Aku si Jelata
Tertatih mengeja semesta
Berharap sungguh
Menangkap makna
Menyibak tirai nan gulita.
Berpeluh sudah raga ini
Namun jiwa tetap hampa
AyatMu nan Agung
Tak mudah dimengerti
Kejahilan jiwa menutupi
Terangnya cahaya
Tampak nyata alam begitu bhineka.
Tetangga ku ada Tubagus, juga Sitorus
Keduanya cerminan kepatuhan pada yang diyakini, kerumah ibadah sebagai indikator.
Agak jauh dari teras rumah
Di sana ada koh Koh Ahong pemilik toko bangunan.
Bertangan ringan melebihi haji Salim.
Ada juga tetangga migran Arab
Berhidung bangir tinggi semampai
Tongkrongan raja Salman
Kala jumpa menebar salam
Lembut kata elok tingkah
Oh kampungku Indonesia
Tumpang sari peradaban dunia
Swarga berbagai marga
Tumbuh subur klan Bangsa
Bersendi tatakrama
Bingkai hidup bersama
Tersebutlah nusantara
Beranyam etnis juga agama
Bersemboyan bhineka tunggal ika
Kini Nusantara ku
Mulai terobek sektarian dan fanatisme sempit.
Berdalih membela kesucian Yang Maha Agung
Menebar benci dan permusuhan
Panji perang dikibarkan dalam kerumunan damai
Oh, Nusantara ku ayat agung dari Ilahi
Akankah tinggal cerita dalam roman kitab suci
Menjadi ibroh,
Baldatun toyibatun wa rabbun ghafur.
Tangerang , 28 Juni 2019, tatkala sidang MK perselisihan hasil pilpres  sudah diputuskan