Mohon tunggu...
Banifidah
Banifidah Mohon Tunggu... Freelancer - Petani, menanam padi di sawah, memetik buah di kebun

Manusia Alpa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Samotoform

3 Februari 2015   15:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:54 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya saya terkana penyakit Samotoform, penyakit yang disebabkan oleh stress. Seperti, penyakit kulit, diabetes, darah tinggi maupun jantung. Lah, saya terkena penyakit kulit. Yah, beberapa waktu lalu saya memang stres. Stress karena post power syndrom. Rasanya itu sesautu banget, bikin linglung, galau tingkat dewa bahkan bodoh. Yah, hal ini memicu saya terjerat prahara cinta dengan seseorang. Padahal, bagiku cinta adalah something bullshit.

Kembali lagi ke post power syndrome yang saya alami. Jadi begini ceritanya,

Saya seorang mahasiswa dengan mobilitas tinggi. Saya termasuk aktif kuliah, organisasi, dan kerja sampingan. Aktifitas saya dimulai pukul dua pagi dan berakhir pukul sebelas malam. Kadang- kadang bisa sampai lebih dari pukul duabelas. Dengan rutinitas seperti itu, saya sering mencuri- curi waktu tidur. Paling sering tidur dalam kelas saat dosen saya memberikan materi. Walaupun begitu, Akademik saya baik- baik saja, bersyukur karena masih dapat IPK cumlaude. Organisasi? Saya menempati posisi- posisi strategis baik di BEM ataupun di UKM. Job? Alhamdulillah lancar, les privat dan store. Mobilitas tinggi dan pengahasilan sangat lumayan sekali (bagi mahasiswa).

But we have circle life, menginjak semester 7. Perkuliahan saya yang dulunya padat, tiba- tiba mulai lebih santai. Dari yang biasanya 20 SKS lebih, sekarang kurang dari 20, bahkan di semester 8 ini saya hanya mengembil skripsi à 6 SKS. Les privat? Masih jalan. Organisasi? Lah, ini! Waktu saya sudah habis. Lebih tepatnya LENGSER! katanya waktunya yang lebih muda yang berkreasi. Kuliah? Saya bersyukur kepada Tuhan yang Maha Baik, dia memberikanku kecerdasan superior. Sehingga, mengerjakan skripsi sangat mudah. Setidaknya untuk hal- hal tersebut saya lumayan advance lah.

Well, dengan mobilitas baru tersebut, saya merasa stres atau saya yang belum bisa beradaptasi? Okay, i‘ll explain some triggers. First, saya jarang bertemu dengan teman- teman lebih khususnya teman untuk berdiskusi. Zweite, Aktifitas saya lebih kendur. Dritte, saya terjerat prahara cinta (episode ini saya ceritakan dibagaian lain). Keempat, unindentification reason. Hal tersebut membuat saya tengak tenguk ae. Astaghfirullah, sumpah jobless banget!

Ayah saya menyarankan untuk mengikuti komunitas- komunitas tertentu, kursus, pengajian atau apalah. Sepertinya ayah saya sangat khawatir dengan keadaan saya. OMG, astaghfirullah. Teman- teman saya bilang, „yasudahlah Fid, fokus ngerjakan skripsi aja“. halllo! Plis! Emang saya bisa ngerjakan skripsi more than 6 hour everyday? Lalu, 18 jam lainnya buat apa? Tidur? Meratapi nasib? Astaghfirullah. Ada juga yang bilang „Fidah, its time to break“. Yes, i see but das macht mir stres. Sense-nya itu beda rekk. Ya, ya , saya tahu sesuatu. Bisa jadi saya adalah orang yang kurang iman dan kurang ilmu. Thats right Fidah! Woy, ini keterbatasan daya pikir!

Yasudahlah, maybe the solution is dinikamati saja, disyukuri saja (walaupun ini tragis dan miris). All is okay, all is well. My Mom said “get well soon baby”. Hem, okelah mamak.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun