Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sedulur Papat Limo Pancer

26 April 2021   07:10 Diperbarui: 26 April 2021   07:16 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebagai kelanjutan dari artikel terdahulu dengan judul Manusia Tidak Sendirian 1, mari kita ngaji bersama melalui roso pangroso. Misal seseorang membaca Al Qur'an surat An Naaziaat ayat 1. Demi ( malaikat -- malaikat ) yang mencabut ( nyawa ) dengan keras, dan surat An Naaziaat ayat 2. dan (malaikat-malaikat) yang mencabut ( nyawa ) dengan lemah - lembut. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa Allah menciptakan semesta alam seisinya dalam keadaan berpasangan. Contohnya dapat dijumpai dalam surat Naazi'aat ayat 1, dan ayat 2 tersebut yang menyatakan bahwa malaikat dalam melaksanakan tugas mencabut nyawa seseorang dilakukan dengan keras, dan dilakukan dengan lemah -- lembut. 

Setelah membaca kedua ayat dari surat An Naazi'aat tersebut, lalu apa yang harus dipikirkan si pembaca selanjutnya? Apakah hanya dengan telah membaca petunjuk Allah dalam bahasa Arab, kemudian membaca terjemahnya dalam bahasa Indonesia lalu berpikiran mendapat pahala, dan masuk surga? Tidak! Mengapa tidak?

Karena kalau hanya sampai disitu, itu baru sebatas membaca perintah, dan petunjuk Allah dalam 2 bahasa, belum melaksanakan perintah dan petunjuk Allah. Mestinya malulah melaksanakan perintah, dan petunjuk-Nya saja belum, kok sudah minta imbalan pahala, atau hadiah, atau ganjaran, atau gift berupa surga, dan bidadari misalnya.

Mestinya setelah orang membaca surat An Naazi'aat tersebut, dan mengetahui bahwa malaikat dalam melaksanakan tugasnya mencabut nyawa dilakukan dengan keras, dan dilakukan dengan lemah -- lembut; Si pembaca terus berpikir, bagaimana caranya agar kelak tiba saat Allah mewafatkan dirinya, dilakukan oleh malaikat yang melaksanakan tugasnya dengan lemah -- lembut.

Setelah dalam benak tersaji agar dapat dilakukan oleh malaikat yang lemah -- lembut, kita kaitkan dengan surat Ath Thaariq ayat 4 yang menyatakan tidak ada suatu jiwapun (diri) melainkan ada penjaganya. Dari sini lalu berpikir lagi, siapa sesungguhnya yang menjaga setiap diri yang berjiwa itu?

Kita mengetahui bahwa diri manusia ini adalah merupakan makhluk yang berjiwa, karena itu hendaklah kita meyakini bahwa setiap diri manusia pasti ada penjaganya sejak manusia dilahirkan di atas dunia. Namun kenyataannya setiap manusia hanya kelihatan sendirian sejak dilahirkan, disinilah pendadaran bagi manusia untuk mengetahui siapa diri sejatinya.

Bertitik tolak dari uraian tersebut hendaklah dapat memicu, dan memacu niat kita untuk mengetahui siapa sesungguhnya makhluk yang diutus Allah untuk menjaga setiap diri manusia itu? Bagaimana caranya? Sudah barang tentu kita mengaji lebih lanjut Al Qur'an dari ayat pertama surat pertama, sampai dengan ayat terakhir surat terakhir berulang -- ulang, dengan bahasa kita sendiri Indonesia, atau bahasa yang dipahami. Dengan harapan setelah mengerti perintah dan petunjuk Allah dengan baik, lalu berusaha mengenali siapa sesungguhnya penjaga kita, agar dapat saling menyayangi sebagaimana kata mutiara tak kenal maka tak sayang.  

Al Qur'an pada dasarnya adalah petunjuk Allah, dan sekaligus sebagai perintah bagi umat penganutnya yang wajib diamalkan, atau wajib dilaksanakan dalam melakoni hidup, dan kehidupan diatas dunia ini. Surat Al Baqarah ayat 2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. Surat Luqman ayat 2. Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmat, ayat 3. menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan.

Selanjutnya mari kita kaji bersama Al Qur'an yang telah diposisikan sebagai pedoman hidup bagi umat Islam, sedangkan kepada saudara -- saudaraku umat selain Islam silahkan menggunakan firman yang sesuai. Sehingga akhirnya kita dapat meyakini bahwa sesungguhnya manusia dalam melakoni hidup, dan kehidupan di atas dunia ini tidak sendirian. Ada yang selalu menjaga, mengantarkan, mengiringi, menyertainya dan yang selalu ada bersama kita dimanapun berada, dan beraktivitas. 

Katakanlah setelah mengaji Al Qur'an seseorang lalu membaca surat Qaaf  ayat 21. Dan datanglah tiap - tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi. Selanjutnya dikaji melalui roso pangroso, agar dapat menggali makna batiniyah yang terkandung di dalam ayat tersebut.

Dari ayat tersebut kita dapat mengetahui, dan yang seharusnya meyakini bahwa setiap diri manusia, bersama dengannya seorang malaikat penggiring, dan seorang malaikat penyaksi. Sejak kapan para malaikat tersebut bersama dengan kita? Apakah sejak masuk Sekolah Dasar? Tidak. Sejak Sekolah Lanjutan Pertama? Tidak. Sejak Sekolah Lanjutan Atas? Tidak. Sejak Perguran Tinggi, dan seterusnya? Tidak. Kalau selama sekolah atau kuliah tidak, apakah sejak manusia bekerja, menjabat? Juga tidak. Sesungguhnya malaikat -- malaikat tadi sudah menyertai, atau sudah bersama dengan manusia sejak manusia dilahirkan di atas dunia ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun