Mohon tunggu...
Basis Kata
Basis Kata Mohon Tunggu... Mahasiswa - "Tetaplah membumi dengan tulisan yang melangit"

Sebuah persepsi kiranya akan mati dan tak berguna jika tidak diabadikan maupun dibagikan ke sesama makhluk hidup. Maka dari itu melalui setiap tulisan, sejatinya persepsi itu akan terus abadi pun demikian dengan penulisnya. Menulislah agar kau tetap terus ada🌹 Tentang makhluk yang ingin abadi dalam tulisannya. Bernama lengkap Syahrul Gunawan lahir di Bontang, 10 Maret 1999. Beralamat di Ralla, Kab. Barru dan saat ini berdomisili di Jl. Andi Djemma, Lr. 5C, Kota Makassar. Menempuh pendidikan di SDI Kompleks Ralla (2005-2011), SMPN 1 Tanete Riaja (2011-2014), SMAN 5 Barru (2014-2017), S1 Manajemen FEB UNM (2017-2022).

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Insan yang Penuh Cinta di Tengah Pandemi

13 Maret 2021   07:10 Diperbarui: 13 Maret 2021   07:24 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Covid-19 yang kini telah satu tahun bermukim di Indonesia dan menjelma menjadi pandemi telah membatasi aktivitas sosial sehari-hari kita. Kita mesti menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Tercatat sudah lebih dari satu juta kasus positif Covid-19 di Indonesia. Yang notabene saat awal masuknya di Indonesia, virus ini masih seolah-olah dianggap remeh dan tidak berbahaya oleh beberapa pihak.

Hingga saat ini pun masih ada oknum masyarakat baik secara individu maupun kelompok yang abai untuk menerapkan protokol kesehatan, sehingga kasus positif Covid-19 senantiasa bertambah tiap harinya. Meskipun pemberian vaksin tahap pertama telah dilakukan, tetapi tak pelik juga menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat.

Tentunya masyarakat harus mampu bertindak adaptif dalam menyikapi kondisi pandemi dewasa ini. Pandemi yang mengharuskan kita untuk merubah segala pola perilaku hidup sehat kita agar terhindar dari berbagai macam penyakit, terkhusus Covid-19 ini yang sedang marak menjangkiti masyarakat.

Fokus terbesar bangsa dewasa ini ialah bagaimana cara mengatasi pandemi yang telah berlarut ini. Perlu adanya sinergitas antara pemerintah dengan masyarakat untuk bersama menangani pandemi ini. Pandemi yang berlangsung sudah satu tahun lebih ini berimplikasi pada berbagai aspek. Persoalan yang paling urgent yakni menyangkut moralitas terkhususnya bagi generasi penerus bangsa.

Di tengah pandemi ini masih marak kita saksikan tergerusnya ajaran Islam yang merupakan agama cinta dan rahmatan lil'alamin. Sebagai umat muslim yang menjadi penduduk mayoritas di negeri yang majemuk terdiri dari berbagai suku, agama dan ras. Tentunya kita patut menjaga keharmonisan hubungan antar sesama makhluk ciptaan-Nya. Namun, seringkala terjadi tindakan amoral dalam menyikapi perbedaan seperti diskriminasi, rasisme dan bullying atau perundungan yang dilakukan oleh generasi penerus bangsa bahkan kaum-kaum intelektual.

Seruan study from home guna memutus mata rantai penyebarluasan Covid-19 terkhusus dalam ruang lingkup instansi pendidikan yang bermuara pada pembelajaran secara daring, dalam artian tidak terjadi tatap muka langsung antara tenaga pengajar dengan murid/mahasiswa. Hal tersebut sekaligus menjadi solusi pembelajaran di tengah pandemi ini. Namun, nampaknya efektifitas pembelajaran jarak jauh ini dinilai belum maksimal dalam proses belajar karena intensitas perjumpaan antara tenaga pengajar dengan murid/mahasiswa kurang dan komunikasi hanya dilakukan dalam dunia virtual/maya.

Pembelajaran daring mengisyaratkan pada penggunaan perangkat digital sebagai media pembelajaran. Interaksi virtual dalam waktu lama secara tidak langsung membentuk ketergantungan dan kecenderungan kita terhadap media tersebut. Sehingga kedekatan batin tidak terjalin dalam pembelajaran daring yang akan berimbas pada tidak tersalurkannya nilai-nilai pendidikan moral dan karakter.

Kemajuan zaman yang begitu cepat ini kiranya juga diimbangi dengan kecerdasan intelektual dalam bertindak dan berperilaku bermoral. Kadang pengaruh terlalu lama bersosial media membuat kita lupa batasan dalam berkomunikasi. Sehingga membuat kita kadangkala berargumen namun menyinggung pihak lain sehingga. Hal tersebut yang mulanya bercanda namun menjadi habitus.

Dalam terminologi Islam, pengertian moral dapat disamakan dengan pengertian  "akhlak", dan dalam bahasa Indonesia, moral dan akhlak maksudnya sama dengan budi pekerti atau kesusilaan.  Kata  akhlak berasal dari kata khalaqa (bahasa Arab) yang berarti perangai, tabi'at dan adat istiadat. Al-Ghazali     mendefinisikan     akhlak     sebagai     suatu     perangai (watak/tabi'at)  yang menetap dalam jiwa seseorang  dan  merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa dipikirkan  atau direncanakan  sebelumnya.

Secara umumnya moralitas merupakan sikap keseluruhan nilai yang berkenaan dengan baik atau buruknya suatu perbuatan. Moralitas ini menjadi tolak ukur berkelakuan seorang manusia sebagai makhluk sosial. Sejatinya sebagai insan ciptaan Tuhan yang diberikan akal untuk menjadi landasan dalam bertindak agar terhindar dari segala perbuatan yang dilarang-Nya.

Selanjutnya moralitas terbagi menjadi dua jenis yakni moralitas tertutup dan moralitas terbuka. Moralitas tertutup lahir dari kecenderungan primordial manusia yang menjadi anggota suatu kelompok untuk saling melindungi dan membela kepentingan kelompoknya melawan kelompok lain. Moralitas terbuka lahir dari emosi kreatif manusia dalam partisipasinya untuk memperhatikan sesamanya (Sugiharto dan Agus Rahmat, 2000: 112-117).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun