Mohon tunggu...
BangOdol
BangOdol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar ngopi (ngolah pikir)

Jangan membenarkan kebiasaan, akan tetapi biasakan yang benar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Strategi Pemuda dalam Implementasi Pancasila di Era Milenial

6 Januari 2020   14:47 Diperbarui: 6 Januari 2020   14:53 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seringkali muncul di berbagai media online bahwasanya Indonesia dalam posisi terancam dalam kenegaraan dikarenakan ada isu yang muncul mengenai kelompok Islam ekstrem kekananan yang ingin mengganti sistem demokrasi Pancasila menjadi sistem khilafah. Dalam statement tersebut membuat sontak masyarakat yang mendukung ideologi Pancasila dan meminimalisir pelaku ekstrem tersebut. Karena dapat memecah belah keberadaan bangsa Indonesia yang pluralisme atau multikuluralisme.

Pancasila merupakan ideologi yang di buat atas dasar kegentingan bangsa yang semakin mendesak. Sehingga Pancasila di gagas untuk menyatukan dari suatu perbedaan. Dalam sejarah bangsa Indonesia, terjadi perubahan nama pada perumusan Pancasila di sila pertama yang sebelumnya "Ketuhanan yang menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya" menjadi "Ketuhanan yang maha Esa" pada siding BPUPKI pada tanggal 29 Juni 1945. Di karenakan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia bukan hanya satu golongan Agama saja, melainkan banyak golongan Agama baik Kristen, Katolik, Hindu maupun Budha.

Dalam konteks millennial, pemuda Indonesia terjadi degradasi dalam pemahaman Religius. Contoh realita dalam kenakalan remaja yang merajalela, sehingga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat lain. Sehingga kultur yang di bangun dengan mengedepankan prinsip akhlak mahmudah semakin berkurang.

Oleh karena itu, maka seyogyanya pendidikan baik dalam lingkungan religius baik di lingkngan Kalangan pesantren, sepaputnya perlu juga mengkaji Agama melalui nilai luhur Pancasila sehingga sadar dengan pentingnya menanamkan Pancasila sebagai banteng Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Seperti halnya Hadratussyaikh KH. Hasjim Asjari (salah satu pendiri Nadhatul Ulama) menuturkan bahwa "Hubbul Wathan minal Iman" (Cinta tanah air sebagian dari Iman).

Dalam konsep Firman Tuhan mengatur bahwasanya manusia sejatinya diciptakan di bumi Indonesia sebagai manifestasi memberikan kebermanfaat terhadap manusia lain, merawat dan melestarikan alam sehingga dapat di nikmati oleh manusia lain. Kemurkaan Tuhan melihat hamba-Nya yang berkhianat adalah manusia yang akalnya menyerupai hewan.

Contohnya adalah manusia yang merusak alam demi perutnya diri sendiri maupun kelompok tersendiri. Sehingga hal tersebut sangat bertentangan dengan nilai Pancasila dan terjerumus dalam sistem kapitalistik yang mana sifat kapitalistik tidak di sukai oleh Bung Karno sebagai subjek perlawanan terhadap kapitalistik.

Oleh karena itu perlu adanya penguatan regulasi tentang pentingnya menanamkan Pancasila sejak dini, sehingga tidak terjebak konsepsi religious yang ekstrem. Dan tak lupa membangun Jakarta lebih baik adalah menanamkan karakter berjiwa agamis nan Pancasila. Maka pembangunan Jakarta lamban laun mengalami perbaikan secara karakter baik.

Nasionalisme Indonesia adalah Kemanusiaan

Setiap manusia pasti mempunyai rasa nasionalisme. Akan tetap secara historis, filosofis, dan kultural bahwasanya manusia juga berbeda dalam peristiwa sejarah munculnya nasionalisme.sehingga apa yang dianut juga berbeda -- beda secara geografis dan sosiologis.

Nasionalisme Indonesia halnya berbeda dengan nasionalisme yang lain, contoh saja nasionalisme kolonial belanda lebih berpihak kepada faham imperialisme. Faham imperialisme lebih condong terhadap eksploitasi Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam. Semangat Kapitalisme selalu bergelora dalam pandangan kaum westernisasi.

Contoh nasionalisme kolonial sangat bertentangan dengan nasionalisme Indonesia, karena nasionalisme Indonesia merupakan nasionalisme yang memanusiakan manusia. Akan tetapi, bahkan beberapa warga negara Indonesia lupa akan halnya nasioanlisme Indonesia yang memanusiakan manusia. Sehingga muncul beragam dalam ketimpangan social, ketimpangan ekonomi, bahkan ketimpangan politik yang cenderung terjebak dalam politik pragmatism.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun