Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gagalnya Pengawasan Eksternal Anak, Individualistik, dan Pemicu Tindak Kriminal Anak

25 Februari 2023   16:25 Diperbarui: 26 Februari 2023   10:13 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sistem Peradilan Anak Indonesia (foto dari pixabay.com)

Maka dari itu, penting peran serta masyarakat, kita dalam melakukan pengawasan terhadap anak dalam lingkungan yang kita tempati. Ingat pepatah, di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung. Ini bukan hanya berarti menghormati kehidupan masyarakat, melainkan turut serta mengembangkan kehidupan masyarakat.

Akan tetapi akhir-akhir ini, kehidupan bermasyarakat lebih mementingkan dan mengedepankan individualistik semata. Sikap acuh tak acuh pada kehidupan orang lain, sikap enggan berinteraksi dengan tetangga, sikap mementingkan diri sendiri, dan sikap tak mau mengalah. Menjadi corak kehidupan masyarakat sekarang.

Sikap-sikap demikian tumbuh akibat pembiasaan yang salah. Masyarakat membiarkan hal itu terjadi tanpa adanya pencegahan dan penanganan kondisi. Sehingga, berangkat dari kesalahan yang dibiarkan lama-kelamaan menjadi kesalahan yang dibenarkan.

Awalnya, sebagian masyarakat memiliki peran krusial dalam mengontrol pengawasan terhadap anak bahkan orang lain dalam lingkungannya. Namun, akibat perubahan pola pikir dan tindakan masyarakat yang enggan mendengarkan nasihat, maka budaya emang gue pikirin tumbuh subur dalam lingkungan yang pasif.

Selain pegawasan eksternal terhadap anak yang rendah, sikap individualistik, ada beberapa sumber yang memicu tindak kriminal pada anak. Salah satunya hubungan anak dengan orangtua, gagalnya institusi pendidikan menanamkan pendidikan moral budi pekerti, dan lemahnya peradilan anak dalam melakukan penyelesaian konflik hukum pada anak.

Hubungan anak dengan orangtua.

Anak akan selalu menjadi tanggungjawab orangtua. Pola asuh dan didikan anak menjadi hal utama dalam pembentukan karakter dan jati diri anak oleh orangtua. Sebab, orang tua adalah orang terdekat anak dan memiliki pengaruh paling besar dalam menanamkan mindset atau pola pikir pada anak.

Orangtua memiliki kendali penuh pada anak, tapi bukan berarti mengekang cita-cita anak dan tindakan anak. Melainkan mengarahkan dan mendukung segala tindakan anak selama dalam koridor yang benar dan tidak melanggar hukum.

Gagalnya institusi pendidikan menanamkan pendidikan moral budi pekerti.

Banyak kasus siswa menganiaya bahkan membunuh gurunya sendiri, begitupun oknum guru yang tega melakukan tindak asusila pada peserta didiknya. Secara nyata, pendidikan moral budi pekerti gagal ditanamkan dalam kehidupan warga sekolah.

Apakah karena kurikulum pendidikan kita yang salah atau cara mengajar pendidik kita yang salah? Terlalu banyak program yang telah diimplementasikan, tapi masih ada saja kegagalan yang tercipta dalam program tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun