Mohon tunggu...
Bass Elang
Bass Elang Mohon Tunggu... Seniman -

Dan pada akhirnya senja berubah menjadi malam yang gelap. Tak ada yang berkesan kecuali wajah manismu yang melintas.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

#Move #On2

17 April 2018   03:03 Diperbarui: 20 April 2018   13:10 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://botakstm.blogspot.co.id/2016/08/jika-diubah-ke-dalam-bentuk-ilustrasi.html?m=1

"Bagaimana itu takdir, Min? Bukankah, apa yang dikatakan Jarwo tadi, itu adalah keinginan Sinta sendiri untuk putus," sanggah Susi.

"Keinginan menghasilkan nasib. Nasib adalah takdir. Kita pergi dari sini adalah takdir, kita tetap di sini juga takdir," jelas Parmin.

     Temannya tersentak diam.

     Sutejo belum juga mengeluarkan jurusnya. Dia masih mau mendengarkan temannya dengan berpikir. Fungsi telinga adalah 'mendengar' bukan 'nguping'. Dalam bahasa inggris; "listen" adalah mendengar sesuatu yang disengaja, sedangkan "hear" adalah kebalikannya; mendengar sesuatu namun tanpa disengaja. Karena itu, Sutejo mencoba mendengarkan pendapat temannya dengan mengaktifkan pikirannya. Guna mengaktifkan argumen yang ada di pikirannya.

"Maka sebaiknya, kita biarkan saja Sinta dengan perasaannya, dan Sugih dengan keputusannya." kata Sutejo, "Benar apa yang dikatakan teman-teman sekalian, bahwa itu takdir," ujar Sutejo menyepakati.

"Kalau begitu, nggak bisa move on adalah takdir?" pungkas Jarwo membuat Sapar mengangguk-angguk.

     Susi, seorang teman yang paling dekat dengan Sinta, belum sepakat oleh pendapat temannya: Jarwo, Parmin, Sapar dan Sutejo. Dia pikir. Ada kesan nasib meski itu takdir. "Bukankah, kalau Sinta pengen melanjutkan hubungannya lagi adalah kewajaran? Dia berhak dengan kemauannya, dan dia punya hak untuk dicintai lagi?"

"Tapi, nyatanya, Sugih kekeuh nggak mau balikan!" ceplos Parmin.

"Pun, Sinta juga kekeuh dengan perasaannya untuk balikan," Jarwo menambahi.

"Memang susah untuk menyatukan keduanya." kata Parto, "Karena perasaan keduanya, tidak sama; ndak balance," terang Parto.

     Perdebatan belum juga selesai di Kafe Ngoceh itu. Jagat semakin malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun