Mohon tunggu...
Muhammad Aliem
Muhammad Aliem Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Badan Pusat Statistik.

Hampir menjadi mahasiswa abadi di jurusan Matematika Universitas Negeri Makassar, lalu menjadi abdi negara. Saat ini sedang menimba ilmu di Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Program Magister Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, beasiswa Pusbindiklatren Bappenas. Saya masih dalam tahap belajar menulis. Semoga bisa berbagi lewat tulisan. Kunjungi saya di www.basareng.com. Laman facebook : Muhammad Aliem. Email: m. aliem@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rasanya Jadi Petugas Badan Pusat Statistik yang Dituduh Pro-Jokowi

25 September 2018   19:35 Diperbarui: 25 September 2018   19:41 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Rasanya jadi petugas Badan Pusat Statistik yang dituduh tidak independen ketika memaparkan data. Hanya karena ada data yang kebetulan menunjukkan kemajuan pemerintah.

Terjadi lagi. Seorang politikus, bakal calon wakil presiden menuduh data Badan Pusat Statistik (BPS) tidak independen. Katanya, data BPS dikontrol sehingga mendukung pencapaian pemerintah era Presiden Jokowi dalam upaya menurunkan kemiskinan. Ini tuduhan sangat serius mengingat data BPS dijadikan acuan dalam program perencanaan pembangunan.

Tuduhan ini memang cukup bikin sedikit risih. Terlebih bagi kami yang sehari-hari bergelut dalam pengumpulan data di lapangan. Panas terik matahari dan dinginnya hujan tidak menjadi halangan bagi para pejuang data. 

Mendapatkan data itu tidak mudah, Jenderal. Penolakan demi penolakan kami siasati dengan langkah persuasif. Demi mendapatkan data yang sebenarnya. Memotret keadaan masyarakat langsung di rumahnya. Langsung dari mulut rakyat.

Responden Badan Pusat Statistik itu bukan hanya masyarakat di daerah perkotaan dengan infrastruktur yang memadai. Mereka yang berada di daerah pegunungan yang jauh dari ingar-bingar lampu kerlap-kerlip perkotaan juga menjadi pemberi data. Penduduk yang telah terpilih menjadi responden tetap kami datangi, meski berada jauh di pulau terkecil.

Jika memang data itu tidak independen, untuk apa petugas pengumpul data mesti bersusah payah ke lapangan. Mendatangi rumah-rumah penduduk untuk mengumpulkan data. Mendengar keluhan para emak-emak , mencatatnya, kemudian menganalisis data tersebut. 

Selanjutnya, data akan disampaikan melalui rilis berita resmi statistik. Data itu juga bakal digunakan pemerintah dalam mengevaluasi program yang telah dikucurkan dan dalam perencanaan pembangunan mendatang.

Kami paham, dari pengalaman mengumpulkan data, hanya secuil penduduk yang mengaku tidak miskin. Sebagian besar dari masyarakat akan mengaku miskin. Stigma pendataan dan bantuan telah melekat di pikiran mereka. 

Bantuan sosial telah memanjakan sebagian orang yang malas berusaha. Beberapa kali kami menemui orang yang mengaku miskin tapi tanahnya berhektar-hektar. Kalung emasnya berkilau. Kendaraannya memenuhi halaman.

Mengukur kemiskinan memang tidak mudah. Kekurangan metodologi memang masih ada. Namun itu tidak menjadi pembenaran untuk mengatakan data Badan Pusat Statistik itu tidak independen. 

Kalau punya saran membangun, silakan menyampaikannya ke BPS. Perbaikan metodologi terus dilakukan. pengumpulan data mengikuti perkembangan teknologi terkini. Data BPS diaudit oleh forum masyarakat statistik yang berisi para pakar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun