Mohon tunggu...
Muhammad Aliem
Muhammad Aliem Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Badan Pusat Statistik.

Hampir menjadi mahasiswa abadi di jurusan Matematika Universitas Negeri Makassar, lalu menjadi abdi negara. Saat ini sedang menimba ilmu di Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Program Magister Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, beasiswa Pusbindiklatren Bappenas. Saya masih dalam tahap belajar menulis. Semoga bisa berbagi lewat tulisan. Kunjungi saya di www.basareng.com. Laman facebook : Muhammad Aliem. Email: m. aliem@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bali, Pariwisata dan Angka Penganggurannya

5 Desember 2017   08:00 Diperbarui: 5 Desember 2017   11:13 1669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sektor pariwisata terbukti mumpuni dalam menyerap tenaga kerja. Berdasarkan data ketenagakerjaan BPS per Agustus 2017, pengangguran di Bali adalah yang terendah di Indonesia yaitu hanya sebesar 1,48 persen.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Bali Agustus 2017 mencapai 1,48 persen dan tercatat sebagai tingkat pengangguran terbuka terendah di Indonesia. Menyusul Yogyakarta di posisi kedua dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 3,02 persen dan Sulawesi Barat di posisi ketiga dengan TPT sebesar 3,21 persen.

Bali terkenal sebagai destinasi wisata di dunia. Bahkan, beberapa wisatawan mancanegara lebih mengenal nama Bali dibandingkan Indonesia. Mulai dari rakyat biasa hingga pejabat tinggi negara dan kalangan artis papan atas dunia tercatat pernah berkunjung dan menikmati liburan di daerah ini. Wisata pantai dan desa wisata dengan pemandangan alam yang indah nan eksotis memanjakan para pengunjungnya.

Tak hanya untuk berlibur, banyak orang tertarik mengais rezeki di Bali karena daya Tarik pariwisatanya. Sektor pariwisata banyak menawarkan peluang usaha dan menyerap tenaga kerja, mulai dari tempat wisata, penginapan, hotel dan akomodasi, transportasi, restoran,  warung makan dan lain sebagainya.

Dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Agustus 2017 menunjukkan bahwa sebesar 98,52 persen atau 2.398.307 orang bekerja di Bali. Sedangkan yang menganggur hanya sebanyak 36.143 orang (1,48 persen). Penduduk usia kerja di Bali sebanyak 3.235.563 orang dengan angkatan kerja sebanyak 2.434.450 orang. Sebenarnya angka tingkat pengangguran ini menurun jika dibandingkan periode Agustus 2016 yang mencapai 1,89 persen.

Data SAKERNAS BPS periode Agustus 2017 juga menunjukkan lapangan pekerjaan yang diminati oleh para pekerja di Bali. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 31,69 persen atau 760.093 orang bekerja di sektor perdagangan, rumah makan, dan akomodasi. Angka ini merupakan yang tertinggi dibandingkan lapangan pekerjaan lainnya. Sektor pertanian berada di peringkat kedua dengan 19,44 persen. Menyusul jasa kemasyarakatan sebesar 18,53 persen.

Jika dilihat dari jumlah jam kerja, sebanyak 35.039 orang bekerja dalam waktu 1-7 jam per minggu. Sebanyak 103.760 orang yang bekerja dalam waktu 8-14 jam seminggu. Sedangkan tenaga kerja yang bekerja selama 35 jam ke atas per minggu sebanyak 1.847.766 orang, angka ini termasuk orang yang mempunyai pekerjaan namun sementara tidak bekerja pada saat survei dilakukan.

Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Bali merupakan tingkat pengangguran yang tertinggi dibandingkan lulusan lainnya. Tingkat pengangguran terbuka untuk lulusan SMK sebesar 2,69 persen. Sedangkan lulusan SD ke bawah adalah yang terbanyak terserap ke dunia kerja. Tingkat pengangguran terbuka untuk lulusan SD ke bawah hanya sebesar 0,54 persen. Hal ini disebabkan karena belum semua jurusan yang tersedia di SMK dapat diserap ke lapangan pekerjaan yang tersedia.  Penduduk dengan latar belakang pendidikan lebih tinggi dan berbekal keterampilan yang lebih baik memiliki daya tawar lebih tinggi dalam memilih pekerjaan yang diinginkan. Sehingga pada umumnya mereka lebih selektif memilih pekerjaan dan lebih memilih untuk menganggur sambil mencari pekerjaan yang lebih baik.

Pemerintah perlu mengevaluasi jurusan apa saja di SMK yang masih banyak diperlukan di dunia kerja. Jurusan yang lulusannya sudah overload  atau sudah terlalu banyak , sedangkan lapangan kerja yang membutuhkan sedikit, sebaiknya dihapus saja. Jurusan yang diprioritaskan adalah jurusan yang lapangan kerjanya masih banyak dibutuhkan di pasar kerja.

Perubahan yang terjadi sangat cepat harus dibarengi dengan perbaikan sistem kurikulum di dunia pendidikan pada semua tingkatan, terkhusus tingkat SMK. Hal ini perlu dilakukan agar para lulusan SMK yang sebenarnya memiliki keterampilan dapat langsung diserap menjadi tenaga kerja. Selain itu, pemerintah sebaiknya memberikan kesempatan bagi mereka dengan memberikan kemudahan untuk membuka usaha. Salah satunya dengan sarana permodalan  agar bibit-bibit pengusaha baru dapat lahir.

Pemerintah diharapkan mampu membangun sektor pariwisata di daerah yang memiliki potensi wisata.  Destinasi wisata seperti Bali sudah terbukti mampu menyerap tenaga kerja lebih besar. Hal ini perlu ditiru oleh daerah lain di Indonesia. Selain Bali, terdapat daerah pariwisata lainnya yang tingkat penganggurannya juga rendah. Seperti Yogyakarta yang tercatat memiliki tingkat pengangguran terendah kedua setelah Bali. Tingkat pengangguran terbuka Yogyakarta hanya sebesar 3,02 persen. Jika setiap provinsi dapat membangun potensi wisatanya, bukan tidak mungkin pariwisata mampu menjadi sektor utama penggerak perekonomian. Tentunya menjadi sektor penyerap tenaga kerja terbesar yang dapat mengurangi  tingkat pengangguran di Indonesia.(*)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun