Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yesus Basuh Kaki, Bukan Cuci Tangan!

1 April 2021   12:13 Diperbarui: 1 April 2021   12:21 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan,Senin 29 Maret 2021 Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13 : 1 - 15)  

Yoh 13 :1 Sementara itu sebelum hari raya  Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. 2 Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. 3 Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. 4

Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain    lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, 5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah  basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. 6 Maka sampailah Ia kepada  Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" 7 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak."8 Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya."

Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." 9 Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" 10 Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua." 11

Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih." 12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? 13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. 14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; 15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.

Renungan

            Menurut Wikipedia, Manusia Indonesia adalah pidato kebudayaan yang disampaikan Mochtar Lubis tahun 1977 di Taman Ismail Marzuki. Pidato tersebut menjelaskan 6 sifat manusia Indonesia yaitu Munafik; Enggan dan segan bertanggung jawab atas perbuatannya; Bersifat dan berperilaku  feodal;  Percaya takhayul;  Artistik atau berbakat seni; dan Lemah watak atau karakternya.

 Salah satu potret Manusia Indonesia : enggan dan segan bertanggungjawab atas perbuatannya,  suka mencari kambing hitam atas terjadinya suatu masalah  mungkin sedikit tergambarkan dalam peristiwa banjir di ibukota.  Menyimak berita dari media cetak elektronika audio visual terkesan  hampir selalu terjadi polemik penyebab banjir di ibu kota. Pernah Pemda DKI menyebut hujan deras di kawasan Bogor sebagai penyebabnya.

Bupati Bogor lansung merespon. Dengan data dan fakta tak terbantahkan ditegaskan bahwasanya hujan di kawasan Bogor masih normal, tidak  menjadikan ibukota kampul-kampul. Pernah Pak Jokwi dituding sebagai penyebabnya. Karena tempo doeloe berjanji masalah banjir ibukota akan dapat solusi jika beliau "nyebrang" ke istana. Setelah jadi presiden dinyinyirin janjinya. Penyebab lainnya adalah tidak berfungsinya gorong-gorong.

Air genangan, tidak segera surut, begitu sopan. sabar dan tertib antri menunggu giliran masuk gorong-gorong yang sempit bin mampet.. Tidak puas dengan itu semua, alam bahkan Tuhan digugat. Volume air hujan sangat tinggi, dan Tuhan tak punya hati, teganya membiarkan air hujan jatuh berguling-guling  di kawasan ibukota. Aneh lagi, suatu saat banjir disebut bagaikan dapat hadiah terbungkus alias durian runtuh. Puji Tuhan, terucap saat menyaksikan banyak bocah pada ciblon. Atas kemurahan hati-Nya, Allah memberikan  arena kolam renang tanpa batas. Bocah-bocah bebas,  gratis  berenang  penuh sukacita, lupa bahwa bahaya siap menyeretnya. Namun di saat lain ketika beberapa bocah tenggelam, orang tuanya disalahkan. Kenapa mereka lalai  mendampingi buah hatinya main di kolam renang jahanam? Siapa cuci tangan?

            Bacaan Injil hari ini menawarkan bagaimana relasi Yesus dengan murid-murid-Nya menjadi inspirasi membangun relasi pemimpin dengan rakyatnya. Yohanes menarasikan sebelum hari raya  Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa.  Ia senantiasa kasihi murid-murid-Nya. Ia kasihi mereka sampai kepada kesudahannya. Yesus tahu, Bapa-Nya telah serahkan segala sesuatu kepada-Nya dan Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun