Mohon tunggu...
Muhammad Aliem
Muhammad Aliem Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Badan Pusat Statistik.

Hampir menjadi mahasiswa abadi di jurusan Matematika Universitas Negeri Makassar, lalu menjadi abdi negara. Saat ini sedang menimba ilmu di Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Program Magister Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, beasiswa Pusbindiklatren Bappenas. Saya masih dalam tahap belajar menulis. Semoga bisa berbagi lewat tulisan. Kunjungi saya di www.basareng.com. Laman facebook : Muhammad Aliem. Email: m. aliem@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekonomi Nyungsep dan Kemiskinan Naik?

22 Oktober 2020   21:24 Diperbarui: 22 Oktober 2020   21:30 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Jika ingin menilai berhasil-tidaknya sebuah kinerja, bisa dengan melihat data indikator tepercaya. Fakta menyebutkan angka pertumbuhan ekonomi yang dirilis oleh lembaga pemerintah dalam tiga tahun terakhir memang melambat. Bahkan tahun ini terancam kontraksi atau tumbuh negatif atau menurun.

Pukulan telak pun datang dari indikator lainnya : Tingkat Kemiskinan mengalami peningkatan pada periode Maret 2020. Lalu data laju pertumbuhan ekonomi triwulan pertama yang melambat. Disambung lagi dengan triwulan kedua yang kontraksi atau tumbuh negatif.

Sinyal kuat resesi pun bisa dilihat dari tren deflasi selama beberapa bulan terakhir. Ini kebalikan dari inflasi. Itu bisa jadi pertanda daya beli masyarakat sedang tidak baik-baik saja. Dan itu terjadi dalam kurun waktu setahun terakhir. Kepemimpinan periode kedua.

Namun, kalau kita melihat lebih obyektif, kondisi perekonomian global memang sedang menuju jurang resesi. Bukan hanya terjadi di Indonesia saja. Negara maju saja sangat terpukul. Dan semua itu disebabkan oleh pandemi covid-19.

Memang banyak suara sumbang. Tidak sedikit yang menilai negatif berbagai kebijakan setahun terakhir. Mulai dari kebijakan penanganan covid yang setengah hati di awal. Hingga simpang-siur pengesahan undang-undang.

Sebut saja yang masih disuarakan hingga kini: Omnibus law. Akibatnya beberapa orang diamankan karena dituduh menyebarkan berita bohong atau hoaks terkait undang-undang itu. Saya tidak ingin masuk lebih dalam tentang itu, saya belum membaca naskah undang-undangnya.

Data BPS menyebutkan tingkat kemiskinan Maret 2020 mencapai 9,78 persen. Naik jika dibandingkan September 2019 (9,22 persen) dan Maret 2019 (9,41). 

Tingkat kemiskinan nasional memang pertama kali satu dijit pada Maret 2018 sebesar 9,82 persen. Lalu terus menurun hingga September 2019. Sebelum kembali menanjak pada Maret 2020.

Berbicara tentang kondisi ekonomi nasional, data BPS menyatakan ekonomi Indonesia turun 5,32 persen pada kuartal kedua tahun 2020. Turun atau disebut kontraksi atau tumbuh negatif. Tidak lama lagi BPS akan merilis data perekonomian Indonesia kuartal ketiga. Jika masih kontraksi bisa dipastikan Indonesia masuk jurang resesi.

Sepanjang pandemi tahun ini, ada beberapa hal yang patut diapresiasi. Seperti kucuran dana ratusan triliun rupiah bagi percepatan ekonomi nasional yang sedang nyungsep. Kalangan miskin dapat bantuan. Sebagian kalangan menengah pun tidak lepas dari perhatian pemerintah. 

Para pengusaha pun tetap dilirik. Insentif pajak dan berbagai kebijakan disahkan demi mencegah   meluasnya pemutusan hubungan kerja. Itu semua dilakukan demi mengobati perekonomian yang sedang lesu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun