Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Mertuaku Mengizinkan Aku Meminang Putrinya, tapi...

21 Maret 2021   09:45 Diperbarui: 27 Maret 2021   19:17 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi membaca surat. (sumber: pixabay.com/Cdd20)

Dear Calon Menantuku,

Apa kabar, calon menantuku? Semoga kamu baik-baik saja. Kamu pasti menanti balasan surat yang kau kirim waktu itu. Aku rampung membacanya. 

Aku sudah memahami tujuannya. Aku telah menimbangnya. Aku harus memutuskannya segera. Hari ini. Aku sampaikan kepadamu, calon menantuku.

Mungkin kamu menunggu terlalu lama. Berharap cemas dalam beberapa hari terakhir. Deg-degan. Aku pun begitu. Harus mengambil keputusan berat ini. Semoga kamu, calon menantuku, tidak menyerah pada keadaan dan kenyataan. Aku yakin kamu pasti kuat.

Aku sudah mengenalmu sejak lama. Meski belum pernah ada kontak langsung denganmu. Ruang dan waktu tak pernah mengizinkan hal itu. Hingga pada hari ini pun, aku, calon mertuamu belum dapat bertemu bertatap muka.

Pemuda calon menantuku. Aku tahu tentang keluargamu. Meski informan utama dari pada tetangga. Kamu benar, seorang anak tunggal. Semata wayang. Kamu benar, hartamu terbatas. 

Beberapa petak sawah dan sepasang limousin. Kamu benar, pendidikanmu hanya sebatas SMA. Itupun kamu lulus dengan nilai pas-pasan. Menandakan bahwa kamu bukan siswa yang pandai di sekolah.

Pemuda calon menantuku. Jangan berkecil hati. Aku tidak keberatan dengan keluargamu. Aku tak memandang seberapa banyak harta warisanmu. Aku tak butuh ijazah milikmu. Meski kamu berasal dari keluarga sederhana. Tidak ada larangan satu pun bagimu untuk melamar putriku. Tidak ada pengecualian apapun bagiku untuk menyeleksi calon menantuku. Aku berhak memilih yang terbaik.

Pemuda calon menantuku. Aku calon mertuamu. Sudah sepantasnya seorang Ayah Bunda mengharapkan menantu terbaik bagi putrinya. Begitupun aku, calon mertuamu. 

Kamu pasti tahu, menaklukkan calon mertua sangatlah sulit. Bukan karena jual mahal. Apalagi jual murah. Lebih-lebih banting harga. Putriku bukanlah dagangan pasar. Putriku adalah mahkota. Wajib hukumnya menjaga dan melindunginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun