Mohon tunggu...
Basril Tarigan
Basril Tarigan Mohon Tunggu... Tutor - Simple writer, big dreams.

Simple writer, big dreams.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Protes Guru di Hutan

3 Mei 2019   14:46 Diperbarui: 3 Mei 2019   22:42 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-amcultlit.weebly.com

Aku tahu rasanya makan ubi berbulan bulan untuk bertahan hidup
Aku tahu rasanya sakit mata mengoreksi tugasmu di bawah cahaya rembulan
Aku tahu rasanya kaki tertusuk duri melewati sarang hewan buas menuju rumah anyaman bambu, kau sebut itu sekolah
Aku juga tahu rasanya sulitnya mengirit kapur, sering juga tetesan hujan menghabiskan kapur tulis, berbulan bulan menunggu penggantinya

Aku bisa saja protes
Aku bisa saja pergi dari surga yang jauh dari listrik ini
Aku bisa saja
Aku bisa

Memang sekarang aku sedang protes
Datang padamu, mengisi pikiranmu, itulah perjuanganku
Jalan berkubang, sempit dan berulang kali aku buka sepatu agar tidak basah
Kalau di jalan itu aku menyerukan protes, hanya monyet-monyet hutan yang mendengar dan melihatku, kemudian berlalu

Aku harus bentuk kau jadi cendikiawan
Aku harus jadikan kau berguna
Aku harus jadikan kau bijak
Kau kebanggaanku di hutan ini

Kau adalah air yang menyembul dari bebatuan gunung ini, kelak kau akan mengarungi laut kehidupan.
Matahari akan mengangkatmu tinggi-tinggi, untuk kembali kesini, tempat kau diasah
Hujan darimu akan menghidupkan tumbuhan hutan perjuanganku dan kaumku
Itulah protesku, guru penikmat sengsara, penerus pengetahuan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun