Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kebakaran Hutan si Pemusnah Peradaban

3 Oktober 2020   20:54 Diperbarui: 3 Oktober 2020   21:05 2259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbukitan Nrayun Ponorogo (dokumen pribadi)

Selain itu akibat dari kerusakan hutan atau kebakaran hutan nantinya akan menyebabkan tanah longsor karena tanah-tanah yang memiliki banyak pohon yang sejatinya penopang pergerakan tanah menjadi hilang maka ketika musim penghujan tiba pergerakan tanah tersebut tidak dapat terhalang oleh akar-akar tanaman sehingga menyebabkan terjadinya longsor.

Selain menyebabkan ketiga dampak sosial tersebut masih ada lagi yang terakhir bahwa akibat dari kebakaran hutan dan polusi asap akan menimbulkan citra buruk terhadap suatu bangsa di mata bangsa lain karena tata kelola pemerintah Indonesia tidak bagus dalam mengelola kelestarian lingkungan hidup, sehingga wibawa dari suatu bangsa akan menurun akibat masalah dan isu lingkungan hidup tersebut.

Dengan banyaknya dampak tersebut maka dapat dikatakan bahwa kebakaran hutan adalah pemusnah peradaban manusia di era mendatang.

Mengapa kejadian ini terulang setiap tahun? 

Paling utama adalah pengaruh cuaca. Indonesia berada pada iklim tropis yang membawa dampak sinar matahari begitu terik. Terkadang, siklus pergantian musim tidak terpat atau meleset satu dua bulan. Entah karena lapisan ozon yang semakin menganga lebar karena efek rumah kaca hingga dugaan tanda-tanda kehancuran zaman. Hal tersebut memengaruhi cuaca di Indonesia apalagi pada kawasan hutan. Daun yang meranggas, tanah yang panas, ilalang yang mulai kering mudah tersulut api. Apalagi, kecepatan angin sangat tinggi terlebih pada musim kemarau.

Hal ini disebabkan oleh perilaku dan budaya masyarakat sendiri yang kurang memperhatikan dan melestarikan lingkungan hidup atau mengabaikan arti pentingnya lingkungan sebagai penunjang kehidupan manusia.  Maka kejadian ini terus berulang dan alasannya sama, memenuhi kebutuhan ekonomis. 

Sangat miris sekali bahwa perilaku tersebut---perusakan lingkungan hidup---terus merambah dari tahun ke tahun karena disebabkan oleh pemerintah sebagai pengontrol atau pengawas telalu kendor dalam mengawasi kebijakannya. Hal ini dapat di ditopang dengan adanya program penanaman kembali atau reboisasi dan penindakan secara tegas atau pidana bagi para pelanggar.

Lantas solusi terbaik apa agar kejadian semacam ini tidak terulang lagi? 

Kasus kebakaran hutan, banjir dan tanah longsor adalah membudayakan kepada anak-anak kita tentang pemahaman arti pentingnya lingkungan hidup sebagai penopang keberlangsungan dan eksistensi kehidupan manusia itu sendiri.

Seperti contoh tidak membuang sampah sembarangan. Hal ini memang sepele jika kita lihat seorang anak yang membuang selembar sampah bungkus permen ke sungai, namun ketika berjuta-juta orang membuang sampah selembar bungkus permen ke sungai maka sungai itu akan tersumbat dan menjadi dangkal. Ketika musim penghujan menyebabkan aliran air akan meluap dan menyebabkan banjir (itu hanya untuk satu lembar bungkus permen).

Andaikata setiap orang membuang sampah ke sungai sebanyak satu ton per tahun maka bisa dibayangkan betapa rusaknya lingkungan akibat ulah manusia itu sendiri.

Oleh karena itu, sangat penting penanaman rasa cinta terhadap lingkungan kepada anak-anak yang nantinya akan menjadi budaya ketika anak-anak kelak dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun