Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ayat Tak Terbaca

13 Juni 2020   12:27 Diperbarui: 13 Juni 2020   12:24 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Padahal tanah itu tadinya utuh, kemudian oleh pak tani tanah dibongkar dengan cangkul dan atau alat sejenisnya kemudian digaru untuk mencacah dan meratakan kembali. Dan akhirnya disakiti lagi, dengan menyelipkan benih kedalamnya. Tetapi sang tanah tidak merasa sakit hati, dan tidak lalu membalas perbuatan pak tani dengan perbuatan yang setimpal, justru sebaliknya.

Pada saatnya, benih yang diselipkan pak tani ketubuhnya tumbuh. Dan apabila dirawat dengan baik, oleh pak tani; Memberikan hasil panen sesuai benih yang ditanamnya, dan yang sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup pak tani dan keluarganya.  Misal benih yang ditanamkan padi, pada saatnya memberikan hasil panen padi. Bila benih yang ditanamkan jagung, pada saatnya memberikan hasil panen jagung. Bila benih yang ditanamkan batang singkong, pada saatnya memberikan hasil panen singkong dan lain sebagainya.

Bukan seperti omongan orang -- orang yang sesat, salah satunya pelaku bom Bali. Saat ditanya wartawan di Televisi. Anda kelihatannya siap dan senang mau dihukum mati? Dengan gayanya menjawab, mengapa tidak senang. Wong disini hanya punya istri satu, sedangkan disana (diakherat) akan diberi istri 72 orang. Weleh, weleh, weleh .... wong tanamannya saja bom, kok mengharap panen bidadari.

Surat An Nissa' ayat 123. ( Pahala dari Allah ) itu bukanlah menurut angan -- anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan -- angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak  ( pula ) penolong baginya selain dari Allah.   

Lalu apa makna dari kesemua itu? Maknanya, manusia itu hendaklah memiliki watak, layaknya tanah. Tanah yang nyata -- nyata disakiti oleh pak tani, bukannya marah dan membalas dengan perbuatan yang setimpal. Sebaliknya pak tani yang sebenarnya menyakiti, malah dibalas dengan hasil panen yang melimpah, dan bermanfaat bagi pak tani dan keluarganya. Sudahkah watak seperti yang digambarkan oleh tanah tadi, tercermin dalam kehidupan kita? Padahal sesungguhnya, manusia adalah mahluk yang paling sempurna di antara mahluk - makhluk ciptaan Allah. 

Tampaknya masih terlalu jauh, untuk mencapai tataran atau tingkat kesadaran ini. Kenyataannya, gara -- gara uang kembalian kurang Rp 100,- saja, dapat menyebabkan nyawa seseorang melayang, ini sungguh -- sungguh terjadi! Ada lagi, gara -- gara tersenggol tanpa sengaja ditempat umum, bisa jadi masalah berkepanjangan. Dan yang ujung -- ujungnya, menjadi ajang perkelahian antar kelompok. Menonton sepak bola yang seharusnya dimaknai sebagai sarana hiburan dan persaudaraan antar penonton, malah selesai nonton berantem, merusak fasilitas umum. 

Lagi yang lebih memprihatinkan. Ada kelompok yang melakukan kegiatan di kelompoknya sendiri, didatangi kelompok lain, dengan membawa atribut -- atribut tertentu, kemudian memukuli, menganiaya warga kelompok, merusak dan membakar tempat kegiatan kelompok. Beginikah pewujud -- nyataan tingkah laku, perbuatan dan tutur kata yang menyatakan dirinya sebagai seorang agamis? Mari introspeksi dan bergegas hijrah, mumpung masih punya waktu dan kesempatan untuk memperbaiki diri.

Api. Kita semua pasti sudah tahu, saat api kecil dan dapat dikendalikan, bisa menjadi teman. Sangat bermanfaat bagi kita, bisa untuk penerangan, bisa untuk memasak dan lain -- lain keperluan. Tetapi bila api sudah membesar dan tidak dapat dikendalikan, wah..wah..wah.. bisa menjadi musuh dan sangat membahayakan. Karena sang api sudah tidak berpikir lagi, apapun yang ada disekelilingnya akan diluluh lantakkan sampai tak bersisa. Apakah itu hutan, gedung, rumah, pabrik, kendaraan dan lain sebagainya.

Maknanya, jadi orang hendaklah mempunyai wataknya api. Artinya, apakah dia orang lain, saudara atau bahkan keluarga dekat, kelompok dan golongannya sendiri sekalipun, kalau memang mereka bersalah, harus disalahkan dan dihukum kalau perlu. Untuk selanjutnya dibimbing dan dibina, agar menyadari kesalahan serta mau memperbaiki kesalahannya. 

Sebagai muara akhirnya, tidak mau mengulangi perbuatannya. Bukan sebaliknya, mentang -- mentang masih ada hubungan keluarga, kelompok atau golongannya, jelas -- jelas perbuatannya salah, malah dibela dan dilindungi, serta menghukum orang lain yang sesungguhnya tidak bersalah. Mari introspeksi dan bergegas hijrah mumpung masih punya waktu dan kesempatan untuk memperbaiki diri.

Terima kasih.

Selanjutnya ayat Allah yang tidak tertulis, antara lain matahari akan diuraikan dalam artikel berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun