Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perlukah untuk Konsisten?

29 Juli 2020   08:25 Diperbarui: 29 Juli 2020   08:45 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konsisten dalam memilih teman dan pasangan (foto pribadi)

Rezeki itu datang tanpa disangka-sangka. Mereka anak dari keluarga miskin dalam kesehariannya hanya bersyukur dan bersungguh-sungguh. Bersyukur atas nikmat Tuhan mereka bisa kuliah, kebutuhan ini itu tercukupi, dan biaya kuliah pun terbayarkan. Bersungguh-sungguh dalam belajar karena mereka tahu berasal dari kasta mana. Mereka ingin membuktikan bahwa anak seorang buruh pasir dapat sukses seperti mereka (jadi direktur, pengusaha, gubernur maupun presiden).

Pilihan itu harus dikerjakan secara tekun dan konsisten, tidak memandang asalmu dari mana, baik anak orang kaya maupun anak orang miskin. Siapa yang mampu tekun dan konsisten maka, ia akan berhasil. Janganlah kita mengeluh atas ketidaknyamanan dalam proses itu. 

Cukuplah kita bersyukur dan bersungguh-sungguh menjalani segala perjalanan ruang dan waktu karena komitmen akan tertanam dengan sendirinya bersama sikap tersebut.

Nikmati Pekerjaanmu
Bekerja juga butuh konsistensi, bukan kuliah saja. Bekerja itu susah dan cari penghasilan sulit. Benar. Apalagi yang bekerja di pabrik kayu. Selain beban kerja berat juga disertai ancaman kesehatan seperti polusi udara dan kebisingan mesin pabrik. 

Kita yang bekerja kadang mengeluh capek, letih, lelah, gaji terlalu kecil, beban kerja bikin stres, dan semacamnya. Keluhan ini yang memunculkan pilihan enggan bekerja dan memutuskan untuk berhenti tanpa alasan yang jelas. Kita resign dan nganggur ini tindakan paling bodoh dalam hidup kita. 

Mereka di luar sana ngemis-ngemis di pabrik tahu misalnya, nggak dikasih. Malah kita yang sudah dapat pekerjaan minta berhenti dengan alasan macem-macem. Yang namanya bekerja itu ya capek, ya letih, ya lesu, ya lelah, ya begitu sistem upahnya, dan beban kerja begitu. 

Kita seharusnya bersyukur bisa bekerja dapat penghasilan bisa membantu orang tua. Terus kalau sudah berhenti, susah cari kerja nganggur akhirnya. Oleh karena itu, kita harus berkomitmen dengan diri kita sendiri. Kalau bekerja harus bersungguh-sungguh, jalani dengan ikhlas agar semua terasa ringan.

Lain cerita saat kita resign dari pabrik A dan pindah ke pabrik B. Konsistensi bekerja tetap ada dalam diri kita. Berbeda dengan kita resign dan nganggur itu tandanya konsistensinya luntur atau memudar. Resign dan bekerja lagi itu boleh dilakukan. Berarti ada hal-hal yang menjadi pertimbangan untuk melakukan pindah kerja. Kriteria orang seperti ini mampu mengatasi masalah dengan baik. 

Misalnya gaji di pabrik A dua juta per bulan dan di pabrik B tiga juta per bulan dengan beban kerja yang sama. Mengeluh gaji rendah ya pindah kerja bukan berhenti bekerja. Hal ini boleh dilakukan asal tidak terlalu sering, contoh dalam satu tahun kita sudah pindah pada tiga perusahaan. Ini salah, berarti kita sudah kehilangan komitmen dalam diri kita bahkan kehilangan rasa bersyukur, sungguh-sungguh, dan ikhlas.

Jika kita mampu bersikap sungguh-sungguh, ikhlas, dan bersyukur dalam bekerja niscaya komitmen sudah tertanam kokoh pada diri kita. Ketika komitmen sudah ada maka kita akan selalu konsisten terhadap pilihan yang dipilih, karena pilihan itu adalah tanggung jawab kita sendiri.

Nikmati Pernikahanmu
Salah satu tujuan hidup kita ialah menikah. Setiap orang diwajibkan untuk menikah karena menikah sebagian daripada ibadah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun