Mohon tunggu...
Bona Bosanova
Bona Bosanova Mohon Tunggu... wiraswasta -

Siapa diri ku aq tak tahu.. aku adalah dimana tempat ku berada.. aku ada karena aku diharapkan... aku pergi ketika telah ku sempurnakan setapak jejak jalan hidupku.. dan kemudian melangkah lagi melanjutkan kisah hidupku yang lain...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ke Dufan Tanpa Ikatan

14 Mei 2013   11:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:36 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku menunggunya di loket busway. Kutengok kiri kanan tak juga ku temui. Katanya sudah sampai dari tadi. Tapi sisi ruang bawah tanah Blok M terlalu luas untuk menemukannya. Tangannya melambai setelah ku telp dan ku katakan sudah sampai.. Aku telat memang tapi gak banyak cuma 15 menit.

Celana jeans dan baju orange yang dikenakannya santai ditambah beberapa aksesoris jam dan gelang.. tetap terlihat cantik. Rambutnya yang panjang di urai. Sepatu biru muda bermotif bunga pun menambah keanggunannya.

Ini kali pertama aku mengajaknya jalan. Tanpa ada maksud apapun, sebatas teman. Sudah seminggu ini aku memang intens berhubungan dengannya. Pagi, siang, sore sampai malam pun masih tetap terconect.. Waktu di hape telah menunjukkan pukul 9.30 pagi. Kamipun menaiki busway untuk menuju harmoni lalu transit dan naik busway jurusan Ancol untuk melewati hari di Dufan. Perjalanan yang menyenangkan. Entah bagaimana kami bisa merasa cocok. Aku dan dia sama-sama banyak bicara. Seolah tak habis topik yang kita bicarakan sepanjang perjalanan.

Tiba di dufan wahana pertama yang kami mainkan adalah studio 3D. Seru juga betapa dia juga bisa menikmati liburan ini. Waktu yang terus berjalan membuat kita saling mengenal satu sama lain. Di luar dugaanku memang, dia perempuan yang smart. Dari cerita tentang pekerjaannya yang sudah beberapa kali pindah, atau cerita tentang betapa tegarnya dia menghadapi hidup, aku bisa simpulkan dia gak sembarang pilih teman. Mungkin karena sudah lama kenal, jadi dia punya pertimbangan sendiri mau aku ajak jalan.

Nyalinya pun tak kalah. Menaiki wahana yang cukup extreme seperti tornado, halilintar atau hysteria tak pernah dia gentar. Padahal aku saja sempat ciut. Kalau bukan merasa ditantang sama perempuan aku mungkin akan mengurungkan niatku untuk naik wahana itu..

Seolah tak ingin pulang aku masih berharap matahari mau menahan diri untuk tenggelam.  Hari tetap berlari mengejar malam. Wahana terakhir kita adalah menaiki kuda-kudaan yang berputar. Aku lupa nama wahananya. Setelah puas dengan semua yang sudah kita lewati, kamipun kembali ke terminal busway. Terima kasih busway.. hari ini sudah mempermudah hari aku.

Senang sekali. Bisa sehari melepas lelah sejenak bersama dia yang aku bisa merasa nyaman. Kita awali semua dengan kejujuran. Bicara tentang hati dan hidup yang kita jalanin. Umurnya lebih muda dari aku. Tapi darinya aku bisa belajar untuk menghargai hidup dan mencoba bangkit dari setiap kegagalan yang selalu ada mengiringi keberhasilanku yang tertunda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun