Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Sikap Memposisikan Diri dalam Kehidupan, Nomor 3 Sering Terlupakan

14 September 2020   19:47 Diperbarui: 20 Mei 2021   21:47 2041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersyukur atas pemberian Tuhan yang maha indah (foto Sinta Retno Wati)

Banyak orang sambat terhadap kehidupannya. Sebagian dari kita kadang berkeluh kesah atas ketidaknyamanan tersebut. 

Misalnya cara mengajar dosen, interaksi antar mahasiswa, tertekan tugas yang berlebihan, tuntutan mencapai nilai maksimum, dan lainnya. Para pekerja dengan segudang target pekerjaan, tanpa libur lembur terus, seberkas lelah yang tak terobati, dan masalah gaji di bawah kewajaran harus ditelan paksa agar mampu bertahan hidup. 

Seorang ibu rumah tangga berusia belia bersama beban hidup mengurus anak, menjadi pahlawan di tengah keluarga, mengatur tata kelola keuangan dengan berdasar pada cinta dan kasih, segan mengubur harapan dan impian hidup bebas tanpa ikatan seorang istri. 

Begitu juga sosok ayah muda bergelut terik matahari mencari lembar rupiah, sebagai bentuk tanggung jawab seluas samudra menafkahi anak istri. 

Baca juga : Fakta Roda Kehidupan yang Belum Diketahui

Semua menggerutu seakan tak terima nasibnya seperti itu. Sebetulnya yang membuat ruwet itu, ya kita sendiri. Kita yang tidak bisa memposisikan diri sesuai dengan ketentuan atau aturan sehingga masalah selalu muncul dalam kehidupan.

Bagaimana cara memposisikan diri? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing. 

Menyelesaikan masalah dengan kepala dingin/merenung memikirkan solusi terbaik (foto Achmad Baidowi)
Menyelesaikan masalah dengan kepala dingin/merenung memikirkan solusi terbaik (foto Achmad Baidowi)
Pertama, menyikapi segala permasalahan dengan kepala dingin. Tanpa ada emosi. Berpikirlah Tuhan sedang mengukur tingkat kesabaran dan keimanan hamba-Nya. 

Seperti halnya cara mengajar dosen yang tidak sesuai dengan harapan, benak kita harus memposisikan diri untuk menyukai mata kuliah dosen tersebut. 

Jangan melihat siapa yang mengajar tapi apa yang diajarkannya, lambat laun kita akan terbiasa dan niscaya mensyukuri cara mengajar tersebut. Tanamkan prasangka positif karena positivitas mengantarkan kita pada kebahagiaan. 

Jangan melulu komplain bahkan membandingkan dengan masa lalu sebab proses penyelesaian masalahnya berbeda. Boleh kita membandingkan kehidupan yang lalu asal berorientasi pada kemajuan bukan malah kemunduran. 

Baca juga : Hikmat Tuhan Penuntun Kehidupan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun