Mohon tunggu...
Wisnu Satrio
Wisnu Satrio Mohon Tunggu... Lainnya - SMK TELKOM MALANG

Kelas XIRPL1/40

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media Sosial, Musuh atau Teman Demokrasi?

8 Oktober 2020   08:13 Diperbarui: 8 Oktober 2020   08:23 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

SEJAK awal perkembangannya media sosial diprediksi akan turut andil dalam persaingan politik di negeri ini. Kebebasan berpendapat serta jangkauannya yang luas membuat media sosial dijadikan sarana masyarakat untuk menyampaikan aspirasi maupun informasi. Tak heran dunia politik pun turut mempergunakan media sosial sebagai bagian penting dari kampanye politik, bahkan menjadi ranah baru persaingan para politisi.

Sudah sejak dua pemilihan umum nasional terakhir (2009 dan 2014) media sosial menjadi suatu ranah yang perlu diperhitungkan.
banyak para calon pemimpin yang menggunakan media sosial sebagai sarana untuk berkampanye menyampaikan janji-janji, mencari simpati, dan tidak jarang juga digunakan untuk saling menyikut sesama politisi. 

Pertanyaannya sekarang adalah, ketika media sosial mulai berkembang, apakah sebenarnya pengaruh media sosial dalam sistem demokrasi Indonesia? Apakah media sosial mampu menjadi sumber informasi dan acuan yang konkrit atau hanya memperkeruh sistem demokrasi negeri ini?.

Jika kita tinjau kembali, media sosial memiliki banyak dampak positif bagi sistem demokrasi, pemerintah bisa menggunakan media sosial sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan masyarakat, serta menyampaikan himbauan-himbauan terkait kebijakan pemerintahan. Namun dampak negatif yang ditimbulkan oleh media sosial juga tidak sedikit, salah satunya berita hoax. 

Media sosial pernah tampil dengan suatu harapan bahwa mereka akan memberikan pencerahan pada dunia politik, penyampaian informasi yang akurat, dan komunikasi yang tak henti-hentinya ditujukan untuk membantu orang-orang baik untuk memberantas korupsi, memerangi kebodohan, serta mengungkap kebohongan. Akan tetapi, melihat kenyataannya, harapan tadi tinggallah harapan yang menjadi niatan baik, tetapi sulit terwujud sebagai kenyataan.

Alih-alih menjadi sumber informasi yang akurat, media sosial saat ini banyak menyajikan berita-berita hoax yang menggiring opini publik untuk saling membenci. Banyak pengguna media sosial yang menyebarkan berita yang tidak jelas kebenarannya hanya untuk mencari sensasi dan mengadu domba antar sesama. 

Dampaknya banyak sekali masyarakat yang langsung menyalahkan suatu pihak tanpa mencari tahu dulu kebenaran tentang informasi tersebut. Timbul kerusuhan dimana-mana, perselisihan antar golongan, perlawanan terhadap sistem pemerintahan, dll. Fenomena hoax ini telah mencemari dan menebar racun dalam demokrasi yang kita jalani saat ini. 

Dalam kondisi seperti ini, lalu apa yang perlu kita lakukan? Jika media sosialnya sendiri lewat hukumnya yang berlaku memang sulit melakukan perubahan, yang perlu diintervensi adalah para penggunanya. Kita harus lebih bijaksana dalam menggunakan hak bermedia sosial. Jangan mudah mencerna berita-berita yang belum valid kebenerannya, serta janganlah kita menebar racun dengan menyampaikan berita hoax yang bisa memunculkan perselisihan dan perpecahan.

Lalu apakah media sosial ini teman atau musuh bagi demokrasi? Semua kembali lagi kepada diri kita masing-masing. Bagaimana cara kita menggunakan hak-hak bermedia sosial serta kebijaksanaan kita dalam menanggapi suatu berita itulah yang menentukannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun