Mohon tunggu...
Toni Kurniawan SH
Toni Kurniawan SH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembela Hak Asasi Manusia yang Tak Pernah Merasakan Nikmatnya Cinta dan Kopi

Lampung-Yogyakarta S1- Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta S2- Konsentrasi Islam, Pembangunan dan Kebijakan Publik (IPKP) Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosio-Historis Poligami Nabi Muhammad Saw

25 April 2021   21:07 Diperbarui: 25 April 2021   21:18 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Secara historis Nabi Muhammad Saw. Menjalani praktik poligami tidak sebagaimana yang terjadi dimasyarakat Arab saat itu. Laki-laki mempunyai istri lebih dari satu, saat itu memang hal lumrah.

Namun, pertanyaannya adalah apakah poligami yang beliau praktikkan itu sebagai indikasi bahwa beliau mengabsahkan poligami untuk Umat Islam? Dalam konteks inilah ada beberapa hal mendasar yang musti diperhatikan sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut.

Pertama, Nabi Muhammad Saw. Menikah dengan banyak perempuan bukan demi memperoleh keturunan, meskipun salah satu fungsi dan hikmah pernikahan adalah memperoleh keturunan.

Fakta sejarah menunjukkan, bahwa Nabi Muhammad Saw. Memperoleh keturunan hanya dari pernikahannya dengan Khadijah: dua putra, yaitu: Al-Qasim dan Abdullah al-Thahir al Muthahar,dan empat putri (Zainab, Ruqayyah, Umm Kultsum dan Fatimah).

Sayangnya, anak laki-laki beliau, yang dalam tradisi masyarakat Arab saat itu sebagai simbol kehormatan keluarga, meninggal dunia saat usia dua tahun. Yang menarik, saat itu Nabi Muhammad Saw. Tidak pernah berniat memperistri perempuan lain, yang sebenarnya menjadi alasan sah bagi masyarakat Arab itu, untuk memperoleh keturunan laki-laki, sebagai simbol kehormatan.

Kedua, Nabi Muhammad Saw. Melakukan praktik poligami bukan untuk melampiaskan hasrat seksual. Sungguh tidak mempunyai dasar, tuduhan beberapa orientalis yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah sosok pemuja seks.

Sebab, kita tau bahwa istri Nabi Saw, kecuali Aisyah, semuanya adalah janda. Sebagian lagi, seperti Saudah, adalah perempuan tua renta, yang secara biologi tidak lagi mampu menjalankan fungsinya sebagai seorang istri.

Ketiga, Nabi Muhammad Saw. Mempraktikkan pernikahan monogami dengan Khadijah Selama 25 tahun, suatu masa yang sangat panjang bila diukur dari usia keseluruhan pernikahan Nabi Muhammad Saw. Beliau menikah lagi dan melakukan praktik poligami, setelah dua tahun menduda, yaitu sekitar pada umur 55 tahun.

Usia ini sebenarnya usia yang kemampuan seksual laki-laki biasanya telah mulai menurun. Uniknya, pernikahan yang kedua tersebuat beliau lakukan dengan Saudah, seorang perempuan yang nota bene tua renta. Tidak ada niat lain dalam pernikahannya dengan Saudah ini kecuali melindungi perempuan tua renta itu dari ancaman orang --orang kafir: suaminya meninggal dunia dalam perang dan keluarganya masih banyak yang kafir dan menentang Islam.

Perkawinan Nabi Saw, yang ketiga dengan Aisyah, sampai dengan yang terakhir berlangsung di Madinah dan terjadi dalam rentang waktu yang asangat pendek, antara tahun Kedua sampai tahun ke tujuh Hijriah (hanya lima tahun). Begitu puljarak antara satu perkawinan dengan perkawinan yang lain sangat pendek.

Keempat, motif pernikahan yang dilakukan Nabi Muhammad Saw., secara keseluruhan adalah motif kemanusiaan, yaitu mengangkat dan melindungi perempuan serta perjuangan dakwah Islam, bukan pelampiasan nafsu seksual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun