Mohon tunggu...
Bayu Tonggo
Bayu Tonggo Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Penulis adalah Mahasiswa di IFTK Ledalero, Maumere, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

V-day: Mencintai yang "Tak Dapat Dicintai"

15 Februari 2021   17:44 Diperbarui: 15 Februari 2021   17:47 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: idntimes.com

Gejolak situasi perubahan hidup yang dirasakan di tengah pandemi Covid-19, rupanya tak memutus aspek riah-riuh perayaan tahunan, Valentine's Day (V-day) atau hari kasih sayang yang jatuh setiap tanggal 14 Februari. Semarak perayaan V-day yang banyak diklaim sebagai harinya kaum muda-mudi untuk saling mencintai, saling ber-kasih-sayang ini, terciprat dengan ragam efouria yang bergema bahkan sejak hari pertama di bulan Februari tiba. 

Pernak-pernik V-day, semisal bunga, boneka, coklat, parfum, aneka kartu ucapan: Ich liebe Dich, Happy Valentine's Day, I love you; berjejer memenuhi sejumlah toko dan supermarket. Tak hanya itu, gejolak kasih-sayang V-day juga mengemuka dengan hadirnya aneka tawaran promo, sebut saja salah satunya promo yang lazimnya hadir, promo Cashbac yaitu #KodeCinta. Postingan-postingan bertajuk cinta, kasih-sayang di medsos, juga turut melengkapi gairah perayaan V-day. Semuanya itu seolah-olah mau menegaskan betapa unik dan berharganya perayaan V-day, sehingga apa pun bisa dibeli dan dihadirkan demi mewujudnya aspek "mencintai, kasih-sayang" itu.

Meski demikian, ria-riuh-nya perayaan V-day tak terlepas pula dari diskusi-diskusi kontoversial berkenaan dengan layak-tidaknya V-day itu dirayakan. Problem ini sebetulnya hadir dengan alasan historis perayaan V-day itu sendiri, serta aspek negatif semisal maraknya tindak "pembuktian cinta" yang menyimpang antarpasangan belia di hari Valentine.

V-day dan Historisitasnya

Segi historis V-day sesungguhnya memiliki banyak versi cerita dan penafsiran. Sekurang-kurangnya ada dua cerita historis yang dapat penulis tampilkan dalam meninjau hadirnya perayaan V-day setiap tanggal 14 Februari itu.

Pertama, V-day dirayakan sebagai pengganti festival Lupercalia yang dahulu kala menjadi tradisi perayaan orang-orang Romawi Kuno. Festival Lupercalia merupakan festival perjodohan, di mana saat festival itu dirayakan hadir sebuah kesempatan bagi para perempuan untuk meletakan nama mereka di dalam sebuah tempat, yang kemudian akan diundi dan diambil oleh para lelaki. Nama perempuan yang dipilih oleh seorang lelaki sewaktu undian itu berlangsung; perempuan itulah yang akan menjadi pasangan hidupnya. Selain itu, festival Lupercalia juga dimaknai sebagai sebuah perayaan untuk menghormati dewa kesuburan dalam kehidupan bangsa Romawi Kuno.

Kedua, Valentine's Day dirayakan sebagai sebuah kenangan akan kemartiran lelaki kudus bernama Valentine pada masa pemerintahan Kaisar Claudius II. Untuk kisah historis kemartiran Valentine ini, juga memiliki sejumlah versi. Ada yang mengatakan bahwa Valentine adalah seorang Uskup di Terni, Italia yang biasa menyembuhkan orang-orang sakit, termasuk anak dari penjaga penjara yang tuna netra, yang kemudian jatuh hati kepadanya. Valentine kala itu dipenjarakan karena mencoba menyebarkan agama Kristen kepada sejumlah masyarakat yang masih menyembah berhala. Ada juga versi cerita kemartiran lelaki kudus Valentine itu, yang dijatuhi hukuman mati akibat tindakannya yang membantu orang-orang Kristen untuk lari dari penjara Romawi karena sering disiksa secara keji.

Versi kisah kemartiran Valentine yang pada umumnya dikenal, ialah bahwa Valentine dijatuhi hukuman mati karena ketahuan menikahkan para parajurit kekaisaran. Kala itu, Kaisar Clauidus melarang prajurit-prajuritnya untuk menikah. Sebab baginya para prajurit akan semakin tangguh apabila mereka sama sekali tidak mengikat hubungan pernikahan dengan istri-istri mereka. 

Telepas dari ragam wacana tentang peristiwa sejarah perayaan Valentine's Day (yang kadang berkecenderungan pula melahirkan polemik), adalah sepatutnya kita boleh melirik sorot pemaknaan perayaan Valentine's Day itu sendiri. Lazimnya, oleh kebanyakan kaum muda-mudi serta mengena pula dalam pandangan umum, melihat dan memaknai hari Valentine sebagai hari saling berbagi cinta, mencintai, hari kasih sayang. Walau kadang pula (maaf) makna yang demikian cenderung mengalami penyimpangan lewat tindak mengidentikan V-day dengan hal-hal yang bernuansa seksualitas. Sehingga tidak heran, bila diskusi kontroversial yang melarang ria-riuh V-day kadang mengemuka secara tajam. 

Mencintai yang "Tak Dapat Dicintai"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun