Terhempas ku terjaga dari lingkar mimpi,pada titik sepi
suara mu selalu menghias mimpiku dan juga anganku
Jeritan Iwan Fals terdengar dari Radio Tape membuat ku terbangun dari tidur, waktu sudah menunjukan pukul 12.00 WIB. Matahari dengan angkuhnya menyinari Bumi. Sebatang rokok dan segelas air putih sebagai sarapan pembukaan untuk memulai  hari. Suara Iwan fals masih terus terdenar seakan mengatakan  hidup bukan masa lalu, itu hanyalah kenangan. Kenangan yang selalu menyertai hidupku. Hembusan asap rokok mengenai wajah ku membuat teringat masa-masa 20 tahun yang lalu. Dimana kita menjalani kehidupan bersama... Kawan.
Ku ambil gitar dan mulai memainkan ,lagu lama yang biasa kita nyanyikan
Tapi tak sepatah kata yang bisa terucap, hanya ingatan yang ada dikepala.( lirik lagu Slank)
Enam belas tahun sudah kau pergi,ketempat yang jauh,ke suatu tempat yang aku sendiri tidak tahu di mana itu. Kau pergi saat kita masih menikmati masa muda dan indahnya kehidupan malam. Tiada hari tanpa kesenangan. Hidup hanyalah mimpi menuju kematian, kata itu yang selalu kita gaungkan. Hidup hari ini untuk dinikmati, hari esok belum tentu seindah hari ini. Bus lintas Jawa membuat kehidupan itu berakhir. Waktu berhenti. Kehidupan diam tanpa pergerakan. Bus lintas Jawa  seakan berkata padaku  kenapa  kau sia-siakan  harimu. Aku( bersama kedua teman lainnya) tak sadarkan diri mendengar perkataan Bus  tersebut. Sementara kau dengan sombongnya, pergi meninggalkan kami tanpa sebuah kata perpisahan. Atau kau tidak sanggup melihat ke tiga teman mu tergeletak tak sadarkan diri di mobil yang telah  hancur. Biarlah di saat kita jumpa nanti, ku tanyakan jawabanmu.
Enam belas tahun  sudah kau pergi,tinggal kan  seorang bayi beserta ibunya. Buah hati , hasil percintaan yang telah kalian lalui bersama.  Sanak saudara dan handai tolan menatap penuh kesedihan dan tidak percaya saat melihat mayatmu dan calon istrimu di sandingkan untuk meresmikan bahwa kalian adalah sepasang suami istri. Hanya menangis yang bisa istrimu lakukan. Semua itu dilaluinya dengan tegar.
Enam belas tahun sudah kujalani kehidupan ini tanpa kau Kawan
Perjalan ini terasa sangat menyedihkan, sayang engkau tak duduk disampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan ,ditanah kering bebatuan.( lirik lagu Ebiet G Ade)
Kehidupan terus berlanjut,istrimu tetap bertahan untuk membesarkan buah hati kalian. Banyak mata menatap dengan tanda tanya, selalu dijawab istrimu dengan tanda seru. Mengatakan bahwa dia sanggup. Tapi kenapa setahun yang lalu,di saat istrimu sudah sanggup berdiri,  kau ajak anakmu ke tempat kau berada. Rindu kah kau padanya? Atau kau tidak mau istri mu kawin lagi. Sehingga anak/ buah hati kalian, tempatnya melepaskan rindu padamu, kau ajak pergi? Tragis.. Hanya itu yang bisa kukatakan Kawan.