Mohon tunggu...
Asep Wijaya
Asep Wijaya Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengajar bahasa

Penikmat buku, film, dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Untung Ada Jackie Chan dan Cuplikan Adegan di Balik Layar "Bleeding Steel"

11 Januari 2018   17:17 Diperbarui: 13 Januari 2018   10:18 5361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktor laga Jackie Chan (AFP PHOTO / JEAN-FRANCOIS MONIER))

Jangan lupa, Jackie Chan kini sudah seusia eyang-eyang, 63 tahun. Tapi sederet aksinya di Bleeding Steel seperti menarik kembali kenangan kita pada masa muda pria kelahiran Hong Kong ini.

Larinya tetap terlihat kencang. Lompatannya masih tampak berstamina. Bahkan, aksi jumpalitannya bikin kita bergidik. Khawatir bila ia terserang encok dan malah batal tampil di film terbarunya itu.

Sebagai catatan, dalam melancarkan aksinya, Jackie sekarang tidak jauh berbeda dengan Jackie dulu. Bedanya kini, dalam pengambilan gambar aksi baku hantam, ia lebih selektif memilih gerakan yang nyaman dan aman untuk dirinya. Setidaknya, itu yang dikatakannya kepada jurnalis di sela-sela penayangan perdana Bleeding Steel di Tiongkok pada akhir Desember 2017.

Dalam Bleeding Steel, Jackie berperan sebagai Lin Dong, seorang polisi sekaligus ayah bagi anak perempuan yang sedang menjalani perawatan medis akibat penyakit Leukimia. Di tengah perjalanannya menuju rumah sakit, Lin mendapatkan kabar, via ponsel, ihwal kondisi kesehatan anaknya yang tengah kritis.

Setiba di muka gedung rumah sakit, Lin tetiba mendapatkan tugas dari atasannya untuk mengawal seorang saksi kunci yang akan dipindahkan ke tempat aman. Ini merupakan tugas wajib dan tanpa kehadiran Lin, misi pengawalan, kemungkinan besar, takkan berhasil.

Alih-alih menemui anaknya yang tengah berada di tubir kematian, Lin malah bergegas menjalani misi pengamanan dan memimpin pasukan untuk penyelamatan seorang ahli bioteknologi.

Di tengah suasana mencekam karena adanya ancaman penggagalan misi, sesosok makhluk sejenis mutan berperawakan manusia wajar muncul. Bersama dengan anggotanya yang berwujud robot mirip stormtroopers dalam Star Wars, hanya saja kostumnya berwarna hitam, makhluk mutan itu menyerang pasukan Lin.

Adu tembak disertai serangkaian ledakan tak terhindarkan. Lin siap mati dalam pertempuran ini. Apalagi setelah muncul firasat: anaknya telah meninggal di tengah perawatan medis. Aksi nekat menyerang makhluk mutan pun, tak ragu, ia lancarkan. Hingga akhirnya makhluk itu berhasil dilumpuhkan.

Foto: Imdb.com
Foto: Imdb.com
Seorang saksi kunci itu pun terselamatkan dari ancaman makhluk mutan dan pasukannya. Namun Lin harus membayar keberhasilannya itu dengan fakta banyak anggota pasukannya yang tewas.

Lin sendiri mengalami luka parah dan pingsan. Sementara anaknya, meninggal dunia, setidaknya berdasarkan sinyal mesin pendeteksi detak jantung di rumah sakit.

Latar waktu film terseret ke masa 13 tahun setelah peristiwa penyelamatan ahli bioteknologi. Lin kini menjadi seorang pramusaji di kantin sebuah lembaga pendidikan tempat seorang pelajar, Nancy (Ouyang Nana), mengenyam pengajaran.

Tanpa tetanda yang jelas sekalipun, penonton pasti menaruh dugaan perihal siapa sosok Nancy yang ditolong Lin kala perempuan itu terlibat perkelahian dengan teman sebayanya.

Dengan begitu, sejumlah rangkaian visual yang keluar dari mimpi Nancy, boleh dibilang, tidak lagi bisa bertindak sebagai pemicu yang bikin penonton penasaran. Ini sudah jelas: ada relasi keluarga antara Nancy dan Lin.

Tapi masalah kemudian muncul dari masa lalu Lin. Makhluk mutan itu datang lagi bersama pasukannya yang berkostum robot serba hitam. Mereka kini mengincar seorang tokoh, yang katanya nyata, dalam cerita novel berjudul Bleeding Steel. Si penulis novel tewas dibunuh. Pencarian tokoh cerita itu pun dimulai.

Di masa pencarian itulah, Bleeding Steel, mulai menunjukkan genre-nya: sebuah fiksi ilmiah. Penggambaran itu seolah semakin kentara lewat tayangan penjelasan ahli bioteknologi kepada Lin mengenai jantung buatan yang dapat menghidupkan kembali orang mati bahkan menjadikannya abadi.

Ditambah penjelasan mengenai darah hasil olahan jantung tersebut yang bisa saja menjadi incaran banyak orang, termasuk makhluk mutan penyerang Lin. Sebab dengan darah yang ditransfusi masuk ke tubuh makhluk mutan, dirinya bisa hidup abadi.

Tetapi penjelasan ilmiah itu seolah gagal memberikan label genre fiksi ilmiah untuk Bleeding Steel. Alasannya karena kemunculan anggota pasukan makhluk mutan di tengah kerumunan manusia pada siang hari.

Dengan kostum robot serba hitam, kehadiran sosok itu, jauh dari kesan mengerikan. Malah mirip seperti badut yang lalu-lalang di jalan dan tengah memamerkan kostum atau melakukan aksi jualan produk.

Situasi itu diperkuat dengan perhatian anggota masyarakat yang seolah biasa saja melihat penampakan kostum robot serba hitam di ruang terbuka pada siang hari itu.

Kehadiran robot tersebut dianggap lumrah adanya. Ya, menjadi lazim karena tidak sedikit orang berkostum aneh berkeliaran di jalan untuk maksud tertentu agar menjadi bahan perhatian laiknya badut.

Bleeding Steel seperti tergopoh-gopoh mengampu model cerita bergaya fiksi ilmiah. Film ini malah lebih asyik menjadi film laga dengan aksi baku hantam dan tukar desingan peluru atau tembakan.

Apalagi ada Jackie Chan di situ. Ditambah, adegan yang paling menarik dari Bleeding Steel adalah saat Lin bertarung melawan asisten makhluk mutan di atap Gedung Opera Sydney yang ikonis.

Tidak ada elemen fiksi ilmiah yang diingat kecuali kelucuan kostum dan aksi tanggung robot-robot pengikut makhluk mutan.

Kejutan yang tersaji di akhir cerita pun terkesan dipaksakan. Semata untuk memberikan kesan kepada penonton bahwa Bleeding Steel punya potensi berlanjut dengan kemunculan sebuah sekuel.

Bila dibandingkan dengan akhir cerita film asia lain seperti Fabricated City, kejutan yang ditampilkan di film Korea itu lebih menjanjikan ketimbang Bleeding Steel.

Tapi rasa kecewa itu seperti kalis dalam kesan hormat kepada Jackie Chan dan para kru film. Kesan itu muncul setelah menyaksikan cuplikan balik layar saat closing credits.

Selain kelucuan para pemerannya yang membuat kesalahan dalam proses pengambilan gambar, tayangan itu juga menggambarkan perjuangan Jackie Chan dan pemeran lain dalam menjalankan aksi berbahaya untuk mengibur penonton produk sinematik ini.

Untung ada Jackie Chan dan cuplikan adegan balik layar. Thanks Jackie and crew!

-----

Sutradara: Leo Zhang; Penulis Naskah: Siwei Chan, Erica Xia-Hou, Leo Zhang; Produser:Paul Currie, Kailuo Liu, Javier Zhang; Genre: Aksi, Fiksi Ilmiah, Drama; KodeRating: 17+; Durasi: 110 Menit; Produksi:Heyi Pictures, 58 Pictures, Dadi Film Group, Funhigh Media Tech

Pemeran:Lin Dong (Jackie Chan), Li Sen/Leeson (Show Lo), Nancy (Ouyang Nana), Xiao Su-Susan (Erica Xia-hou), Dr. James (Kim Gyngell), Andrew (Callan Mulvey), Perempuan Berpakaian Serba Hitam (Tess Haubrich)

sumber data film: IMDB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun