Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mendampingi Perjuangan Cucu (Pasrah)

30 Januari 2023   06:33 Diperbarui: 30 Januari 2023   06:36 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Air Canada tanpa bagasi, Vancouver -- Toronto, 30 Aug'22 jam 21.30 waktu Vancouver.

Hasil diskusi di Dwidaya: Ticket Opal hanya bisa diundur ke tanggal 10 Sept, itupun dengan harga mencapai 45 Juta ( 3 x lipat dari harga tiket awal ). Untuk opsi penerbangan dengan jadwal lebih cepat, bisa lewat Dubai dan Qatar dengan harga tiket mencapai 99 Juta. Itupun semua tiketnya baru bisa dikonfirmasi hari Senin. Hmm.. tampaknya Senin menjadi hari penentu langkah Opal. Melihat harga tiket yang demikian tinggi, Opal tampak pasrah. Aku hanya bisa membesarkan hatinya, dengan bilang,"Insya Allah semua ada jalan Kak."

Keluar dari Dwidaya Tour, kami coba masuk ke travel agent yang lain yaitu VayaTour, kami masih berharap ada jatah tiket di travel agent ini yang lebih bersahabat dari sisi jadwal dan harga. Ternyata hasilnya juga nihil, mereka hanya bisa menginfokan harga diatas 100 jt untuk tiket -- tiket ke Canada yang tidak melalui Amerika serikat. Ya, kami tidak bisa mengambil tiket via Amerika, karena perlu visa tersendiri untuk transit di Amerika (US).

Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu semuanya di hari Senin nanti. Kalaupun kami harus mengorder tiket dengan harga fantastis itu, kami ingin mengordernya setelah visa ada di tangan kami. Meski di sisi lain, aku agak pusing dengan kemungkinan berangkat tanggal 10 September, karena cutiku tidak mungkin diperpanjang sampai selama itu. Ah..sudahlah kepala rasanya sudah mau pecah dengan semua ketidak pastian ini, jadi untuk apa kuperberat bebanku dengan sulitnya pengaturan cuti. Lagi -- lagi aku hanya bisa menyerahkan semuanya pada Sang Maha Sutradara.

Setelah dari travel agent, kami lanjut ke Money Changer. Di sini kami berhasil menukarkan lagi beberapa dollar Canada dan US, sebagai jaga -- jaga siapa tahu Opal memerlukan cash saat di bandara nanti. Selanjutnya adalah mengantarkan putra -- putraku bermain. Ya mungkin ini akan jadi kesempatan terakhir Dika main bareng dengan Kakaknya sebelum berangkat ke Canada, jadi kubiarkan mereka bermain sepuasnya. Sementara kami lanjut ke department store untuk melengkapi beberapa barang yang mungkin diperlukan Opal.

Pulang dari Kokas, aku lanjut ke Alfamidi untuk membeli aneka bumbu dan barang -- barang kecil yang akan dibawa. Opal menemaniku berbelanja, dia tahu banget kami sedang perlu saling menguatkan. Tanpa kata, dia mengekorku. Meninggalkan Papa dan adiknya yang langsung pulang ke rumah Pakdhe Us.

Kami tutup acara hari ini dengan jamuan makan malam bareng dengan keluarga Pak Usodo sebagai wujud terimakasih. Kami pilih Plataran Resto sebagai tempat ngumpul. Alhamdulillah semua putra putri Pakdhe Us bisa hadir, ditambah Mbak Indi (anak tetangga di Sangatta dulu ) dan Mas Ihsan (anak kost Pakde Us, yang juga dari Sangatta ) plus tentu saja Bryan ( sepupu Opal yang lagi magang di DepHankam). Kami lupakan sejenak masalah kami masing -- masing, larut dalam syukur yang tiada tara bisa berkumpul dalam sehat malam ini.

Minggu, 28 Agustus'22

Rencana jemput Eyang di Bogor batal. Opal merasa gak enak badan, jadi memutuskan untuk rehat di rumah saja.Ya, perjalanan kemaren dan ketidak pastian ini pasti melelahkan fisik dan mentalnya. Aku tak memaksanya, kubiarkan dia tidur di rumah, sementara bersama Dika dan Papanya, kami coba mencari acara lain.

Karena sejak kemaren hanya ngurusin Opal, maka hari ini kudedikasikan untuk Dika. Atas saran Mbak Dila, kami pergi ke Sarinah yang sudah rebranding. Ada gallery seni yang mungkin akan disukai Dika di sana. Sampai di sana, wow.. Sarinah baru ini benar -- benar bertransformasi. Ada 2 wahana yang ditawarkan di sana, yaitu Artsiri (museum aroma sekaligus workhop kecil mengenalkan parfum ) dan art galeri itu sendiri. Kami mencoba keduanya, dan Dika sangat menikmati pengalaman barunya ini.

Kelar refreshing, kami coba menilik jualan Sarinah yang sangat Indonesia ini. Saat itulah, Dika menunjuk ke sebuah ikat kepala, yang dia bilang mungkin pas kalau dibawa Kakak, siapa tahu perlu untuk culture night katanya. Hmm..good idea Dek, langsung saja kubeli ikat kepala model Bali itu. Saat kami di Sarinah, YangKung mengabarkan kalau telah tiba kembali di Lontar diantarkan kerabat dari Bogor. Alhamdulilah, trimakasih Mas Heri sudah meluangkan waktunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun