Mohon tunggu...
Bayu Bondan
Bayu Bondan Mohon Tunggu... Lainnya - ASN yang belajar jadi penulis

Burung merpati burung kenari | Rehat sejenak di dahan meranti | Biarkan saja pena menari | Dan lihat saja hasilnya nanti

Selanjutnya

Tutup

Healthy

The Power of Kerokan

24 November 2017   14:54 Diperbarui: 24 November 2017   17:19 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter.com/sobathangat

Sebuah Pengantar

 Kerokan...

Coba sampaikan satu kata ini kepada orang tua kita dan minta apa pendapat mereka. Dijamin sebagian besar dari mereka akan bercerita panjang lebar mengenai kehebatan kerokan dalam menghadapi masuk angin. Bahkan bisa jadi masih banyak orang tua kita yang melestarikan budaya kerokan di tengah gempuran kemajuan teknologi peradaban.

Bagi generasi millenial mungkin saja ada yang baru dengar kata "kerokan". Berdasarkan info dari Wikipedia, kerokan merupakan sebuah terapi pengobatan alternatif untuk gejala masuk angin dengan metode menggaruk sambil menekan bagian permukaan kulit menggunakan cairan licin (seperti minyak telon, minyak olive, minyak kelapa, balsem, dsb) dan benda tumpul (seperti uang logam, batu giok, gundu, potongan jahe, dsb) sebagai alat pengerok, yang selanjutnya menyebabkan guratan merah atau lecet pada kulit.

Fakta Tentang Kerokan

Dikutip dari KlikDokter, Guru Besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, meneliti tentang manfaat kerokan. Penelitian yang dilakukan tahun 2003-2005 menghasilkan kesimpulan bahwa hampir 90 persen responden mengaku kerokan saat masuk angin. Responden seperti langsung mendapatkan sugesti "sembuh" setelah melakukan kerokan.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), pada tahun 2017 persentase penduduk yang mengobati sendiri sebesar 69,43 persen. Maksud dari mengobati sendiri adalah upaya oleh anggota keluarga dengan melakukan pengobatan sendiri (tanpa datang ke tempat fasilitas kesehatan atau memanggil dokter/petugas kesehatan ke rumahnya) agar sembuh atau lebih ringan keluhan kesehatannya, seperti minum obat modern, jamu, kompres, pijat, dan kerokan.

Dikutip dari Wikipedia, ternyata kerokan tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga banyak disukai oleh orang-orang di negara-negara Asia lainnya. Vietnam menyebut teknik serupa sebagai cao giodi, Kamboja menyebutnya goh kyol, dan Tiongkok yang terkenal dengan akupunturnya menyebut teknik serupa untuk melancarkan peredaran darah dengan gua sua.

Namun, ternyata ada juga bangsa lain yang sama sekali tidak mengerti kebaikan kerokan. Budaya yang sudah turun temurun dilestarikan oleh bangsa Timur ini justru sering dikira sebagai bentuk kekerasaan fisik. Banyak orang Indonesia atau Vietnam yang bermukim di Amerika Serikat kemudian mereka pergi ke rumah sakit dengan bekas kerokan, justru dicurigai atau bahkan dilaporkan karena dianggap melakukan kekerasan rumah tangga (www.hipwee.com).

Satu Kerokan Sejuta Makna

Seperti yang sudah disampaikan di awal bahwa kerokan menjadi budaya yang masih eksis sampai sekarang. Menurut Wikipedia, budaya kerokan ternyata sudah ada sejak zaman kerajaan dahulu kala. Bahkan para raja dan petinggi kerajaan Nusantara banyak yang melakukan terapi kerokan untuk kesehatan. Terapi ini digemari karena dianggap manjur dan murah meriah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun