Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membahagiakan Allah

20 Juni 2020   09:08 Diperbarui: 20 Juni 2020   09:15 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah bagi kita semua, amiin.

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Gusti Allah ora sare ( Allah tidak tidur ). Mari kita berkomitmen agar setiap tingkah laku, perbuatan dan tutur kata kita sehari -- hari, dapat membahagiakan Allah. Apa wujud perbuatan yang dapat membahagiakan Allah? Tidak lain adalah perwujudan dari perbuatan baik atau amal saleh kita di dunia ini yang dapat membahagiakan makhluk ciptaan Allah pada umumnya, dan manusia pada khususnya; Dengan kata lain membangun hubungan baik kepada sesama manusia atau 

Hablumminanas. Pewujud-nyataan perbuatan baik atau  amal saleh merupakan sisi lain, yang tidak dapat dipisahkan dengan sisi keimanan ( Hablumminallah ), inilah merupakan cerminan dari orang bertakwa. Jadi orang dikatakan bertakwa, bila orang tersebut telah mampu menyeimbangkan Hablummninallah dengan Hablumminanas dalam hidup dan kehidupannya, di atas dunia ini.  

Kondisi sebagaimana dijelaskan tentang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat -- malaikat, kitab -- kitab, nabi -- nabi dalam artikel terdahulu, hakekatnya membangun hubungan manusia yang diciptakan, dengan Allah yang menciptakan, atau akrab dikenal dengan sebutan Hablumminallah. 

Merupakan upaya membangun jati diri manusia apapun bangsa dan suku bangsanya, apapun warna kulit dan bahasanya, sebagai salah satu sisi dalam menggapai derajat takwa. 

Karena sisi ini merupakan upaya nyata untuk mengenal dan membangun pondasi diri kita sebagai manusia sejati, sehingga kita dapat menjadi insan yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. Berbekal akhlak mulia dan berbudi pekerti luhur inilah, mudah -- mudahan dalam melakoni hidup dan kehidupan di atas dunia ini, sifat -- sifat ke-Illahian tercermin dalam setiap tingkah laku, perbuatan dan tutur kata kita sehari - hari.

Lalu orang - orang yang bagaimana dikatakan tidak beriman kepada Allah, tidak beriman kepada hari kemudian, tidak beriman kepada malaikat -- malaikat, tidak beriman kepada kitab -- kitab, tidak beriman kepada nabi -- nabi? Mari kita simak surat At Tahrim ayat 10. Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. 

Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba - hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya ( masing-masing ), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan ( kepada keduanya ): "Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)."

Dari ayat tersebut mudah - mudahan dapat dimengerti, orang dikatakan kafir salah satunya bila orang tersebut tidak beriman atau tidak percaya, atau mengikhianati, atau mengingkari adanya Nabi. Lebih-lebih bila orang tersebut tidak beriman, atau tidak mempercayai, atau mengingkari, atau mengikhianati adanya Allah, hari kemudian, malaikat -- malaikat dan kitab - kitab.  Dengan memahami ayat tersebut, hendaklah kita tidak mudah terjebak oleh hawa nafsu, sehingga mulut dengan entengnya mengatakan orang yang tidak se agama dikatakan kafir.

Lalu bagaimana dengan orang yang mulut mengatakan beriman, tetapi tingkah laku, perbuatan dan tutur kata sehari-harinya, bertolak belakang atau mengkhianati atau mengingkari hakekat iman itu sendiri. Misal. Mulut berkata iman kepada Allah, hari kemudian, malaikat -- malaikat, kitab -- kitab dan nabi - nabi, tetapi diberi uang untuk membunuh orang, memfitnah orang, menghina orang, melecehkan orang, menyebarkan berita bohong, mengkafirkan orang, dilaksanakan. 

Mulut berkata iman kepada Allah, hari kemudian, malaikat -- malaikat, kitab -- kitab dan nabi - nabi, tetapi korupsi, menipu, memperkosa, mencuri, menjambret dan melaku kan perbuatan jahat atau tercela lainnya, tetap dilaksanakan. Hendaklah selalu ingat (Jawa=eling), hati -- hati dan waspada, karena semua sepak terjang kita di atas dunia ini, kelak harus dipertanggung jawabkan oleh diri kita sendiri dihadapan Allah. Silahkan disimpulkan sendiri, karena pilihan adalah hak prerogative seseorang, mau dilanjutkan perbuatan seperti itu silahkan, atau mau berhijrah mumpung masih ada waktu dan kesempatan untuk memperbaiki diri silahkan, mungkin lebih baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun