Tiupan angin menderu kencang. Entah bertiup dari selatan ke Utara atau dari arah barat daya. Saya tidak bisa memastikannya. Sesekali ia bertiup sangat kencang, menyapu cakrawala.
Angin tak sendiri. Hujan setia menemani hingga sore ini. Belum ada pertanda bakal berhenti. Mungkin masih berlanjut hingga gelap membungkus bumi.
Sementara kelompok burung kecil menari-nari di langit-memenuhi cakrawala. Saking senangnya dengan hujan dan angin yang serentak menemui.
Atau mereka bermigrasi. Sepantaran mata memandang, ada ribuan jumlahnya meliuk di udara. Seakan berpesta menyambut rinai hujan.
Mereka terbang bebas. Mengeluarkan ekspresi yang selama ini tertelungkup mentari. Atau mereka kebingungan akan cuaca yang mulai ekstrim. Entahlah.
Bagi yang duduk di beranda. Yang wajahnya ditampar-tampar tiupan angin. Yang hatinya syahdu menatap titik-titik hujan. Yang rindunya menyembul dari kalbu.
Atraksi burung-burung kecil itu belum mampu menyingkap rasa cemas. Rasa rindu yang terbelenggu. Yang terpenjara pandemi.
Semoga hujan ini berkah. Membawa rindu yang membuncah. Memulangkan petaka yang hendak membumi.
Bulukumba, 19 Desember 2020