu juga banyak orang Samaria dari kota itu datang kepada Yesus. Mereka percaya kepada-Nya karena perkataan kesaksian perempuan itu.Mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; Ia pun tinggal di situ dua hari lamanya. Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya. Mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."  Kejengkelannya atas jawaban "sengak"-Nya saat ditawari makanan yang dibelinya dikota, masih menggema. Sehingga mereka tidak mampu melihat  hal terakhir ini sebagai  keberhasilan pewartaan-Nya. Yesus memproses, murid-Nya memprotes

Selanjutnya di atas gunung itu, Yesus meminta murid-Nya menyuruh orang-orang itu duduk di tempat yang banyak rumput. Duduklah mereka, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.  Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ. Demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Setelah mereka kenyang Ia meminta murid-murid-Nya mengumpulkan potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang. Ada dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai itu Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." Nyata benar perbedaan reaksi orang-orang Samaria dengan orang banyak setelah mengalami perjumpaan dengan Yesus. Orang-orang Samaria minta Yesus tinggal bersama-Nya dan Yesus memenuhinya. Mereka mengalami-Nya sebagai Juruselamat. Sementara di sekitar perbukitan danau Tiberias, orang-orang banyak yang mengalami-Nya memandang-Nya sebagai nabi dan memaksa-Nya menjadi raja. Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri. Yesus memproses, murid-Nya memprotes!

Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Yesus menyingkir ke gunung seorang diri.  Ke mana murid-murid-Nya? Kenapa tak mengikuti-Nya? Mungkin masih kecapaian. Di atas gunung, dalam kesendirian bersama Dia yang memngutus-Nya, suasana mendekati Paskah, menghadirkan sekilas lintasan Golgota. Setelah perjumpaan dengan-Nya, banyak orang dari pelbagai suku dan tempat datang mengikuti dan  pergi  silih berganti. Ada saat-saat mereka bersorak sorai "Hosana.Terpujilah Dia yang datang sebagai Raja. Hidup Yesus, Hidup Yesus!" Namun pada saat lain teriakan mereka akan berubah, "Salibkanlah Dia! Salibkalah Dia!" Di atas gunung, dalam kesendirian bersama Dia yang mengutus-Nya, sudah terlintas sekilas,  pada saat-Nya, para murid-Nya pun akan pada lari meninggalkan-Nya di Golgota, seorang diri. Pertanyaannya berhasilkah Yesus memenangkan pertempuran di perikope ini. Yang jelas sampai detik terakhir hidup-Nya, dalam kesendirian bersama Dia yang mengutus-Nya, di kayu palang, Yesus berkata "Sudah selesai!", lalu menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan  nyawa-Nya. Yesus memproses, murid-Nya memprotes!

Sudah sekian lama mengenal  Yesus, sudahkah sudut pandang-Nya menjadi  sudut pandang diri? Gampangkah menemukan moment-momnet dimana Yesus sudah, sedang dan senantiasa memproses diri ini, membentuknya sesuai dengan kehendak-Nya? Maukah semakin membuka hati jiwa pikiran dan segenap kekuatan untuk ikut memproses diri bersama seirama seturut alur dan arus Yesus?  Semakin masuk ke dalam proses kristenisasi diri bersama Yesus, hidup semakin penuh syukur  sukacita  semangat, jadi berkat,  Ini  misteri. Kristenisasi bersama Sang Rabi!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun