Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membumikan Firman Allah

2 Juli 2020   11:22 Diperbarui: 2 Juli 2020   11:23 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mari kita tengok dan teladani cara -- cara orang tua dahulu, dalam memberi bekal dasar kepada anak - cucu. Sekiranya cara yang digunakan membawa kebaikan bagi anak-cucu silahkan diikuti, tetapi bila sekiranya tidak membawa kebaikan bagi anak-cucu ya tidak perlu diikuti.

Misal. Bismillahirrahmanirrohim ini ungkapan dalam bahasa Arab, bila diterjemah ke dalam bahasa Indonesia berarti dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Pengasih dan Penyayang adalah sifat Allah, demikian juga manusia mempunyai sifat itu. Lalu bagaimana cara menumbuh kembangkan sifat pengasih dan penyayang kepada anak - cucu? Mari kita ikuti penjelasan selanjutnya, mengingat lafal bismillahirrahmanirrohim merupakan hal yang bersifat ghaib atau tidak berwujud atau tidak berbentuk, dan yang perlu dibumikan sebagai tindakan nyata, atau perbuatan nyata anak -- cucu dalam kesehariannya.

Pembiasaan sejak dini. Sejak awal masuk sekolah, anak-cucu dibiasakan dibekali makanan dan minuman dari rumah oleh orang tuanya. Pada saat memberi bekal kepada anak-cucu, orang tua berpesan agar pada saat memakan bekal nanti, jangan lupa menawari dan atau memberikan sebagian bekal kepada temannya yang tidak membawa bekal. Dengan demikian sejak dini anak -- cucu sudah terbiasa melakukan sifat mengasihi, dan menyayangi paling tidak kepada sesama temannya.

Bila suatu saat berjumpa temannya atau siapapun yang membawa barang tampak kesulitan, kepada anak - cucu juga dipesan agar membantunya walau tidak diminta. Sebaliknya bila anak-cucu diberi sesuatu atau dibantu oleh teman atau siapapun, dipesankan jangan lupa mengucapkan terima kasih kepada yang memberi. Dengan demikian sejak dini, anak-cucu sudah terlatih untuk melakukan perbuatan baik atau amal saleh, dan meng-hargai perbuatan orang lain. Saat meninggalkan rumah, orang tua memegang tangan sang anak-cucu layaknya orang bersalaman, sambil mengucap salam, assalamualaikum wr.wb, demikian pula saat pulangnya diperdengarkan kembali salam tersebut.

Pembiasaan hal sederhana seperti itu kepada anak - cucu sejak dini, hakekatnya adalah pewujud-nyataan atau cara membumikan lafal bismillahirrahmanirrohim atau sifat pengasih dan penyayang ke dalam bentuk atau wujud tingkah laku, perbuatan dan tutur kata anak - cucu sehari - hari. Bila hal -- hal sederhana tadi sudah dibiasakan sejak dini, insya-Allah pada saat dewasanya anak - cucu akan dapat melakukan kebiasaan tadi secara spontan, walaupun tidak disuruh atau diminta pihak lain. Dengan demikian insya-Allah, Allah meridho'i akan tumbuh dan berkembangnya sifat pengasih dan penyayang dalam diri anak -- cucu, amiin. Demikianlah seharusnya mengaji setiap firman Allah melalui roso pangroso, dan yang muara akhirnya anak -- cucu dapat mewujud nyatakan atau membumikannya ke dalam tindakan nyata atau perbuatan nyata.

Sayangnya generasi sekarang ini, maunya yang instant - instant saja alias yang siap telan saja. Akibatnya diberi Al Qur'an yang umumnya disampaikan dalam bentuk perumpamaan, dan atau diberi kajian firman Allah di tingkatan roso pangroso tidak mengerti, dan malah menyepelekan ah itu kan kejawen. Alhasil ibarat orang berjalan, kesasar dan tidak tahu ke mana arah sasaran yang akan dituju dengan tepat. Karena perintah dan petunjuk-Nya saja, tidak dipahami dan tidak dimengerti dengan baik dan benar.                               

Penulis punya pengalaman nyata.  Saat sedang menulis datang cucu yang baru sekolah di Taman Kanak -- Kanak, yang oleh orang tuanya si cucu tadi telah diajari cara menghidupkan dan mematikan komputer. Karena penulis  akan  beristirahat,  komputer  penulis  matikan, spontan si cucu berkata: Yangkung ( Eyang kakung maksudnya atau kakek ) salah, masak mematikan komputer kok begitu, harusnya kan begini Yangkung. Kakek disalahkan cucu.

Saat penulis di Bogor dan ngobrol bersama teman -- teman Paguyuban Ngupoyo Upo di Kompleks Paspamres Bogor, hal tersebut penulis sampaikan kepada teman - teman, salah satu teman tertawa dan berkata:  Sama pak, dengan yang saya alami. Untungnya cucu yang ngomong, kalau anak mungkin sudah saya jewer telinganya.  Saya dikatakan Yangtung oo .....  oonn, maksudnya Eyang kakung ( kakek ) bloo' oonn. Inilah kenyataan?  

Mengapa si Eyang atau si Kakek, disalahkan atau dikatakan blo' on oleh si cucu.  Karena tingkat penalaran si cucu, baru sampai sebatas itu. Jadi walaupun apa yang dikatakan atau apa yang dilakukan sang kakek itu benar, tetapi karena diluar jangkauan penalaran si cucu, maka kebenaran tadi tetap dikatakan salah oleh si cucu.

Begitulah kira -- kira analogi, pemahaman orang yang telah mampu memahami firman Allah di tingkatan roso pangroso, dengan pemahaman generasi sekarang ini yang mengetahui firman Allah baru sebatas dibaca, dilihat dan didengar. Atau dengan kata lain pengetahuan akan firman Allah, baru ditingkatan lahiriyah atau di tingkatan sareat. Anehnya justru mereka malah membantah dan menyalahkan orang, yang telah memahami firman Allah di tingkatan roso pangroso. Bukannya berpikir dan lalu bertanya, bagaimana cara mempelajari firman Allah, agar dapat meningkat pemahamannya sampai di tingkatan roso pangroso.

Orang yang pemahamannya telah sampai ditingkatan roso pangroso, tidak akan sewot, jengkel, marah, dan merasa sakit hati atas trade mark kejawen, dikatakan sirik, dikatakan sesat; Justru sebaliknya merasa kasihan kepada mereka, yang membantah dan meremehkannya. Mengenai orang suka membantah, itu memang sudah menjadi kodrat manusia, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Kahfi ayat 54. Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. Sekian.

Terima kasih.

 

Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah bagi kita semua, amiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun