Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kastaku Bukan Pembatas Prestasiku

18 Juli 2020   05:30 Diperbarui: 18 Juli 2020   05:21 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Tak satu pun ia menyebutkan namaku di daftar para pemenang hingga serpihan kertas pelangi hujani para pemenang di atas panggung mewah dan megah. Pikiranku hancur. Ragaku lemas tak berdaya. Aku pulang dengan tangan kosong tanpa membawa hadiah bagi orang tua, guru, dan diriku sendiri. Aku jatuh dan gagal.

Enam bulan sebelum kelulusanku di SMA Negeri 1 Badung hingga akhirnya aku lulus dengan nilai 94,85 menempati peringkat pertama di sekolah. Selama itu pula, aku enggan menggoreskan penaku. Aku biarkan kosong, putih bersih bukuku. Tanpa titik noda hitam dan lipatan asaku. 

Ketika petang menjelang, aku sembahyang khusyuk menghadap Tuhan. Kupejamkan mata. Kukosongkan pikiran. Khidmat memujaMu. Tetiba seseorang panggil namaku, "Bara." Aku tetap dalam sikap sempurna. Tak kuhiraukan. "Lantaran apa engkau tak menggunakan kepintaranmu, kecerdasanmu dan kelebihannya. 

Aku telah memberikan cahaya di relung hatimu. Apakah ini balasanmu padaKu." Aku terkejut. Mataku terbuka lebar. Tubuhku kedinginan bak diguyur es. "Tuhan bicara padaku," batinku.

Aku telah berdosa. Aku telah menyiakan kepandaianku. Aku harus bangkit. Aku harus berjuang. Iya, aku harus bangkit." Semenjak peristiwa itu, kubuka kembali bukuku. Sudah kotor dan penuh lubang karena kutu buku menggerogotinya. Penaku berkarat beruntung masih lancar ketika digunakan. Buku dan penaku tetap kupakai meski jauh dari kata layak. Ini warisanku. Bagaimanapun adalah milikku.

Selama menanti pengumuman seleksi masuk perguruan tinggi pada tanggal 9 Juli 2019, aku gunakan waktu untuk menghasilkan karya kumpulan esai dalam buku berjudul "Teropong Reformasi di Mata Publik" terbit Juni 2019 di Bitread Publishing. Selain itu, aku pernah membukukan kumpulan puisi karya di Guepedia Publisher dengan judul "Seruling Sajak Samudra" pada tahun 2018. 

Saya sangat bersyukur atas pencapaian hingga hari ini dan terima kasih pada Tuhan yang mempermudah segalanya. "Ya Tuhan, terima kasih." Tak henti kuucapkan kalimat itu berkali-kali. Saat kubuka portal pengumuman SBMPTN 2019 dan kuisi nomor peserta beserta tanggal lahir. 

Aku sangat terkejut. "Selamat! Anda diterima di PTN Universitas Udayana pada program studi bahasa dan sastra Indonesia," tulisnya. Kubaca berulang kali, air mataku jatuh tak kuasa menahan haru. "Akhirnya, aku masuk di Universitas Udayana," batinku.

Anak seorang kaum sudra juga mampu menembus gerbang universitas bergengsi di tanah air. Dengan segala keterbatasan dan sekat penghalang selebar samudera ternyata mampu kusebrangi dengan sampan bambu restu orang tua dan Tuhan.

 "Terima kasih Tuhan, terima kasih ayah ibu," ucapku. "Kelak namamu akan bersinar. Teruslah berjuang raih cita-citamu," nasihat Ibu sembari menepuk pundakku. 

"Nak, angkatlah keluargamu ini di puncak tertinggi Nirwana kelak," tambah Ayah, "perjalananmu masih panjang. Jangan sia-siakan waktu. Terus maju. Hancurkan keterbatasan itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun