Mohon tunggu...
Barry Simorangkir
Barry Simorangkir Mohon Tunggu... -

Indonesian Blogger living in Chicago

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ekonomi Amerika Sedang Sakit Parah

11 Februari 2009   05:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:20 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi mereka yang beranggapan jika keadaan ekonomi Amerika akan pulih setelah tanggal 20 Januari 2009 kemarin, yakni saat Barack Obama resmi dilantik menjadi Presiden Amerika, tentunya akan kecewa. Angka-angka yang menunjukkan jumlah pengangguran terus bertambah. Menurut Departemen Tenaga Kerja Amerika jumlah pekerjaan yang hilang pada bulan November 2008 adalah sebesar 597.000, ditambah sebanyak 577.000 pada bulan Desember 2008.

Angka pengangguran mencuat ke 7.6 persen hanya dalam bulan Januari 2009 saja. Dan angka ini diperkirakan akan terus membengkak menjadi 13.9 persen, angka terbesar sejak Departemen Tenaga Kerja Amerika mengumpulkan data serupa sejak tahun 1994. Perusahaan besar dan kecil secara terus menerus memberikan indikasi buruk akan prospek selama tahun 2009 ini. General Motors hari ini, Februari 10 2009, memberitakan akan memutuskan hubungan kerja dengan para pegawainya diseluruh tingkatan sebanyak 10.000 orang. Angka yang dipastikan akan terus bertambah mengingat ini "hanya" sebagian dari total pegawai.

Saat membaca angka-angka statistik yang dipersembahkan sebagai bumbu informasi ekonomi seringkali membuat kita lupa jika angka-angka tersebut adalah representasi dari nama-nama orang yang bekerja untuk menghidupi keluarga mereka masing-masing. Cerita-cerita dibalik headlines tentunya lebih personal jika kita tahu siapa mereka.

Bagi saya pribadi, cerita dari orang-orang yang saya kenal dan terkena dampak dari krisis ekonomi ini bukan isapan jempol belaka. Berikut ini adalah beberapa contoh dari mereka yang terkena finansial tsunami di Amerika (nama-nama yang dipakai bukan nama sebenarnya):

Reza, bekerja di retail, sudah beberapa bulan terakhir ini selalu resah memikirkan nasib di tempat kerjanya. Sejak pertengahan tahun lalu jumlah pegawai tempat dimana dia bekerja sudah banyak yang dikurangi. Sekarang hanya tinggal dirinya dan sang manajer yang bertanggung jawab atas penjualan barang-barang. Beberapa tahun silam, saat dimana ekonomi masih menggeliat, toko tempatnya bekerja harus mempekerjakan beberapa pekerja musiman guna membantu aktifitas toko yang sibuk karena banyaknya permintaan barang. Sekarang yang namanya "Zero Day" yakni hari tanpa penjualan bukan lagi hal yang jarang terjadi. Karena gaji yang sedikit banyak harus mengikuti naik turunnya pemasukan pendapatan toko, sekarang dia harus mencari pekerjaan yang kedua guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Yang berikut ini adalah teman saya yang bernama Dewi. Dia telah lulus sekolah dengan gelar MBA hampir setahun lalu. Namun sejak keberhasilannya meraih gelar yang memakan sebagian besar uang simpanannya, belum ada satu perusahaan pun yang menawarkannya pekerjaan. Panggilan interview telah dilakukannya berpuluh-puluh kali, namun karena saingan yang sangat besar di bidang finansial dan akuntansi serta berkurangnya kesempatan bekerja di sektor perbankan membuat dirinya sehari-hari melakukan pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan apa yang telah dipelajarinya selama di sekolah. Paling tidak dia dapat beraktifitas daripada harus duduk diam di rumah menunggu tawaran pekerjaan yang tidak kunjung datang.

Marco sudah beberapa bulan terakhir ini menunggu jawaban dari Bank yang telah berjanji ingin mengucurkan dana untuk membantu usahanya. Namun surat panggilan dari Bank yang dinanti-nantikannya tidak pernah datang di kotak posnya. Saat dimana banyak bank yang sekarat, dan enggan memberikan pinjaman terhadap siapa saja, Marco sekarang menjadi satu dari sekian ratus ribu pemilik usaha kecil yang terjepit dalam krisis kredit yang berkepanjangan ini.

Josefin pegawai buruh pabrik tanpa surat ijin bekerja di Amerika mengeluh karena sudah beberapa bulan terakhir ini tidak mendapatkan order bekerja yang cukup. Banyak nya jumlah pabrik yang tutup dikarenakan semakin berkurangnya daya beli masyarakat dan ketatnya pemantauan polisi imigrasi terhadap pekerja gelap yang mengambil pekerjaan orang lokal memaksa pemilik pabrik untuk memilih hengkang keluar Amerika.

Maruli baru saja lulus mendapatkan gelar dari Universitas di Illinois. Sebagai pelajar dari Indonesia dia mendapatkan kesempatan untuk magang di perusahaan pilihannya sebelum ditetapkan oleh pihak imigrasi Amerika untuk pulang ke negara origin. Kesempatan magang ini adalah kesempatan emas bagi mereka yang datang dari luar Amerika untuk mengecap korporat Amerika, bagaimana cara kerja perusahaan multi-nasional sekaligus menggaet tempat kerja tersebut untuk nantinya memberikan sponsor untuk berkarir di Amerika. Namun semua impian menetap di Amerika tampaknya harus dibendung dulu oleh Maruli mengingat sulitnya mendapatkan perusahaan yang berminat dengan orang asing dan semakin ketatnya peraturan menetap di Amerika bagi siswa yang membutuhkan visa sponsor dari perusahaan.

Intinya adalah kelesuan ekonomi Amerika bukan hal yang kecil. Krisis yang sedang berlangsung ini memiliki magnitude yang luar biasa besarnya. Seluruh sektor merasakan dampaknya secara langsung dan menyeluruh. Ini bagaikan orang sakit kanker yang tidak mungkin diobati hanya dengan menempel "Salonpas" dijidat sang pasien. Pertanyaan yang sering dilontarkan adalah: Sampai kapan kesulitan ekonomi ini akan berlangsung? Jawabnya: Tidak ada yang tahu. Tapi yang pasti tahun 2009 ini akan menjadi tahun sulit bagi penduduk Amerika pada umumnya.

Bagi anda yang saat ini mempunyai pekerjaan, berpeganglah erat-erat terhadapnya agar supaya nama anda tidak masuk dalam daftar "PINK" atau daftar pemecatan. Karena jika nama anda ada didalamnya maka anda akan siap dilepas bagai burung merpati. Hanya bedanya kali ini sang burung tidak harus kembali ke sarangnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun