Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sabar dalam Peperangan

28 Agustus 2017   19:13 Diperbarui: 28 Agustus 2017   19:23 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Judul Sabar Dalam Peperangan,pada dasarnya adalah penggalan dari surat Al Baqarah Ayat 177, yang sewajibnya diaktualisasikan dalam bentuk perbuatan nyata sebagai upaya dalam menggapai derajat takwa. Mengapa demikian? Untuk memahami makna yang terkandung didalam judul dimaksud, izinkan aku menceritakan kisah nyata seorang kakek. Si kakek berusia sekitar 69 tahun, lahir di Metro Lampung, dan pernah menimba ilmu di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta angkatan tahun 1969. Dimasa aktifnya, si kakek mengawali tugas dinasnya di Balai Penelitian Kimia Semarang Jawa Tengah, kemudian pindah ke Kantor Wilayah Departemen Perindustrian Lampung.

Mengawali kisah nyata si kakek, mari kita awali dengan melihat kembali kondisi masyarakat di zaman ke Nabian dahulu. Pembunuhan antar kaum satu dengan lainnya terjadi dimana -- mana. Apakah itu dilakukan terhadap laki - laki, perempuan baik tua maupun muda, anak - anak, bahkan terhadap bayi sekalipun. Disamping itu juga merebak keburukan -- keburukan lain. Diantaranya:  perjudian, madat dan mabuk (narkoba), penjarahan terjadi dimana -- mana.  Perkosaan terjadi  dimana-mana, baik terhadap perempuan dewasa maupun dibawah umur. Pengrusakan terjadi dimana - mana, pembakaran terjadi dimana -- mana  baik terhadap harta benda maupun terhadap manusia hidup. 

Disisi lain, saling caci, saling hujat, saling fitnah, saling hasut dan perbuatan -- perbuatan buruk lainnya  dikobarkan  dari  satu kaum ke kaum yang lain. Dengan tujuan untuk berebut pengaruh dikala itu. Dalam situasi dan kondisi seperti itu, mereka yang merasa kuat lalu mengangkat dirinya sebagai penguasa. Dengan membuat peraturan sedemikian rupa, untuk pembenaran perbuatannya. Bahkan tak jarang sang penguasa mengangkat dirinya sebagai penguasa alam, yang berwenang atas hidup dan matinya seseorang yang dikehendaki.

Dari riwayat tersebut, dapat digambarkan betapa rusak dan rendahnya akhlak manusia dizaman itu. Dan betapa tercerai berainya umat manusia dikala itu. Masing - masing kaum, memberlakukan hukum rimba. Siapa yang kuat dialah yang menang dan berhak untuk menguasainya. Dalam situasi dan kondisi demikian, melalui malaikat Jibril diturunkan wahyu Al Qur'an dan sekaligus Muhammad diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Dengan tugas yang amat berat, yaitu mengentaskan manusia dari zaman kegelapan menuju cahaya terang benderang. Surat Ibrahim ayat 1. Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluar kan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.

Apakah dalam penyampaian Al Qur'an, yang pada dasarnya adalah perintah dan petunjuk Allah tersebut dengan serta merta diterima baik, oleh kaum dikala itu? Sama sekali tidak! Dikisahkan ketika Nabi Muhammad, SAW. menyebarkan agama Islam, tidak sedikit tantangan yang beliau hadapi. Bahkan peperangan antar beliau dan pengikutnya dengan kaum penentangnya, tidak dapat dihindarkan lagi. Mengapa hal ini  terjadi? Karena memang, dimasyarakat sudah lama berkembang perbuatan -- perbuatan yang menurut anggapan mereka sudah benar, sesuai dengan aturan yang mereka buat sendiri.

Oleh karena itu, ketika datang perintah dan petunjuk Allah ( Al Qur'an ) yang membawa kebenaran hakiki, dengan tujuan memperbaiki akhlak masyarakat yang sudah rusak dikala itu; Dan menuntun manusia menuju cahaya terang benderang, dianggapnya suatu penghalang bagi mereka, dalam melakukan perbuatan - perbuatan yang selama itu mereka lakukan. Karena itulah, mereka menentang Nabi dan pengikutnya habis habisan. Bahkan dengan mengangkat senjata, sehingga dalam penyebaran agama Islam dikala itu, diwarnai dengan peperangan. Diantaranya  perang Badar, perang Uhud dan lain-lain. Tetapi Nabi menyebutnya, semua peperangan pisik tersebut hanyalah merupakan peperangan kecil. Sedangkan  peperangan  yang  sesungguhnya, dan amat berat adalah memerangi hawa nafsu yang ada dalam diri kita sendiri.

Lalu bagaimana cara memerangi hawa nafsu? Mari kita simak kisah nyata si kakek. Oleh petugas Tata Usaha,  si kakek diberitahu kalau ada telepon dari Balai Besar Industri Hasil Pertanian ( BBIHP ) Bogor. Dari pembicaraan via telepon, si kakek diminta membantu mencarikan prosesor buah Vanilla di Jawa Tengah, yang dapat dikunjungi. Singkat ceritanya mendapatkan prosesor  vanilla beralamat di Parakan Temanggung Jawa Tengah. Prosesor vanilla ini tidak lain adalah Ketua Indonesian Vanilla Exporter Assosiation (IVEA)--nya sendiri, bernama Drs. AK inisial namanya. Akhirnya si kakek, tamu dari Bogor dan pak AK, meluncur dari Semarang menuju Parakan. Sampai ditempat tujuan, pak AK sendiri yang menjelaskan tahapan prosesing vanilla, sejak awal hingga ekspor. Tamu dari Bogor tampak puas dengan penjelasan tersebut, dan akhirnya kembali ke Semarang.

Ditengah perjalanan pulang pak AK bertanya, dimana rumah si kakek, naik apa berangkat dan pulang kantornya?  Si kakek menjawab, rumah di Tanggul Mas. Mengenai berangkat dan pulang kantor naik apa, si kakek menjawab naik bemo kalau punya uang. Tetapi kalau tidak punya uang ya jalan kaki, karena saya oleh Yang Maha Kuasa dikaruniai kaki, jelas si kakek. Pak AK lalu berkata, baik pak nanti saya antarkan pulang. Sampai di Semarang tamu dari Bogor langsung diantar ke kantor, dan si kakek langsung diantarkan pak AK ke rumah. Dalam perjalanan ke rumah, si kakek minta sedikit buah vanilla segar sekedar untuk latihan, agar lebih memahami prosesing buah vanilla. Pak AK menyanggupi, besuk pagi akan saya antarkan ke kantor, kata beliau. Benar juga, esok paginya sekitar pukul 10 Pak AK sendiri yang mengantarkan buah panili 2 dompol      ( untai ).

Betapa besar perhatian Pak AK, yang hanya 2 untai buah panili ( 1,25 kg ) saja diantar sendiri sampai ke ruang kerja si kakek, tepatnya tanggal 25 Januari 1982. Dengan berjalan kaki, si kakek mengantarkan pak AK sampai ke kendaraan beliau. Ditengah perjalanan ini, pak AK berkata kalau beliau menjadi ketua BP3-SMA Karangturi Semarang. Dan saat ini BP3 sedang mengusahakan, agar para guru dapat memiliki sepeda motor Honda Super Cup secara kredit. 

Beliau lalu bertanya, apa Bapak tertarik? Karena pertanyaannya berhenti ditertarik, maka si kakek menjawab tertarik. Tetapi bila pertanyaannya, apa bapak ingin mengkredit sepeda motor, kemungkinan si kakek akan menjawab tidak. Karena saat itu si kakek masih berstatus Calon Pegawai Negeri, dan gajinya baru 80%. Itupun sudah dipotong, untuk mengangsur rumah setiap bulannya. Mendengar jawaban si kakek tertarik, beliau lalu berkata baiklah nanti saya usahakan, kata pak AK.

Lama tidak kontak dan tidak menduga sebelumnya pak AK menelpon dan minta maaf baru bisa menghubungi, karena beliau ke Singapura. Beliau mengatakan, segala sesuatu berkaitan dengan kredit motor sudah diurus, kata beliau. Bapak bisa menyiapkan dana Rp 92.500,- untuk BBNKB? Besuk saya ambil, kata beliau. Walau tidak mengantongi uang, si kakek menjawab siap. Selang 1 jam dari pembicaraan sebelumnya, pak AK menelepon kembali. Dalam telepon beliau berkata, sudah bapak tidak usah mikir dana tadi. Dana untuk keperluan BBNKB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor) saya atasinya saja, tegas beliau. Jadi saya tidak perlu menyiapkan dana untuk besuk pagi, jelas si kakek. Iya betul, jawab Pak AK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun