Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membumikan Firman Allah

2 Juli 2020   11:22 Diperbarui: 2 Juli 2020   11:23 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah bagi kita semua, amiin.

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Bagi umat Islam, firman Allah atau Al Qur'an wajibnya menjadi pedoman dalam melakoni hidup dan kehidupan di atas dunia ini, karena sesungguhnya Al Qur'an adalah petunjuk Allah. Sebagaimana difirmankan dalam surat Luqman ayat 2. Inilah ayat - ayat Al Quran yang mengandung hikmat,  ayat 3. menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang - orang yang berbuat kebaikan. Sebagai umat yang mengimani atau mempercayai akan kebenarannya, sudah barang tentu petunjuk tersebut juga dimaknai sebagai perintah, dan dilaksanakan atau diamalkan sesuai makna yang tersirat, atau makna yang tersembunyi, dalam petunjuk tersebut. Mengingat Al Qur'an atau firman Allah itu, umumnya disampaikan dalam bentuk perumpamaan.   

Mengapa perintah dan petunjuk Allah kok, harus disampaikan dalam bentuk perumpamaan? Karena Allah memang menghendaki agar manusia mau berpikir, dengan demikian perbuatannya tidak hanya didasari atau dilatarbelakangi atas kata orang belaka. Sehingga hidup seseorang tidak seperti ikan yang sudah kehilangan dzat hidupnya, alias ikan mati. Mari kita cermati bersama. Ikan yang sudah mati, selang beberapa saat, berbau busuk. Sekujur tubuhnya ditaburi garam, akan asinlah rasa dagingnya dan jadilah ikan asin alias gereh. Mau menyelam sudah tidak dapat, mau jalan lalu berbelok ke kiri atau ke kanan sudah tidak dapat, mau menyembul sampai ke permukaan air sudah tidak dapat. Boro -- boro mau berjalan melawan arus, tentunya juga tidak dapat. Mengapa? Karena si ikan sudah kehilangan dzat hidupnya, alias sudah hilang nafasnya, alias sudah mati, sehingga hilang pulalah daya tangkal dan kemampuannya untuk berbuat seperti biasanya tatkala masih hidup. Adanya hanya terapung di permukaan air, terbawa arus ke sana ke mari, dan kemana arah angin bertiup ke sana pulalah dia terdampar. 

Surat Al Hasyr ayat 21. Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan - perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.

Mengapa pula firman Allah, kok harus di bumikan? Al Qur'an pada dasarnya adalah firman Allah berupa perintah dan petunjuk Allah. Diturunkan kepada nabi Muhammad, SAW. dengan perantaraan malaikat Jibril, untuk memperbaiki akhlak manusia dikala itu. Sebagai umat pengikutnya, sudah barang tentu wajib mengaji makna yang terkandung di dalamnya atau makna yang tersirat di dalamnya atau makna yang tersembunyi di dalamnya, dan melaksanakannya atau mengamalkannya demi terwujudnya insan yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.

Tentunya kita masih ingat bukan? Wahyu Al Qur'an itu tidak diturunkan sekaligus, dari ayat pertama surat pertama, sampai dengan ayat terakhir dari surat terakhir; Melainkan di wahyukan kepada nabi Muhammad dengan perantaraan malaikat Jibril, secara bertahap. Wahyu pertama yang diterima nabi kala di Gua Hira sekitar 14,5 abad yang silam, adalah "ikrok" atau yang dalam bahasa Indonesia-nya berarti "bacalah".  

Mari kita cermati menggunakan roso pangroso,  dan dengan mengedepankan akal sehat agar kita dapat menerima atau memahami suatu kajian, apapun yang dikajinya. Apakah bentuk atau wujud, dari perintah berupa ikrok atau bacalah yang disampaikan melalui malaikat Jibril tersebut? Kalau kita mau berkata jujur, tentunya akan mengatakan bahwa perintah tersebut tidak berbentuk atau tidak berwujud alias abstrak atau ghaib. Oleh karena itu, untuk memudahkan anak-cucu dalam memahaminya, akan lebih membantu bila petunjuk dan perintah Allah itu, dibumikan dalam bentuk atau dalam wujud perbuatan nyata atau tindakan nyata. 

Sebagai penganut agama apapun agamanya, hendaklah dapat memahami hakekat beragama, sehingga pada saatnya akan terwujud generasi bangsa yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. Oleh karena itu hendaklah dibiasakan untuk menggali makna batiniyah, atau makna yang tersirat, atau makna yang tersembunyi dalam setiap firman Allah. Sehingga manusia tidak terbelenggu hanya selalu mempermasalahan, atau mempertentangkan, perbedaan di tingkatan lahiriyah atau di tingkatan sareat ( tersurat, terlihat dan terdengar) belaka. Karena dengan adanya perbedaan di tingkatan inilah merupakan senjata yang digunakan iblis, setan dan sebangsanya, untuk menjerumuskan manusia ke jurang kesengsaraan dan jurang kesesatan dari jalan Allah. 

Sebagai orang tua, sudah sewajibnya menjadi suri tauladan bagi anak-cucu dan keturunannya. Orang tua wajib memberi bekal dasar bagi anak - cucu, melalui agama yang dianut apapun agamanya. Karena hakekatnya agama adalah untuk membangun manusia, menjadi insan yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. Insan dengan kualifikasi inilah yang kelak dapat diandalkan untuk mengelola negara, menjadi negara yang gemah ripah loh jinawi, sejahtera masyarakatnya, adil - makmur materiil dan spirituil, kuat, berwibawa dan mandiri atas kemampuan sendiri. Serta dapat diandalkan untuk menjaga dan merawat persatuan dan kesatuan bangsa demi keutuhan negara, yang berdasarkan Pancasila, Undang - Undang Dasar 1945, dengan direkat semboyan Bhineka Tunggal Ika, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), siapapun yang menjadi pemimpinnya.

Sepasang suami istri atas izin Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, dikodratkan mempunyai anak. Dan tentunya adalah menjadi kewajiban orang tua untuk mendidiknya, agar kelak menjadi insan yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. Bukan malah sebaliknya diingkari, sehingga berakibat si anak menjadi beban masyarakat. Karena pada dasarnya, anak merupakan amanat Allah yang dipercayakan kepada orang tua, sekaligus sebagai bahan ujian bagi orang tuanya. Surat Al Anfaal ayat 27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Surat Al Anfaal ayat 28. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. 

Sebagai orang tua janganlah mudah menyalahkan pihak lain, menyalahkan zamannya, menyalahkan kemajuan teknologinya, menyalahkan narkobanya, hingga menyalahkan aparat berkompeten dan pemerintahnya.  Karena sesungguhnya baik dan buruknya akhlak dan budi pekerti anak, utamanya terletak pada bekal dasar dari orang tua yang melahirkannya. Sebagai orang tua wajib memberi bekal dasar, dan bukan pembekalan dasarnya diserahkan kepada: pembantu, duit, HP dan guru. Bila hal ini yang dilakukan, jangan menyalahkan pihak lain bila sang anak akhirnya, hanya akan menjadi sampah masyarakat. 

Mari kita tengok dan teladani cara -- cara orang tua dahulu, dalam memberi bekal dasar kepada anak - cucu. Sekiranya cara yang digunakan membawa kebaikan bagi anak-cucu silahkan diikuti, tetapi bila sekiranya tidak membawa kebaikan bagi anak-cucu ya tidak perlu diikuti.

Misal. Bismillahirrahmanirrohim ini ungkapan dalam bahasa Arab, bila diterjemah ke dalam bahasa Indonesia berarti dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Pengasih dan Penyayang adalah sifat Allah, demikian juga manusia mempunyai sifat itu. Lalu bagaimana cara menumbuh kembangkan sifat pengasih dan penyayang kepada anak - cucu? Mari kita ikuti penjelasan selanjutnya, mengingat lafal bismillahirrahmanirrohim merupakan hal yang bersifat ghaib atau tidak berwujud atau tidak berbentuk, dan yang perlu dibumikan sebagai tindakan nyata, atau perbuatan nyata anak -- cucu dalam kesehariannya.

Pembiasaan sejak dini. Sejak awal masuk sekolah, anak-cucu dibiasakan dibekali makanan dan minuman dari rumah oleh orang tuanya. Pada saat memberi bekal kepada anak-cucu, orang tua berpesan agar pada saat memakan bekal nanti, jangan lupa menawari dan atau memberikan sebagian bekal kepada temannya yang tidak membawa bekal. Dengan demikian sejak dini anak -- cucu sudah terbiasa melakukan sifat mengasihi, dan menyayangi paling tidak kepada sesama temannya.

Bila suatu saat berjumpa temannya atau siapapun yang membawa barang tampak kesulitan, kepada anak - cucu juga dipesan agar membantunya walau tidak diminta. Sebaliknya bila anak-cucu diberi sesuatu atau dibantu oleh teman atau siapapun, dipesankan jangan lupa mengucapkan terima kasih kepada yang memberi. Dengan demikian sejak dini, anak-cucu sudah terlatih untuk melakukan perbuatan baik atau amal saleh, dan meng-hargai perbuatan orang lain. Saat meninggalkan rumah, orang tua memegang tangan sang anak-cucu layaknya orang bersalaman, sambil mengucap salam, assalamualaikum wr.wb, demikian pula saat pulangnya diperdengarkan kembali salam tersebut.

Pembiasaan hal sederhana seperti itu kepada anak - cucu sejak dini, hakekatnya adalah pewujud-nyataan atau cara membumikan lafal bismillahirrahmanirrohim atau sifat pengasih dan penyayang ke dalam bentuk atau wujud tingkah laku, perbuatan dan tutur kata anak - cucu sehari - hari. Bila hal -- hal sederhana tadi sudah dibiasakan sejak dini, insya-Allah pada saat dewasanya anak - cucu akan dapat melakukan kebiasaan tadi secara spontan, walaupun tidak disuruh atau diminta pihak lain. Dengan demikian insya-Allah, Allah meridho'i akan tumbuh dan berkembangnya sifat pengasih dan penyayang dalam diri anak -- cucu, amiin. Demikianlah seharusnya mengaji setiap firman Allah melalui roso pangroso, dan yang muara akhirnya anak -- cucu dapat mewujud nyatakan atau membumikannya ke dalam tindakan nyata atau perbuatan nyata.

Sayangnya generasi sekarang ini, maunya yang instant - instant saja alias yang siap telan saja. Akibatnya diberi Al Qur'an yang umumnya disampaikan dalam bentuk perumpamaan, dan atau diberi kajian firman Allah di tingkatan roso pangroso tidak mengerti, dan malah menyepelekan ah itu kan kejawen. Alhasil ibarat orang berjalan, kesasar dan tidak tahu ke mana arah sasaran yang akan dituju dengan tepat. Karena perintah dan petunjuk-Nya saja, tidak dipahami dan tidak dimengerti dengan baik dan benar.                               

Penulis punya pengalaman nyata.  Saat sedang menulis datang cucu yang baru sekolah di Taman Kanak -- Kanak, yang oleh orang tuanya si cucu tadi telah diajari cara menghidupkan dan mematikan komputer. Karena penulis  akan  beristirahat,  komputer  penulis  matikan, spontan si cucu berkata: Yangkung ( Eyang kakung maksudnya atau kakek ) salah, masak mematikan komputer kok begitu, harusnya kan begini Yangkung. Kakek disalahkan cucu.

Saat penulis di Bogor dan ngobrol bersama teman -- teman Paguyuban Ngupoyo Upo di Kompleks Paspamres Bogor, hal tersebut penulis sampaikan kepada teman - teman, salah satu teman tertawa dan berkata:  Sama pak, dengan yang saya alami. Untungnya cucu yang ngomong, kalau anak mungkin sudah saya jewer telinganya.  Saya dikatakan Yangtung oo .....  oonn, maksudnya Eyang kakung ( kakek ) bloo' oonn. Inilah kenyataan?  

Mengapa si Eyang atau si Kakek, disalahkan atau dikatakan blo' on oleh si cucu.  Karena tingkat penalaran si cucu, baru sampai sebatas itu. Jadi walaupun apa yang dikatakan atau apa yang dilakukan sang kakek itu benar, tetapi karena diluar jangkauan penalaran si cucu, maka kebenaran tadi tetap dikatakan salah oleh si cucu.

Begitulah kira -- kira analogi, pemahaman orang yang telah mampu memahami firman Allah di tingkatan roso pangroso, dengan pemahaman generasi sekarang ini yang mengetahui firman Allah baru sebatas dibaca, dilihat dan didengar. Atau dengan kata lain pengetahuan akan firman Allah, baru ditingkatan lahiriyah atau di tingkatan sareat. Anehnya justru mereka malah membantah dan menyalahkan orang, yang telah memahami firman Allah di tingkatan roso pangroso. Bukannya berpikir dan lalu bertanya, bagaimana cara mempelajari firman Allah, agar dapat meningkat pemahamannya sampai di tingkatan roso pangroso.

Orang yang pemahamannya telah sampai ditingkatan roso pangroso, tidak akan sewot, jengkel, marah, dan merasa sakit hati atas trade mark kejawen, dikatakan sirik, dikatakan sesat; Justru sebaliknya merasa kasihan kepada mereka, yang membantah dan meremehkannya. Mengenai orang suka membantah, itu memang sudah menjadi kodrat manusia, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Kahfi ayat 54. Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. Sekian.

Terima kasih.

 

Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah bagi kita semua, amiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun