Mohon tunggu...
bayu insani sani
bayu insani sani Mohon Tunggu... Penulis - seorang ibu rumah tangga

Hidup adalah perjuangan, jadi berjuanglah untuk hidup. Jangan lupa kita hidup karena Siapa? Karena, Allah Tuhan Yang Esa,....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Pukul Anak

14 Maret 2021   18:00 Diperbarui: 14 Maret 2021   18:06 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jangan Pukul Anak

Oleh Bayu insani

Sebagai seorang ibu, kita pasti inginkan generasi kita menjadi manusia yang baik. Dan untuk menjadikan anak kita anak yang baik, kita berkewajiban untuk mendidiknya. Kita, orangtua adalah guru utama dalam keluarga, setelah di sekolahan atau di lingkungan.

Apa sih yang harusnya diberikan pada buah hati kita, khususnya yang masih kecil. Ini saya khususkan yang masih kecil, sebab kalau sudah besar, biasanya anak sudah bisa bergaul dan mampu menilai atau menyaring teman bermainnya. Kalau masih kecil, otomatis yang paling dekat dengannya adalah yang mengasuhnya.

Anak kecil, (apalagi bayi) adalah makhluk yang lemah, dalam artian, tak mampu berbuat apa-apa tak seperti orang dewasa. Karena mereka belum melalui banyak proses. Menurut apapun yang akan di lakukan atau di berikan orang dewasa padanya. Namanya anak kecil, gampang di masuki sesuatu. Baik itu ucapan ataupun perilaku.

Yang dibutuhkan anak kecil itu adalah kasih sayang dan dunianya. Anak kecil memiliki dunia berbeda dengan kita. Dunia mereka itu bermain, dan meminta. Meminta kasih sayang, yaitu dia minta bermanja-manja. Meminta waktu kita, dengan cara mengajaknya bermain, menemani tidur, memperhatikannya dalam situasi apapun. Orangtua harus stay di dekatnya. Meminta keuangan kita, dalam artian, dia meminta makanan, jajan, atau mainan. Dan kadangkala anak tak mau tahu adakah orangtuanya ada uang atau tidak. Dalam pikiran dia harus ada, atau harus keturutan. Itu cobaan kesabaran buat orangtuanya.   

Saya banyak belajar dari kejadian-kejadian yang pernah saya lihat dari banyaknya lingkungan yang kami tempati. Saya ingin sedikit berbagi pengalaman pada ibu-ibu khusus-nya yang memiliki anak-anak yang masih kecil, supaya berhati-hati dalam mendidik anaknya. Sebab anak adalah investasi kita di masa tua. Apa yang kita ajarkan di masa kecil, akan berputar dan kembali pada kita di usia tua kelak. Roda berputar, karma berlaku, namun ilmu itu pelita hidup. Dia akan menjadi cahaya yang terang buat anak-anak kita.

Saya sering dengar orangtua membentak anaknya, padahal yang di lakukan anaknya adalah kesalahan kecil, yang memang belum sepenuhnya di ketahui si anak tersebut. Ini saya berkata, sebab saya melihat semata-mata. Anak usia setahun, di marahin, bahkan keluar kata tolol  dan kata-kata kotor lainnya. Miris sekali saya dalam hal ini. Saya jadi ingin membalikan kalimat itu untuk si pengucap. (sekarang bayangin, anak kecil makan makanan yang jatuh. Bagi kita kotor. Tapi bagi anak kecil ini, mereka tak tahu apa itu kotor. Yang dia ketahui, makanan jatuh dan harus di ambil lagi. Tapi si ibu, cara menegurnya salah. "ini kotooooorrrr, tolol luh...!" )

Mendengar ini, saya hanya mengelus dada. Karena bukan hanya sekali dua kali, namun sudah menjadi bunga telinga saya setiap harinya. Istighar. (mudah-mudahan anda yang membaca ini tak seperti dia ya....)

Ucapan adalah doa. Itu benar adanya. Semua orang pasti setuju dengan kebenaran ini. Sebagai orangtua, sudah seharusnya kita dari awal lagi (bayi) mendengarkan kata-kata yang baik. Supaya dia mengikuti kata-kata kita. Ya iyalah....kita kan guru bagi dia. Sudah semestinya ngajarin yang baik, supaya kelak dia menjadi anak yang baik. (seperti harapan setiap orangtua) Kita harus dasari dengan ahlaq, kata-kata dan perilaku yang baik.

Tapi tak semua orangtua, faham harus bagaimana, bahkan ada yang sampai hati memukul telapak tanganya. Miris, sedih sekali kalau ada kejadian ini. Biasakanlah berkata baik, walaupun kita belum sepenuhnya menjadi orangtua yang baik, jadi guru yang baik, teman yang baik, atau bahkan tetangga baik. Bagaimanapun, otak anak itu merekam apa yang di dengar orangtuanya. Dengan melihat, dia ikutan melakukan. Mendengarkan, dia akan ikutan mengucapkan. Apapun perilaku kita, anak akan mengikutinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun