Ala bisa karena biasa, begitulah kira -- kira bunyi mutiara kata. Oleh karena itu mari dibiasakan untuk membaca Al Qur'an atau Kitab Suci, yang sudah diterjemahkan dari bahasa Arab atau bahasa Asing lainnya kedalam bahasanya sendiri atau bahasa yang dimengerti, agar kita dapat memahami makna batiniyah yang terkandung didalamnya. Kita coba mengawali belajar ngaji (mengkaji) ayat -- ayat Allah yang tertulis. "Ikrok" (bacalah) merupakan kata pertama yang diterima Nabi Muhammad, saat di Gua Hira sekitar 14,5 abad yang silam. Yang oleh penganutnya, lalu diterjemahkan sebagai perintah untuk membaca Al Qur'an dalam bahasa dimana wahyu tersebut diturunkan ( Arab ).
Sehingga ngaji yang seharusnya dimaknai dengan mempelajari perintah dan petunjuk Allah, agar memahami makna batiniyah yang terkandung didalamnya, lalu diartikan hanya dengan belajar membaca  dalam bahasa Arab. Dengan tujuan akhirnya, bila membaca Al Qur'an dalam bahasa Arab, akan mendapat pahala dan masuk surga, walau tidak mengerti artinya tidak apa-apa, kata orang. Hanya didasari atas kata orang saja, tanpa dievaluasi benar tidaknya pemahaman tersebut, dengan serta merta diikuti umat pengikutnya. Kalau sampai saat ini masih seperti itu pemahamannya, lalu ayat mana yang di amalkan?
Kalau benar-benar ingin memperbaiki diri, mari kita gunakan akal atau nalar sehat kita untuk mengaji firman Allah atau perintah dan petunjuk Allah, karena hanya dengan akal, orang akan dapat menerima pelajaran. Surat Az Zumar ayat 9. (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Surat Az Zumar ayat 18. yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
Sebaliknya bila seseorang mengaji firman Allah atau perintah dan petunjuk Allah, dengan mengedepankan nafsunya, niscaya kesesatan yang akan diperoleh.  Surat Yusuf ayat 53. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. Surat Shaad ayat 26. Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan ( perkara ) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang - orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.
Terima kasih.
Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah bagi kita semua, amiin.