Mohon tunggu...
Irham Bashori Hasba
Irham Bashori Hasba Mohon Tunggu... Lainnya - Sekilas Tentang Irham Bashori Hasba

Irham Bashori Hasba adalah pegiat sosial masyarakat, suka ngamati dan menuliskannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rabu Wekasan, Kita Perlu Memelajarinya dengan Baik

14 Oktober 2020   08:37 Diperbarui: 14 Oktober 2020   08:45 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rabu wekasan, atau ada yang menyebutnya Rabu Pungkasan merupakan hari rabu terakhir bulan safar dalam kalender hijriyah. Dalam tradisi khalayak masyarakat Jawa, hari rabu wekasan ini menjadi salah satu hari penting yang selalu diperingati sebab hari rabu wekasan merupakan hari dimana segala bala dan penyakit diturunkan (penyakit tha'un, kami menyebutnya). 

Dalam tradisi Yogyakarta, tradisi rabu wekasan dilakukan di tempat pertemuan sungai Gajahwong dan sungai Opak bertemu (tempuran) karena ditempat itu dimitoskan Sultan Agung bertemu dengan Kanjeng Ratu Kidul. Pertemuan itu berdampak pada bercampurnya efek positif dan negatif sehingga harus dilakukan ritual tolak bala. Maka pada hari ini dilakukan ritual tolak bala dengan berbagai macam bentuknya.

Ditempat saya juga dilakukan ritual Rabu Wekasan dalam bentuk masak, doa dan makan Bersama. Pada Rabu wekasan ditempat kami, biasanya diawali dengan melakukan masak berkelompok dan bersama-sama diluar rumah. Setiap sumur dan mata air didoakan dan diberi rajah doa-doa, dan di masjid biasanya disediakan tong pengumpul air yang diambil dari seluruh sumur yang ada di desa kami lalu air itu didoakan bersama-sama dan ditutup dengan makan Bersama dan setiap peserta akan mengambil air yang didoakan untuk diminum dan dituang Kembali ke sumur masing-masing.

Dalam Islam, peristiwa rabu wekasan dapat kita cermati pada seputar peristiwa menjelang kelahiran Nabi Muhammad. Pada kisaran tahun 570 masehi, terdapat peristiwa besar dan menarik. Kala itu para pembesar di wilayah di seputar jazirah arab berlomba-lomba membuat bangunan megah agar para kafilah mengunjunginya -- edisi kekinian kurang lebih pemerintah berlomba-lomba menghias daerahnya agar menjadi destinasi wisata baru. Kala itu terdapat seorang gubernur Yaman yang berasal dari Habsyah (Ethopia) juga membangun bangunan megah agar menjadi destinasi wisata baru dan berharap dapat mengalahkan ka'bah di Makkah yang kala itu banyak dikunjungi pelancong dan pedagang. Namun upaya itu gagal sebab Ka'bah sebagai bangunan yang dibuat Ibrahim dan putranya lebih diminati orang. Kegagalan tersebut memunculkan kemarahan Abrahah sehingga dia berniat menghancurkan Ka'bah di Mekkah. Rencana itu dilakukan pada saat menjelang kelahiran Nabi Muhammad pada tahun 570 Masehi dan mengalami kegagalan dan kehancuran total karena Abrahah dan pasukannya diserang berbagai wabah dan penyakit serta diserang kawanan burung yang membawa tanah liat (sijjil: Q.S.Al-Fiil).

Peristiwa diatas jika dihubungkan dengan Rabu Wekasan sebagai sebuah ritual tolak bala bagi masyarakat Jawa cukup masuk akal jika dikaitkan dengan rangkaian peristiwa diaitas. Saya ikut penasaran sehingga saya mencoba mengaitkannya dengan mempelajari berbagai data dan artikel yang tersebar di media sosial. Ketertarikan itu membuat saya berusaha berselancar dan mencari informasi seputar hal tersebut. Saya juga mencoba mencari pada angka 570 masehi dimana peristiwa Abrahah terekam. Dalam Wikipedia diulas bahwa tahun 570 (DLXX) merupakan tahun masehi dalam kalender Julian yang diawali pada hari Rabu. Tahun 570 terjadi pada Milenium ke-1, tahun ke 70 di abad keenam dan tahun pertama pada decade 570-an. (https://id.wikipedia.org/wiki/570) Saya menemukan keunikan bahwa tahun 570 diawali hari Rabu dalam kalender Julian dan tahun 570 merupakan peristiwa seputar Abrahah, wabah penyakit dan penghancuran pasukannya, serta bulan menjelang kelahiran Nabi Muhammad atau yang kita kenal dengan istilah Muludan.

Informasi tersebut sebenarnya merupakan kejadian berbeda ditempat yang berbeda, namun saling bersinggungan satu sama lainnya. Tulisan ini tidak untuk membuktikan apapun karena tidak saya lakukan dalam bingkai riset ilmiah dan hanya sebagai bagian dari refleksi untuk mengambil pelajaran yang baik melalui tradisi Rabu Wekasan dan lintasan ceritanya. Uniknya, WHO sebagai organisasi Kesehatan dunia merilis sebuah informasi dan pernyataan bahwa Covid 19 merupakan virus jenis baru yang menjadi pandemi dunia juga dilakukan pada hari Rabu Tanggal 11 Maret 2020 (https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/12/113008565/timeline-wabah-virus-corona-terdeteksi-pada-desember-2019-hingga-jadi?page=all)

Dari catatan-catatan diatas, selayaknya kita merefleksi diri dengan mengambil pelajaran-pelajaran dari peristiwa sejarah dan tradisi yang hidup di masyarakat, terlebih dimasa pandemi ini. Harapannya semoga Rabu Wekasan kali ini menjadi sebuah ritual dan doa Bersama masyarakat sebagai pengharapan agar pandemi segera pulih seiring terlaksananya tradisi Rabu Wekasan dan menyambut datangnya bulan maulud, tanggal dan bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun