Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memahami Konstitusional Manusia

11 Juli 2018   08:12 Diperbarui: 11 Juli 2018   08:11 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pada kesempatan ini diulas kembali secara singkat tentang konstitusional manusia, agar kita lebih meyakini dan memperkokoh persaksian atas diri kita sebagai manusia. Hendaklah tidak merasa jemu melakukan pengulangan-pengulangan tersebut, karena dengan cara itu diharapkan akan dapat lebih mengakrabkan pengenalan dan meningkatkan keyakinan akan jati diri kita sebagai manusia. 

Manusia terdiri atas 2 unsur besar, yaitu unsur lahiriyah dan unsur batiniyah, inilah konstitusional manusia sejati, dan kita harus meyakininya. Unsur lahiriyah berupa wadag atau jazad manusia atau juga disebut pakaian atau sandangan (Jawa), dengan sifat-sifatnya: jahil, sirik, iri, dengki, rakus, marah, malas, hasut dan lain -- lain, dikenal sebagai hawa nafsu.  

Sedangkan unsur batiniyah bersifat ghaib atau tidak tampak mata, berupa Ruh Suci langsung berasal dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci atau Yang Maha Ghaib, dan yang sudah barang tentu memiliki sifat -- sifat ke-Illahian layaknya sifat-sifat Yang Maha Suci. Jadi kita harus meyakini bahwa manusia itu memiliki 2 sifat, yaitu sifat baik dan sifat buruk.

Hendaklah kita juga selalu ingat ( Jawa = eling ), bahwa keberadaan Ruh Suci terperangkap di dalam sangkar berupa wadag atau jazad manusia atau pakaian atau sandangan yang ketempatan hawa nafsu. Oleh karena itu, manusia hendaklah berupaya keras agar selalu dapat mengendalikan hawa nafsunya, sehingga  Ruh Suci yang diamanatkan tidak tercemar oleh hawa nafsu yang berkiprah atas kendali iblis, setan dan sebangsanya.

Bila manusia telah mampu mengendalikan hawa nafsunya, insya-Allah sifat -- sifat baiklah yang akan tampak dalam setiap tingkah laku, perbuatan dan tutur katanya sehari-hari. Sifat baik tersebut tidak lain adalah sifat ke-Illahian, yang terpancar dari dalam diri orang yang telah mampu mengendalikan hawa nafsunya, atau dengan kata lain orang yang telah memahami akan jati dirinya. 

Sebaliknya bila manusia gagal dalam mengendalikan hawa nafsunya atau dengan kata lain justru manusia yang dikendalikan oleh hawa nafsunya, ya hanya wadagnyasaja yang tampak sebagai manusia, sedangkan sifat-sifat yang tampak dalam kesehariannya tidak lain adalah sifat-sifat dari iblis, setan dan sebangsanya.  

Dengan selalu mengingat konstitusional manusia, kita sebagai manusia yang terdiri atas unsur lahir dan batin, hendaknya setiap tingkah laku, perbuatan dan tutur kata dalam keseharian sang wadag dituntun oleh sifat-sifat baik tersebut. Atau dengan kata lain, berkiprahnya sang wadag merupakan cerminan dari sifat-sifat ke-Illahian, sehingga seseorang tadi akan dapat menjalani hidup dan kehidupan diatas dunia ini sesuai dengan sifat dan kehendak-Nya.

Kenyataan tersebut merupakan bukti nyata bahwa Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, menciptakan jagat raya seisinya ini dalam keadaan berpasangan dan atau dalam keadaan seimbang. Contoh, diri manusia: terdiri dari 2 unsur yaitu unsur lahir dan unsur batin atau unsur nyata dan unsur ghaib. 

Manusia mempunyai sifat baik, dan sifat buruk. Kecuali itu, dengan mudah kita dapat menyebutkan: siang -- malam, laki-laki -- perempuan, panas -- dingin, terang -- gelap, dan lain -- lain.

Contoh yang mudah dilihat untuk menunjukkan ciptaan-Nya dalam keadaan seimbang, diantaranya ular kobra. Mudah -- mudahan kita semua dapat mengetahui bahwa ular kobra, mempunyai bisa atau racun yang mematikan. 

Andaikan kambing dipatok ular kobra dan bila tidak segera mendapat pertolongan, dalam waktu singkat si kambing akan mati. Mengapa? Karena si kambing, tidak mempunyai anti bisa atau anti racun kobra. Pernahkah kita berpikir, mengapa ular kobra yang kesana kemari membawa racun atau bisa, kok tidak mati? Ya karena si ular kobra, memiliki anti bisa atau anti racunnya. Inilah salah satu bukti bahwa, Allah menciptakan jagat raya seisinya, dalam keadaan seimbang. Banyak contoh lainnya, silahkan ditemukan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun