Tahun 2020. Hanya berselang 5 tahun setelah kejadian pembantaian 12 orang yang dilakukan oleh dua bersaudara di kantor penerbit Charlie Hebdo.
Samuel Paty , seorang guru, Â di penggal kepalanya di jalanan yang terletak 24 km dari Menara Eiffel. Pelaku adalah salah satu muridnya sendiri, seorang imigran yang tersinggung saat melihat korban membawa bahan diskusi yang lagi lagi, konyol
Sebuah karikatur tentang Rasulullah SAW oleh Hebdo.
Sebagai catatan secara resmi, saya tidak menyetujui aksi brutal yang dilakukan baik 5 tahun lalu ataupun kejadian yang menimpa Paty pekan ini. Ataupun aksi terorisme dan kekerasan lain nya yang mengatas namakan apapun. Meski ia keyakinan sekalipun
Namun menggunakan cara yang sama untuk dengan sengaja mengusik, ditambah dengan upaya siang dan malam untik melakukan penekanan terhadap Islam dan mengharapkan hasil yang berbeda, adalah tindakan yang sangat bodoh dan cenderung gegabah.
Terlebih disini ada keselamatan manusia dan kepentingan bersama  lebih besar yang dipertaruhkan.
Macron kemudian membawa pesan kerdil --- sekerdil  seorang Simon Laplace saat menyerahkan  karya besarnya , "Mcanique Cleste" kepada Napoleon Bonaparte pada saat itu. Buku tebal tentang alam semesta dan seisinya  itu tidak sekalipun menyebutkan nama Tuhan didalamnya Â
Ketika Napoleon Bonaparte menghardik Matematikawan Perancis itu, Simon kemudian menjawab :
"Aku tidak membutuhkannya dalam hipotesisku, karena aku tak bergantung padaNya".
Saat ini di Perancis ada 5 Juta 7 ratus lebih Muslim yang berdomisili disana dan gesekan ini dan juga keangkuhan Macron menyebabkan suatu gerakan Muslim multi nasional untuk memboikot semua produk buatan Perancis.
Memboikot sebuah pemikiran berbasis hipokrisi tentang liberalisme dan kesetaraan palsu Ala Francaise, dimana catatan buruk berulang hingga kini menjadi noktah besar di bendera Merah Putih dan Biru mereka.
"Halah, Om. Tapi itu kan di Perancis, ga ada hubungan nya dengan disini".
Justru pemahaman mengkaburkan seperti ini lah yang bisa menjadi sekam dalam satu upaya tatanan masyarakat masa depan