"Padahal, aku dah sering bilang: pertandingan sepak bola itu selain mempersatukan juga memecah belahkan bangsa." ujar Jarwo di kafe #Ngoceh bareng Sugih.
"Ha? Apa iya?" tanya Sugih. "Tapi kan' kosakata yang keluar untuk sebuah pertandingan sepak bola adalah pertandingan persahabatan, Wo?"
"Buktinya, Arema FC Vs Persib dengan skor 2-2, ribut."
Parto datang membawa buku pesanan Jarwo. "Lagi ngobrolin bola, ya?" tanyanya, "Mengapa sepak bola di bangsamu suka ribut? Karena mereka sering diajarkan 'menang' tanpa sempat diajarkan 'kalah'." tukas Parto.
Rupanya diam-diam Sutejo dan Parmin sudah ada di kafe #ngoceh itu tanpa sepengetahuan temannya. Keduanya mengenakan switer berkerodong dan duduk di samping bangku temannya. "Eh. Kalian kerjanya ngecopres terus, "kata Parmin, "Kopinya tuh diminum dulu, biar nggak baperan."
"Lah. Kamu dari tadi Min ma Tejo, di situ?" Jarwo nakoni.
"Iya. Hhhaa." Parmin tertawa terpingkal-pingkal. "Ops! Bangsamu kehilangan ideologi, sehingga mereka tak siap dengan konsekuensi sebuah pertandingan." ujarnya memancing nafsu obrolan teman-temannya.
"Tapi... Benar juga apa yang dikatakan Parto," Sutejo mulai nylatek, "Bahwa bangsamu sering diajarkan menang, akibatnya menang suka menimbulkan gairah."
"Dan kalah menimbulkan kekesalan, marah dan menyesal." Parto menambahi.
"Betul!" Sutejo menyepakati.
"Yah. Mungkin itu problemnya." Parmin nyamber.