Mohon tunggu...
Bayu Rahmadi
Bayu Rahmadi Mohon Tunggu... lainnya -

Leader Team Divisi Hutan Gunung http://yngwiebayumalmsteen.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ekspedisi Gunung Berapi di Jawa Timur Bag.3 : Hujan Sepanjang Pendakian Gunung Arjuno 3339 MDPL

20 Februari 2012   13:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:25 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

24 Desember 2011, gunung ketiga yang kudaki dalamEkspedisi Gunung Berapi di Jawa Timur adalah Gunung Arjuno 3339 MDPL. Gunung Arjunoterletak di Pandaan, Tretes Jawa Timur. Tim dalam pendakian kali ini terdiri dari dua orang, aku dan Kopi Jalawira.

Pukul 11.00 aku bangun untuk mempersiapkan alat-alat dan logistik sebelum berangkat menuju Gunung Arjuno. Sekitar pukul 13.00 aku bersama Kopi Jalawira pun berangkat menuju terminal Bungurasih (nama Terminal di Surabaya) diantar oleh anggota Jalawira. Tiba di terminal kami berdua langsung mencari bus yang berangkat melewati terminal Pandaan (Rp.7000) untuk melanjutkan kembali menggunakan angkot kecil menuju pos pendakian Gunung Arjuno (Rp.4000). Hari itu cuaca turun hujan dengan derasnya. Pukul 15.30 kami berdua tiba di pos pendakian Gunung Arjuno dan melakukan pendaftaran sebelum mendaki.

Setelah istirahat dan menunggu hujan reda pukul 16.15 kami berdua melanjutkan perjalanan menuju Shelter Kokopan dengan medan berbatuan dan terjal. Kami berdua sampai di Kokopan tepat ketika adzan magrib berkumandang. Kami punberistirahat sambil membeli makanan ringan. Kebetulan di Shelter Kokopan terdapat warung yang dijaga oleh seorang bapak yang sudah berumur. Pukul 19.30 kami melanjutkan perjalanan menuju Shelter Pondokan dengan penerangan senter. Sepanjang perjalanan kami berdua bertemu pendaki lain yang membuka tenda di tengah jalan dan kami pun istirahat sejenak sambil ngobrol bersama mereka. Tak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan karena sudah kedinginan dan tiba di pondokan pada pukul 22.00. Segera kami mencari tempat untuk berteduh karena cuaca saat itu turun hujan rintik-rintik. Setelah mencari ke sana ke sini tempat berteduh akhirnya kami mendapatkan tempat berteduh di sebuah mushola kecil karena kami tidak membawa tenda.

1329718881469903156
1329718881469903156
Tak lama kemudian datang seorang warga penambang belerang menghampiri kami dan meminta perbekalan kami. Kami pun merasa terganggu dengan kehadirannya setelah kami beri indomie goreng 2 bungkus dia pun semakin keterlaluan dengan meminta-minta uang kepada kami. Karena kami tidak mempunyai uang banyak kami pun bersikeras untuk tidak memberinya uang (dalam batinku kalau dia sampai macam-macam kepada kami di dalam carrierku ada sebuah tramontinaatau golok, untungnya dia pergi). Begitu penambang itu pergi kami berdua langsung istirahat karena rencanananya pukul 03.00 kami ingin melanjutkan menuju puncak Arjuno dengan targetSunrise. Waktu terus berjalan hingga menunjukan pukul 03.30 dan aku pun mengajak Kopi untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak. Kopi menolak, "Nanti saja berangkatnya. Ini baru aja, masih capak-capek badannya," alasannya. Akhirnya kami pun bangun kesiangan, sekitar pukul 09.30, dan segera membuat sarapan untuk bekal menuju puncak Arjuno.

1329719148931905951
1329719148931905951
Di perjalanan kami hanya berdua saja yang naik dan tidak bertemu dengan pendaki lain. Tiba di sebuah sabana yang benama Lembah Kidang kami terkena badai dan langsung mendirikan bivak darurat dari jas hujan yang kami kenakan. Di sini kami menunggu badai sangat lama, sekitar dua jam lebih, karena apabila kami berdua paksakan untuk mendaki ke puncak Arjuno akan sangat berbahaya.Puncak Arjuno terkenal dengan badainya yang datang tiba-tiba.

132971903336200293
132971903336200293
Pukul 13.30, setelah menunggu badai sangat lama, akhirnya cuaca kembali cerah dan kami pun melanjutkan perjalanan menuju puncak Arjuno. Sepanjang perjalanan kami berdua saling ngobrol satu sama lain untuk menghilangkan rasa bosan karena medannya yang sangat terjal dan berbatuan. Pukul 15.30 akhirnya kami berdua sampai di puncak Arjuno dengan rasa yang sangat melelahkan dan cuaca saat itu kembali hujan deras serta berkabut tebal. Setelah mengambil beberapa foto sesaat di puncak kami putuskan untuk kembali menuju pondokan. Di tengah perjalanan kami hampir saja terkena petir. Bayangkan saja, petir itu kira-kira jarak 50m dari kami dan menyambar pohon besar. Pohon itu pun langsung ambruk serta suaranya yang sangat besar seperti gunung meletus.Kopi pun panik tidak karuan berlari-lari turun dengan cepat. AkumengingatkanKopi agar tidak panik, "Jangan panik bro, tenang aja tapi jalannya agak dipercepat. Kalau kita panik bisa-bisa menemukan ajal di sini karena jalurnya yang berbatuan dan licin." Akhirnya kami berdua selamat dari maut dan sampai di Lembah Kidang sekitar pukul 16.15. Segera kami menuju pondokan. Di perjalanan menuju pondokan kami berdua hampir masuk ke Lembah Lali Jiwo yang konon jika masuk ke sana hanya akan berputar-putar di jalur itu saja. Aku pun bicara pada Kopi untuk melihatGPS (untungnya aja bawaGPS, coba kalau tidak).

13297191891820173169
13297191891820173169
1329719209276193185
1329719209276193185

Pukul 17.00 akhirnya kami sampai di pondokan dengan selamat dan bertemu pendaki yang baru turun juga dari Arjuno. Dalam hatiku berkata, “Padahal kita tidak bertemu dengan pendaki lain di sepanjang jalan, kok bisa ya meraka turun dari Arjuno dan tidak bertemu dengan kami berdua.” Pukul 17.15 setelah cukup istirahat kami akhirnya melanjutkan perjalanan menuju Pos Perizinan Gunung Arjuno dan ikut bersama rombongan sekitar 20 orang yang habis naik dari Arjuno tadi. Sepanjang jalan kami berdua turun dengan berlari-lari karena untuk mempersingkat waktu (takut hari gelap karena penerangan sudah tidak ada yang berfungsi alias batere habis). Pukul 18.15 hari semakin gelap dan hujan turun semakin deras. Kami berdua turun hujan-hujanan dan tanpa penerangan sama sekali (menjadi mata kucing).

19.00 WIB, setelah berjalan terus tanpa henti di kegelapan malam dan dinginnya cuaca di tengah jalan kaki kiriku terkilir dan jalan pun semakin lambat. Tiba-tiba telihat sebuah pondok dari kejauhan dan kuputuskan untuk bermalam lagi di sana. Anehnya di pondokan tersebut terdapat api unggun yang masih menyala dan kami pun tanpa berpikir yang aneh-aneh melanjutkan untuk membuat api tetap menyala hingga pagi datang serta tidur dengan nyenyak.

13297193251932800655
13297193251932800655
13297193831239786836
13297193831239786836
25 Desember 2011, keesokan harinya pukul 06.00 kami terbangun karena dinginnya kabut dan segera membuat makanan untuk sarapan sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Pukul 07.00 Setelah sarapan dan packing barang kami berdua turun menuju Pos Perizinan Gunung Arjuno. Di sepanjang jalan karena cuaca saat itu panas sekali aku membuka baju dan berjalan perlahan karena kakiku masih terasa sangat sakit. Di tengah perjalanan kami berdua melihat lima ekor burung elang jawa terbang berputar tepat di atas kami. Senang rasanya bisa melihat langsung burung elang jawa terbang di alam bebas. Akan tetapi lama-lama aku pun berpikir dan bicara kepada Kopi, "Kok burung elangnya aneh ya, dari tadi ngikutin kita trus? Kopi pun menjawab mungkin kita mau dijadikan santapannya mereka.Mendengar jawaban seperti itu saya langsung mengenakan pakaian dan turun secepatnya tanpa peduli kaki masih sangat sakit. Pukul 09.00 kami berdua tiba di Pos Perizinan Gunung Arjuno dengan selamat dan segera melanjutkan perjalanan pulang menuju Sekret Jalawira di Surabaya dan tiba di sana pukul 14.00.

1329719416785536538
1329719416785536538
Pendakian yang sangat melelahkan dan penuh tantangan. Terimakasih banyak buat Kopi Jalawira karena telah menemaniku dalam pendakian ini.

bersambung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun