Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mendampingi Perjuangan Cucu (Pasrah)

30 Januari 2023   06:33 Diperbarui: 30 Januari 2023   06:36 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Acara malam ini kami tutup dengan packing barang. Dika membantu Opal untuk memastikan semua daftar barang bisa masuk ke dalam koper. Aku bertugas untuk memastikan penataan bisa seefektif mungkin, karena berat bagasi dibatasi 2x25 kg. Sekedar tips: kami gunakan alat vacuum portable untuk meringkas bahan kain yang lumayan makan tempat. Fiuh, nyaris tengah malam baru kelar acara kami. Masih tersisa beberapa bahan makanan yang akan kami cari esok pagi untuk ditambahkan di bagasi. Dari tata -- tata itulah akhirnya ketahuan bahwa batik Opal lupa dia bawa dari Sangatta. Noted, akan kucarikan besok pagi.

Senin, 29 Agustus'22

Ini adalah hari penentuan yang dinanti. Pagi ini, kami bagi tugas: Aku dan YangTi jalan ke Thamrin City cari batik, Opal dan Papanya tugas follow up Visa.

Dari WA yang kulakukan sepanjang jalan, ternyata Opal memilih untuk nonton bareng Dika dan Papanya ketimbang ngecek Visa ke VFS. Alasannya, karena belum ada info dari Kedutaan maupun VFS. Ah..aku tahu alasan sebetulnya, Opal nggak siap dengan penolakan. Itu yang membuat dia tidak mau bertanya ke VFS seperti yang aku dan Budhe Us sarankan. Woke, aku urus itu nanti sepulang dari ThamCit, kupercepat proses belanjaku, dan segera kembali ke Lontar.

Setiba di Lontar, Budhe Us mengabarkan kalau Pakdhe Us bersedia antarkan Opal ke VFS, jadi dia tidak akan sendiri. Segera kuinfokan itu ke Opal, sambil kutitipkan baju ganti incase dia memerlukannya. WA ku disambutnya dengan permohonan agar dia balik dulu ke Lontar, baru ke VFS, tapi aku berkeras agar dia dijemput Pakdhe Us saat itu juga. "Sorry Kak, Mama memaksa kali ini."

Melihat perkembangan yang ada, Mamaku angkat bicara, "Temani anakmu Mbak. Dia pasti sangat memerlukan orang tuanya."Aku mengiyakannya. Tanpa Mama minta, aku memang telah berniat mendampinginya. Segera kuganti baju dan bersiap menuju VFS. Lagi -- lagi dengan sigap Budhe Us, minta tolong ke Mas Ihsan untuk mengantarkanku ke VFS sembari berangkat kerja. "Daripada kelamaan nunggu ojek Mbak" begitu alasan Budhe.

Luar biasa memang support Pakdhe Budhe ini.

Segera ku WA Opal kalau aku akan menyusulnya ke VFS. Opal mengatakan, gak usah, karena semua sudah under control (Ah..dia tetap berusaha terlihat kuat). Tapi aku tetap berkeras mendampinginya. Sempat salah masuk ke VFS Asia, akhirnya tibalah aku di sisi Opal yang bersebelahan dengan Pakdhe Us, tepat di bangku terdepan. Opal mengabarkan, passportnya belum termasuk dalam pengiriman yang pagi, dia diminta menunggu pengiriman jam 3 siang."Kakak sudah bilang ke Mbaknya, kalau tiket Kakak besok pagi Ma.

Dia hanya bisa menginfokan ke pihak kedutaan dan minta Kakak tunggu."

Sambil menunggu, kuedarkan pandanganku berusaha mempelajari situasi sekitar. Mbak petugas di depanku tersenyum ramah, tampaknya dia bisa mengenaliku sebagai Mamanya Opal. Wajah -- wajah tegang menghiasi sebagian besar ruangan. Seorang mbak -- mbak yang ternyata adalah Agent Visa dari Surabaya, bahkan curhat di depan petugas bagaimana dia terjebak di Jakarta dari hari Kamis. Sama seperti kami, dia juga nggak tahu kalau Jumat kedutaan tutup, padahal besok ada client yang harus terbang. Dengan putus asa, bahkan dia nampak menempatkan kepalanya di atas meja petugas seraya cerita betapa lelahnya dia dikejar -- kejar client. Ah..pasti berat sekali bebannya.

Ternyata sebagian besar di ruangan ini adalah agent -- agent pengurus Visa, hanya ada kami dan seorang anak muda lain yang lewat jalur mandiri. Selain melihat Mbak Agent yang stress, aku juga melihat seorang Ibu -- Ibu sepuh beretnis Cina mendatangi petugas untuk konsultasi. Agaknya Ibu ini mendapatkan undangan wisuda dari si anak, tapi waktunya mepet, beliau khawatir Visa tidak bisa terbit tepat waktu, dan dia perlu saran dari petugas sebelum apply visa. Hmm..ada juga kasus kayak gini ya? Tapi melihat itu, aku jadi tahu bahwa VFS sangat terbuka untuk diskusi langsung, mengingat mereka tidak bisa dihubungi via telpon ataupun WA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun