Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Photographer, Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Obrolan Warung Kopi atau Coffee Shop? (Part 1)

19 Februari 2020   10:30 Diperbarui: 19 Februari 2020   10:36 1644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto koleksi pribadi

Sebenarnya, tidak ada ada perbedaan antara warung kopi dan coffee shop atau cafe. Hanya bahasanya dan pengucapannya saja yang berbeda, sedangkan artinya sama yaitu, sama-sama tempat minum kopi. Selain beda kata dan pengucapan, mungkin juga beda lokasi dan harga kopi yang dijual. 

Biasanya, coffee shop atau kafe berada di mall-mall atau pertokoan elit atau juga dikawasan yang lebih berkelas. Sehingga mereka pun membandrol harga kopi cukup fantastis. Kalau kedai kopi rata-rata keberadaan mereka di kota-kota kecil atau desa-desa. Bentuknya sederhana dan hidangannya juga tidak neko-neko. 

Selain kopi dan teh, cemilannya paling juga gorengan. Karena, tujuan para pembeli datang ke kedai kopi sekedar untuk ngopi dan ngobrol dengan tetangga atau teman sewilayah. Bukan untuk  pamer atau juga gaya-gayaan.

Kali ini aku pengen ngebahas soal nongkrong sambil ngobrol di coffee shop dan di warung kopi. ini merupakan pengalaman yang sering aku alami dan juga mungkin kamu para pembaca blog ini juga mengalaminya.

Untuk part 1 ini, aku akan ngebahas soal nongkrong dan ngobrol di coffee shop alias kafe. Sebagai orang yang berkecimpung di dunia seni (penulis/fotografer/videographer dll),  coffee shop sering dipakai untuk tempat meeting dengan klien atau juga dengan teman-teman. Alasannya mungkin sederhana, lokasinya tidak jauh dan berada ditengah kota. Lumayan lah menghemat waktu ketimbang harus berjibaku dengan macet menuju rumah atau kantor kerabat.

Tapi, sebelum berangkat ke lokasi, tentu banyak "printilan-printilan" yang harus dipersiapkan. Mulai dari ujung kakis ampe ujung rambut harus diperhatikan. Mau pakai pakaian apa? Sepatu apa? Celana apa? Farfum apa yng enak dipakai supaya tidak bau keringat. Juga tetek bengek lainnya harus benar-benar dipersiapkan. 

Konon katanya, penampilan merupakan cerminan dari karakter seseorang. Meski, pepatah itu tidak selamanya benar. Namun, terkadang penampilan sering menjadi prioritas utama yang diperhatikan ketimbang "tujuan utama" pertemuan. 

Bahkan, aku pernah datang dengan penampilan seadanya, eh, langsung menjadi  trending topic dikalangan mereka. Aku dianggap tidak menjaga penampilan, tidak menghargai pertemuan dan juga nggak malu dengan penampilan yang seadanya. Edannn!!!

Padahal menurut aku apa yang aku pakai saat itu masih dalam batas normal atau wajar. Tidak ada yang aneh atau merugikan mereka. Tapi, Ampun dah! Semua terlalu repot mengurus penampilan orang.  Bagi mereka penampilan menjadi point of view yang begitu penting.

Obrolan pembuka saat bertemu dengan kerabat atau klien di kafe adalah;

"Lu baju baru ya? Merek apa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun