Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbahagialah yang Tidak Melihat, Namun Percaya!

11 April 2021   10:44 Diperbarui: 11 April 2021   10:50 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan, Minggu 11 April 2021  Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, kepada Tomas dan  maksudnya Injil ini dicatat  ( Yohanes 20:19- 31)

Yoh 20:19 Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" 20 Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. 21 Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." 22 Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. 23 Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." 24 Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. 25 Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." 26 Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" 27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." 28 Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" 29 Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." 30 Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, 31 tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.

 

Renungan

            Sebagai murid sebuah padepokan, banggakah ketika guru rohaninya kedapatan mati digantung di sebuah lokalisasi prostitusi? Tidak. Tak seorang pun murid menginginkan kematian demikian terjadi pada guru rohani. Kematian yang memalukan. Kematian konyol. Jadi batu sandungan. Bentuk kematian yang tidak dapat dimengerti dengan dalih apapun. Apalagi peristiwanya menjadi peristiwa publik. Viral di jagat maya media sosial. Sebuah tragedi. Amat mengecewakan.

            Suasana batin seperti itulah ketika murid-murid Yesus, mendapati kenyataan akhir hidup-Nya. Selama ini Yesus mereka kenal sebagai Rabi yang berbelas kasih, Tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka. Kata-katanya penuh wibawa dan kuasa, di hadapan Allah dan seluruh bangsa. Banyak orang sakit disembuhkan. Si lumpuh dibuatnya lari berjingkrak-jingkrak. Si buta dicelikkan matanya sehingga melihat. Si tuli dibuatnya mendengar. Si  bisu bisa berbicara.  Si setan diusirnya. Si miskin diberinya makan. Si gila dan ayan diwaraskan. Si kusta  dipulihkan. Dia dikenal sebagai sahabat baik para pendosa. Namun pada ujung hidup-Nya, Yesus Sang Rabi, ditangkap, diadili, divonis mati, dieksekusi di kayu salib. Wauw tragis sekali. Hukuman mati disalib adalah hukuman untuk penjahat kakap. Hukuman bagi para terkutuk. Hukuman yang jadi batu sandungan. Betapa sulit para murid mencerna, memahami peristiwa salib Sang Rabi ini. Dengan disalib, defacto menunjuk Yesus masuk kelompok para penjahat kakap, terkutuk, tak terberkati. Peristiwa salib Yesus, tak bisa dimengerti, membingungkan, mengecewakan, memalukan. Sekaligus menakutkan juga bagi mereka. Karena nasib Sang Rabi sewaktu-waktu dapat menimpanya juga. Suasana mengharu biru makin menggelayuti hati mereka saat beredar informasi jenazah Yesus tidak ditemukan  di makam. Bahkan  Sang Rabi menampakkan diri. Bangkit dari mati, hidup lagi.  Semakin takutlah mereka, sembunyi,  berkumpul dengan pintu-pintu terkunci. Sekalipun ada yang diliputi kegelisahan mengembara ke sana ke mari, sekali-kali menemui "komunitas" ngecek perkembangan informasi.

            Dalam suasana seperti itu, Yesus hadir, menampakkan diri. "Damai sejahtera bagi kamu", uluk salam-Nya, berulang kali. Salam persahabatan, salam persaudaraan. Yesus tetap bersikap baik, berdamai dengan murid yang telah khianat, sangkal dan lari tinggalkan-Nya.  Yesus tunjukkan bekas paku, tusukan tombak  di tangan dan lambung-Nya. Yesus hidup lagi, menampakkan diri. Ini menandakan Allah berpihak pada-Nya. Dengan berpihak-Nya Allah pada Yesus, berarti direhabilitasilah  segala sebutan aib yang menghancurkan nama baik-Nya. Dengan kebangkitan-Nya patah dan gugurlah predikat sebagai penjahat kelas kakap, terkutuk dan tak terberkati. Lebih dari itu, Yesus menghembusi mereka dengan  Roh-Nya, "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada" Para murid diberi-Nya kuasa sakramental seperti Dia kuasa.  Mereka bergirang, bersukacita. Namun sayang Tomas tidak berada di tempat. Bahkan ketika info kebangkitan-Nya sampai di telinganya, ia tak gampang percaya. Dia menuduhnya sebagai ilusi, halusinasi, kekanak-kanakan. Dia mau bersikap dewasa. Sebelum melihat dengan mata kepala sendiri sekaligus jari tangannya masuk mencucuk ke bekas paku, ujung tombak, di tangan dan lambung-Nya, Tomas tak mau percaya.

            Pada minggu berikutnya, Tomas bersama mereka. Yesus hadir menampakkan diri. Tomas tertampar saat Yesus memintanya mencucukkan jari tangannya ke bekas paku, ujung tombak di tangan dan lambung-Nya yang menganga. Tomas tersadar, Yesus juga mendengar saat seminggu lalu ia sesumbar menggelegar tak percaya sebelum melihat-Nya.  Dia kena sekakmat. Dia menyadari dobel ketidakpercayaannya.  Tidak percaya pada Yesus yang telah bangkit, sekaligus tidak percaya juga pada teman-temannya yang memberitakan kebangkitan-Nya. Maka dengan gentar Tomas bersujud, mengaku "Ya Tuhanku, dan Allahku!". Sebuah pengakuan iman luar biasa yang belum pernah diucapkan murid lainnya. Dan dengan telak Yesus meneguhkan, "Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya!".

Sebagai contoh sederhana terkait tidak harusnya melihat untuk dapat percaya, misalnya saat pacaran. Bukankah "jumlah" yang belum dilihat jauh lebih banyak dari yang sudah dilihat dalam diri pacarnya, ketika semasih berpacaran? Adakah pacar berkeras kepala mau melihat kelamin pacar apalagi mencucukkan jari untuk dapat mempercayai jenis kelaminnya sebagai lelaki atau perempuan? Bukankah ini perilaku pacar kurang ajar, bikin onar? Modus licik pornoaksinya? Dalam kehidupan tidak semuanya harus terlebih dulu dilihat. Apalagi relasi dengan Tuhan Allah. Iman tidak didasarkan pada pancaindra. Menjadi kristiani adalah panggilan, hadiah, kasih karunia Allah.

Banggakah dengan kekristenan? Bersyukurkah dengan kekristenan?   Bersukacitakah dengan kekristenan? Bersemangatkah dengan kekristenan? Gampangkah liyan melihat Yesus Kristus, Allah hidup dalam diri ini? Adakah bekas paku, tombak, duri pada tangan, lambung dan kepala, alias jejak-jejak Kritus dalam diri ini? Masihkah liyan  segera melihat dampak kebaikan, kebenaran, keindahan hidup kristiani? . Kebaikan, kebenaran dan keindahan hidup orang kristiani menjadi tanda nyata hidup Kristus yang dihayati dalam hidup hariannya. Mengikuti Kristus, menjadi utusan-Nya jadikan hidup banget, hidup lebih hidup, hidup penuh syukur, sukacita, semangat jadi berkat. Berbahagialah orang kristiani!  Ini misteri. Tidak melihat-Nya, namun mengimani!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun