Mohon tunggu...
Basri Muhammad Ridwan Sangadji
Basri Muhammad Ridwan Sangadji Mohon Tunggu... Penulis - bukan aktivis

Perjalanan menuju dan meraih dunia baru (masa depan) memang berat.tapi yakinlah dengan usaha yang keras pasti akan sampai pada tujuanmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Putra-Putri Cendrawasih

9 Juni 2020   13:06 Diperbarui: 9 Juni 2020   13:08 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nama saya Josep, saya terlahir dari pasangan suami-istri yang berasal dari sebuah suku sebut saja suku Cendrawasih . Suku kami terletak dipedalaman hutan dekat puncak jaya, suku di Papua biasanya terkenal dengan ukiran kayunya yang artistik dan sangat khas. hanya itu sih yang bisa dibanggakan dari kami. 

Sebagai generasi muda disuku kami, saya kadang suka berfikir tentang mimpi dan masa depan saya dan juga suku kami ini. untungnya ada satu sekolah jauh di gunung sana, sekolah itu suka saya jadikan alasan kalo semisal saya tidak mau berburu dan mengukir kayu. karena bapak-bapak di suku kami masih menganggap sekolah itu tidak penting lebih baik bekerja atau berburu. kalo misalnya saya dipaksa, biasanya saya bangun pagi sekali dan langsung pergi kesekolah. 

Biasanya saya punya mama suka taru ubi dengan singkong di saya punya noken (tas khas papua). dengan baju bertuliskan "I Love Papua" dan celana sekolah merah saya berangkat ke sekolah, itu juga saya tidak mandi karena sangat dingin kawan. Sekolah kayu tua dengan tiang bendera sedanya, kami simpan cita-cita ini disana.

Tapi ada satu kondisi dimana kami tidak bisa berangkat ke sekolah, karena di papua sini masih sering terjadi konflik. selain konflik internal antar suku, juka sering terjadi bentrokan antara TNI dan pejuang separatis OPM. jujur disini kita tidak mau ada konflik di bumi Cendrawasih ini. sudah terlalu banyak luka dan air mata di tanah kami. tidak peduli itu jawa atau papua, bukankah kita masih saudara kawan. bahkan konflik yang terjadi di bumi cendrawasih ini, sudah mentransfer kebencian di hati saudara sana. karena satu kelompok separatis, orang papua dipandang sinis, kakak-kakak saya di Surabaya dihantam ucapan rasis. walau bagaimana pun saya masih percaya dengan Indonesia, karena di sekolah, bapak guru suka mengajarkan tentang keberagaman Indonesia dan tentu saja Pancasila. kami masih percaya Indonesia, karena mama-mama kami selalu mengibarkan Merah Putih. Papua masih percaya Indonesia karena kami adalah harga mati sesuai dengan aksara TRIKORA.

saat ini putra-putri cendrawasih masih semangat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Cukup kasih kami sekolah, maka kalian kita anggap manusia setengah dewa. kalian tidak perlu kasih bagus papua, biar kami anak cendrawasih yang akan berusaha. dengan penddikan yang kalian kasih, tentu kami akan berterima-kasih. selama penghuni papua berkulit hitam, maka merah putih harga mati. salam hangat dari bumi cendrawasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun