"Lu hape baru ya? Iphone/Samsung seri apa?"
"Celana baru ya? Merek apa?"
"Aroma parfume lo enak banget! Merek apa? Beli dimana?"
pokoknya semua apa yang terlihat mata seperti wajab untuk dikupas tuntas. Jika ada yang dianggap "receh" hmmm, mata mulai melirik dengan sinis. Wadoowww!!!
Begitu juga dengan yang lain, saling memperlihatkan benda baru apa yang mereka miliki. Bahkan tidak sungkan-sungkan menyebutkan merek serta harganya.
"Ini limited edition, lho. Harganya Sekian puluh juta." Katanya. Seakan tidak mau kalah, yang lain juga menyebutkan brand-brand yang menempel di tubuh mereka. Pokoknya mirip etalase berjalan deh. Sepertinya semua butuh pengakuan dan pujian.
Usai saling memperkenalkan "benda" baru yang dipunya, kemudian saling selfie, foto makanan, foto minuman yang di order, kemudian saling posting di akun sosmed. Kemudian, foto bersama dan posting juga di sosmed sambal mencenteng location keberadaan saat itu.
Setelah itu, senyappppp......
Masing-masing sudah sibuk dengan gadget-nya. Sibuk memantengi timeline sosmed cekakak cekikik sendiri sambal mata terus fokus di layar smartphone. Tidak jarang pertemuan yang dianggap ajang temu kangen menjadi basi dan garing. Tidak ada ketulusan dalam pertemuan. Mereka lebih tulus dengan smartphone mereka. Kalau pun ada obrolan itu hanya pelengkap semata dan juga basa-basi yang tidak terlalu penting. Bahkan saat ngobrol, mata mereka tetap fokus di smartphone.
Begitu juga kalau meeting dengan klien. Yang sering terjadi beda tipis dengan meet up dengan teman-teman. Topik utama yang dibahas hanya setengah hingga 1 jam saja. Selebihnya membahas impian-impian yang menurut aku terlalu tinggi.
Pernah beberapa kali meeting membahas project yang akan dikerjakan, rekan meeting menuangkan ide masing-masing, kemudian ide tersebut akan dikolaborasikan dengan ide setiap rekan meeting. Sepertinya ide-ide tersebut begitu brilliant dengan hitungan bujet yang juga fantastis.Â