Mohon tunggu...
Bayu Iskandar
Bayu Iskandar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membaca, Mengubah dari yang Tak Biasa Menjadi Budaya

12 Oktober 2017   22:08 Diperbarui: 12 Oktober 2017   22:41 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Negara kita yang menurut BKKBN digadang-gadang akan mendapat bonus demografi pada tahun 2020-2030, sudah melakukan hal yang tepat dalam mengatasi masalah literasi untuk menyiapkan generasi tersebut. Harapannya tingkat membaca masyarakat Indonesia akan semakin berkembang seiring dengan pemahaman pentingnya membaca dan latihan yang terus menerus. Dengan demikian kecepatan membaca orang Indonesia yang berkisar antara 150-300 KPM pasti meningkat, dimana efeknya akan berbanding lurus dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebuah Usulan

Tidak adil rasanya jika kita mengupas hal yang kurang baik tanpa memberi solusi. Jika terjadi pergeseran budaya dari cetak menjadi digital, maka kita harus mengikuti arus yang mengalir. Kita gunakan media digital sebagai upaya untuk menggiatkan budaya baca ini, media tersebut bisa berupa komputer ataupun smartphonemelalui jaringan internet. 

Berdasarkan survei yang dilakukan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2016 adalah 132,7 juta user atau sekitar 51,5% dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 256,2 juta. Dimana rata-rata pengakses internet di Indonesia menggunakan perangkat smartphone, dengan rincian 67,2 juta orang atau 50,7 % mengakses melalui perangkat genggam dan komputer, dan 63,1 juta orang atau 47,6 persen mengakses dari smartphone.

Masih dari survey yang sama, pengguna yang berasal dari kalangan pelajar tercatat 8,3 juta pengguna, atau 6,3% dari total pengguna, angka yang sangat besar tentunya. Semua sepakat bahwa penyumbang jam terbanyak dari total penggunaan jam berinternet ria adalah media sosial. 3 besar media sosial yang paling sering dikunjungi adalah Facebook, Instagram, dan Youtube. Facebook sebagai jawara dengan angka sebesar 71,6 juta pengunjung atau 54%. Disusul Instagram dengan 19,9 juta (15%) dan Youtube 14,5 juta (11%).

Pertanyaan terbesar, mengapa pengguna internet di Indonesia khususnya para remaja sangat menyukai sosial media? Seperti dilansir dalam situs Psychology Today, Selasa, 25 Juni 2013 yang lalu, ada 4 alasan utama mengapa remaja menjadi maniak media sosial. 4 alasan tersebut diantaranya rasa ingin mendapat perhatian, ini bisa dilihat dari harapan para remaja ini mendapat angka follower, viewer, atau like terbanyak. Setelah itu berturut-turut untuk meminta pendapat, menumbuhkan citra, dan yang terakhir adalah kecanduan. Rasanya alasan tersebut sampai sekarang masih merupakan alasan utama para remaja sangat menggilai sosial media.

Berdasarkan data dan fakta tersebut di atas saya mengusulkan menggunakan tingginya penggunaan smartphone pada pelajar untuk menumbuhkan budaya literasi. Sebenarnya banyak siswa-siswa kita yang berbakat dalam hal tulis menulis, banyak yang suka membaca, tetapi wadah yang disediakan masih terlalu minim, akhirnya mereka lari ke faktor penggoda. 

Pada tanggal 12 Januari lalu Dikti dalam siaran persnya mengumumkan bahwa peneliti Indonesia berhasil mengembangkan smartphone di ITB. Smartphone ini merupakan hasil kerjasama antara akademisi, industri, pelaku pasar dan pemerintah yang akan segera diproduksi secara massal. Usul yang saya berikan yaitu menanamkan aplikasi yang berfungsi sebagai ruang baca dan cipta bagi pelajar.

Dengan adanya aplikasi ini diharapkan siswa bisa mengunggah hasil tulisan mereka agar bisa dibaca oleh masyarakat umum khususnya para pelajar di seluruh Indonesia. Dimana unsur jumlah reader, like, dan follower tetap dicantumkan, karena ingat, remaja masih sangat haus akan perhatian. Kita gunakan reader, like, dan follower menjadi daya tarik mereka untuk terus berkarya, karena semakin positif tanggapan maka akan semakin meningkatkan motivasi berkarya selanjutnya. Dan apabila konten yang diunggah siswa belum mendapat tanggapan yang diinginkan, harapannya para pelajar ini akan berusaha untuk memperbaiki dan mengembangkan konten mereka, sehingga akan berdampak positif pada penulis maupun pembaca.

Gambaran saya untuk aplikasi ini nantinya memiliki sub forum untuk memfasilitasi ketertarikan siswa kepada konten yang sesuai dengan minat mereka. Jadi nanti ada sub forum fiksi, olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai lingkup minat yang disukai para remaja. Tentu saja nanti ada admin yang memantau isi dari konten yang telah diunggah. Bagaimana untuk memastikan bahwa pengunggah adalah benar-benar siswa dan bukan orang yang tidak bertanggung jawab? Caranya dengan login menggunakan NISN siswa, dimana data tersebut telah tersimpan di server Kemendikbud. Dengan demikian penyalahgunaan aplikasi bisa diminimalisir.

Selain mobile based, maka aplikasi ini sebaiknya juga dibuat versi web based nya, karena tidak semua siswa memiliki perangkat smartphone untuk mengakses. Memang masih ada kendala untuk daerah yang berada di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) karena terbatasnya sarana dan prasarana, tapi guru bisa berperan sebagai konektor antara siswa dengan aplikasi tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun